Cicatrize ✔️

By chocokiiim

48.4K 5.7K 1K

Dia hadir dan memperbaiki semuanya, menjadikanku sosok tangguh yang lebih baik. Dia datang dengan cinta, dan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 - Fin
Epilog
Bonus Chapter - 1
Bonus Chapter - 2

Chapter 13

1K 144 4
By chocokiiim

Hari demi hari telah berlalu, tanpa disadari musim pun telah berganti. Tumpukan salju yang sebelumnya menutupi jalan serta menghiasi pepohonan di Konoha kini sudah tak terlihat lagi. Dingin yang sebelumnya menusuk kulit kini tergantikan dengan rasa hangat yang menenangkan. Sakura menarik napas panjang. Aroma musim semi memang selalu menjadi yang terbaik.

"Sakura-san, ini."

"Ah iya, terima kasih, Hanabi."

Sakura menyambut tumpukan bunga yang diberikan oleh Hanabi. Kini ia mulai merangkai bunga-bunga tersebut bersama Ino dan Tenten. Hanabi pamit undur diri lantaran masih banyak hal yang harus diurus. Mansion keluarga Hyuuga tampak sangat sibuk untuk menyambut hari bahagia keluarga mereka. Pesta pernikahan putri sulung tetua harus dilaksanakan dengan meriah dan sempurna.

Ya, pernikahan. Ternyata Naruto benar-benar merealisasikan leluconnya di kantor Hokage tiga bulan yang lalu. Tanpa menunggu pacaran lama-lama, pemuda berambut pirang itu melamar Hinata. Gadis itu pun segera menyambut lamaran itu dengan baik, membuat seisi desa gempar karena hal itu.

Sang pahlawan dunia menikahi gadis dari keluarga terpandang. Tentu saja hal ini menambah catatan dalam sejarah Desa Konoha sebagai hari bahagia bagi semua orang.

"Bagaimana? Mudah, kan?"

Sakura dan Tenten mengangguk. Setelah melihat tutorial merangkai bunga dari Ino, kedua gadis itu langsung mempraktekkan kegiatan itu dengan semangat. Sesekali mereka tertawa dan bercanda ria, mengisi kehangatan yang terjalin di antara mereka. Tak lama kemudian Hinata menghampiri mereka guna menyajikan cemilan. Gadis itu pun ikut duduk bersama mereka dan ikut merangkai bunga.

"Demi apa? Sai melamarmu juga?" pekik Hinata tak percaya.

Kabar tersebut membuat ketiga gadis itu memekik tertahan. Baik Sakura, Hinata maupun Tenten tak dapat menahan diri untuk memeluk Ino sementara gadis dalam balutan baju ungu itu terkekeh kecil.

"Aku sangat bahagia, Ino. Kudoakan semoga semuanya lancar." Sakura mengeratkan pelukannya, merasa sangat senang dengan kabar naik ini.

"Itu benar. Ayo kita buat pesta untuk melepas masa lajangmu," ujar Tenten tak kalah semangat.

"Terima kasih, teman-teman. Kalian pun juga, segeralah menyusul kami."

Sakura hanya tersenyum kecil sebagai respon. Ah, menikah ya? Mendengar perkataan Ino tentang menyusul untuk menikah itu membuat pikirannya melayang. Entah bagaimana ceritanya, wajah Gaara justru muncul begitu saja dalam benaknya. Sakura menggeleng tipis, mengenyahkan wajah dari pemuda yang sudah lama tidak ia temui dalam beberapa waktu ini.

"Ne, Sakura. Bagaimana kabarmu dengan si Kazekage? Apakah semuanya berjalan dengan baik?"

Sakura mengerjapkan mata. Lihatlah, baru saja ia berusaha mengenyahkan segala hal tentang pemuda itu, justru teman berambut cepolnya mengangkat pembicaraan tentang si Kazekage itu untuk ke sekian kali.

"Begitulah. Semuanya berjalan seperti biasa."

Hinata tersenyum geli sementara Ino dan Tenten menghela napas bersama. Respon mereka semua membuat Sakura bertanya-tanya, memangnya apalagi yang harus ia jawab selain itu?

"Kalian ini mengharapkan jawaban apa, sih?"

"Ternyata benar, hubungan jarak jauh itu sangat sulit," gerutu Ino lalu kembali fokus pada rangkaian bunganya.

"Memangnya Sai pergi kemana?" tanya Sakura dengan dahi yang mengernyit.

"Hei, hei. Yang kumaksud itu kau, jidat!"

Sakura menunjuk dirinya sendiri, memasang tampang bodoh lantaran tak paham dengan perkataan Ino. Ketiga gadis di depannya menghela napas lelah. Sakura itu pintar -bahkan sangat pintar. Namun percayalah, akan ada saat dimana kecerdasan Sakura akan menguap entah kemana. Telmi alias telat mikir -istilah kerennya. Hal itu tentu saja membuat ketiga sahabatnya mau tak mau harus menjelaskan beberapa hal padanya secara perlahan.

"Ino-chan membicarakan hubunganmu dengan kazekage-sama, Sakura-chan. Jarak yang membentang di antara kalian sangat jauh, oleh karena itu Ino-chan berkata jika hubungan kalian sulit," jelas Hinata.

"Ah kau ini, Hinata. Bisa-bisanya kau selalu sabar menjelaskan banyak hal padanya."

Gerutuan Tenten membuat Sakura tak terima. Gadis itu melotot sementara Ino melemparkan kelopak bunga ke wajah Sakura seraya terkekeh lalu berkata, "Jangan pasang wajah seperti itu. Kau terlihat jelek."

Sakura mendelik tak senang, membuat ketiga sahabatnya tertawa. Setelahnya mereka kembali menyelesaikan pekerjaan mereka seraya bercanda ria. Tak jarang Sakura dan Tenten menjadi sasaran empuk Ino dan Hinata lantaran keduanya masih sendiri. Meski demikian, tak ada yang tersinggung. Mereka sudah terlampau akrab sehingga candaan seperti ini tidak akan membuat sakit hati, terlebih Sakura dan Tenten sendiri selalu punya kalimat yang bagus untuk dijadikan senjata dan membalas candaan Ino serta Hinata.

Tetapi di balik tawanya, ada hati yang tengah bimbang. Sakura membatin selama melihat Ino dan Tenten berdebat mengenai pakaian untuk pernikahan Hinata. Sejenak ingatannya kembali ke perkataan Hinata sebelumnya.

Hubungan, ya?

Jujur saja, Sakura hanya mengalir mengikuti arus seperti kata Tsunade. Ia hanya mengikuti bagaimana alur takdir membawanya bersama Gaara. Sejak surat pertama sampai ke tangan Sakura, mereka kerap mengirim dan menerima surat. Banyak sekali topik yang mereka tulis di kertas putih itu, membuat keduanya sama-sama meyakini jika kedekatan mereka sudah terlampau jauh dari yang mereka bayangkan

***

"Selamat datang di Konoha, Kazekage-sama."

"Tck, kau tidak menyambutku juga, hah?!"

"Hah? Aku kan sudah menyapamu tadi. Memangnya kau mau disambut bagaimana lagi?"

"Setidaknya berikan aku sambutan yang sedikit hangat, Tuan Cengeng. Kau ini pilih kasih denganku."

"Ck, merepotkan sekali kau ini."

Perdebatan sepasang anak Adam itu tak kunjung menyita perhatian sang Kazekage muda dari desa tetangga. Pikirannya hanya terfokus pada sosok merah muda yang sangat ia rindukan. Matanya menyusuri jalanan sekitar desa, berharap jika ia menemukan sosok itu di jalan atau di kedai-kedai sekitar sini.

"Kau lapar?"

Gaara menoleh ketika Kankuro bertanya. Pemuda itu mengernyitkan kening, mempertanyakan mengapa Kankuro berasumsi demikian.

"Itu, kau terus melihat ke arah kedai makan. Kupikir karena kau lapar."

"Lapar? Bukankah kita sudah makan tadi?"

Kini Temari ikut dalam pembicaraan. Gaara hanya mengendikkan bahu sebagai respon, tak berniat untuk menjelaskan maksud dari tindak tanduk sebelumnya.

Lagipula tidak mungkin juga kan jika ia berkata bahwa ia mencari Sakura?

Kini mereka telah sampai di Kantor Hokage. Seperti biasa, Gaara beserta kedua kakaknya melapor kepada Kakashi atas kunjungan mereka. Sebagai sahabat akrab dari Naruto, Gaara memutusan untuk datang tiga hari sebelum pernikahan berlangsung. Ia datang lebih awal dibandingkan para Kage lainnya. Namun itu tentu hanya alibi semata. Padahal ia ingin melihat gadis berambut musim semi itu lebih cepat.

Maklum, penyakit rindunya sudah tak mampu ia bendung lagi.

"Selamat datang, kazekage-sama. Nikmatilah waktumu dengan baik disini. Shikamaru akan-"

"Hei berhenti kau, bodoh!!"

BRAKK

"Argh! Ittai, ittai! Ini sangat sakit, dattebayo!"

"Makanya jangan mencari masalah denganku, dasar bodoh!"

Suara nyaring itu tentu saja menyita perhatian insan yang tengah berbincang santai. Belum lagi, dobrakan pintu tentu saja membuat mereka semua tersentak kaget. Setelah melihat siapa pelaku di balik insiden kecil ini, semua orang melemparkan ekspresi yang berbeda, seperti Kankuro, Temari dan Shikamaru yang membulatkan mata, Kakashi yang menepuk jidat dan Gaara yang tersenyum tipis.

"Sensei! Ini laporan rumah sakit! Kumohon jangan menyuruhku untuk merevisi apapun karena aku sudah muak!"

Sakura menyodorkan setumpuk kertas itu di depan wajah Kakashi. Seiring dengan naiknya nada suara gadis itu, semakin erat pula tarikan tangannya pada telinga Naruto. Sang korban pun tak bisa melalukan apa-apa selain berteriak heboh. Tanpa mempedulikan situasi, keduanya tetap saja berisik.

"Akh, ya Tuhan ini sangat sakit. Ampuni aku, Sakura-chan. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi."

Sang pahlawan dunia yang memiliki kekuatan melebihi kelima Kage itu memohon dengan ekspresi menyedihkan. Bisa-bisanya ia kalah dengan sebuah serangan berupa jeweran dari seorang ninja medis. Ironis sekali.

"Aku akan melepasnya setelah Kakashi sensei memberikan hukuman padamu. Aku sudah lelah dengan pekerjaanku dan kau justru mengacaukan semuanya, sialan!"

Bukan tanpa alasan Sakura begini. Saat di rumah sakit tadi, Sakura dengan wajah kuyu mengurus laporan bulanan rumah sakit serta klinik mental anak sekaligus. Sebelumnya ia telah menyerahkan kedua laporan itu dan dengan mudahnya sang Rokudaime Hokage -yang notabene adalah gurunya, menorehkan tinta hitam di atas kertas putih itu dan menyuruh Sakura untuk merevisi beberapa hal. Gadis itu bahkan lembur kemarin, memilih untuk bermalam di ruangannya dengan setumpuk kertas dengan stres yang mendera jiwanya. Puncaknya adalah tadi, ketika Naruto datang dan menawarkan bantuan. Sakura dengan senang hati menyambut tawaran tersebut. Namun siapa sangka jika ternyata hal itu mendatangkan musibah- dimana alih-alih membantu, Naruto justru merusak laporannya dan membiarkan puluhan kertas yang telah ia tulis tersebut tercecer ke sana kemari- bahkan ada yang sampai kotor dan sobek.

"Tapi aku kan tidak sengaja!" ujar Naruto membela dirinya sendiri.

"Gigimu tidak sengaja!"

"Hei kalian berdua. Tidakkah kalian lihat jika saat ini aku sedang ada tamu?"

Suara berat itu mengalun pelan, membuat dua insan berbeda gender itu langsung menatap sekitar. Baik Naruto maupun Sakura langsung menegang. Gadis berambut merah muda itu langsung menunduk dalam dan meminta maaf atas kelancangannya sementara pemuda kuning di sampingnya justru berteriak heboh.

"Yo, Gaara! Kapan kau sampai di sini, kawan?"

Dengan santai, Naruto mendaratkan tangannya di punggung Gaara, menepuknya dengan sangat keras dan menciptakan sebuah bunyi yang cukup membuat semua orang meringis. Hal itu disambut dengan tatapan tajam dari sang Kazekage. Namun bukannya takut, justru Naruto menampilkan senyum lima jari khas dirinya.

Kuingatkan sekali lagi, hanya Naruto yang bisa bertingkah kurang ajar seperti itu kepada pemimpin desa tetangga.

Kakashi pun tak ambil pusing. Ia juga sudah paham akan kedekatan Naruto dan Gaara sehingga tak perlu repot-repot menegur muridnya tersebut. Pria itu menyipitkan mata, tersenyum di balik maskernya lalu berkata, "Baiklah kalau begitu, sudah saatnya bagi kalian untuk beristirahat setelah melalui perjalanan panjang. Sakura, tolong antarkan Kazekage serta kedua kakaknya ke penginapan yang biasa."

Sakura mengerjapkan mata. Kenapa dia jadi tiba-tiba disuruh begini?

Namun melihat bagaimana Gaara tak melepas pandangan darinya sejak tadi membuat Sakura tak mungkin untuk menolak. Sama seperti Gaara, sejujurnya Sakura juga merindukan pemuda ini. Maka hal ini juga bisa menjadi kesempatannya untuk melepas rindu tersebut. Maka tanpa basa-basi, Sakura mengangguk, menyanggupi perintah tersebut.

"Mari, kazekage-sama, Temari-san, Kankuro-san. Saya akan mengantar kalian."

Sakura tersenyum manis setelahnya yang kemudian disambut dengan tatapan lembut dari Gaara. Tampaknya hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi mereka.

*
*
*

Tbc

Chapter 13, updated!!

Thank you buat kalian yang udah baca. Semoga chapter ini memuaskan yaa hehe. Jujurly aku nulis work ini udah hampir ending sih. Mungkin bakal sampe 40 chapter i guess? menurut kalian gimana? Apa jumlah chapter ini perlu aku perkecil lagi atau kira-kira cukup di 40?  Karena aku takut kalian bosen kalo kebanyakan chapter huhu:( 

Kayaknya ini aja deh yang mau aku tanyakan. Seperti biasa, aku mengharapkan vote dan comment dari kalian karena satu vote dan komentar kalian adalah semangat aku buat lanjut nulis. Thank you ayangieee!!!

Salam

Ilaa.

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 217 49
[COMPLETED] "look, we live the same world but we're so different so stop trying to get me to like you" 𝙞𝙣 𝙬𝙝𝙞𝙘𝙝 𝙗𝙖𝙙 𝙗𝙤𝙮 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙟𝙞𝙣 �...
28M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...
582K 8.9K 86
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...