Cinderella Effect [Completed]

De naya_hasan

766K 150K 19.3K

𝚃𝚑𝚎 𝙴𝚏𝚏𝚎𝚌𝚝 𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 #1 "Mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu." Candy pikir, dia bisa menjadi... Mais

Candyrella [Prolog]
01. Sepatu Nyasar
02. Lo, Gue Tandain
03. Memperbaiki Masa Depan
04. Love Letter
05. Jadi Pacarku
06. The Letter's Chronicle
07. Ketemu Lagi
08. Mau Gila, Rasanya!
09. Babu-tionship
10. Semua Orang Pernah Jatuh
11. Pulang Bareng
12. Menuju Merdeka
13. Menjalankan Misi
14. Perang Dimulai
15. Membongkar Aib
16. Maaf Ganggu
17. Dijodohin
18. Investigasi
19. Cewek Lo?
20. Drama Rumah Tangga
21. Nomor Telepon
22. Hujan Petir
23. Dress Kembar
24. Bye, Prince~
25. Bareng
26.Lingkaran Aman
27. Pengakuan?
28. Pick Gitar
29. Phone Talk
30. Love At The First Scent
32. Cemburu
33. Questions
34. Question 2.0
35. Kencan?!
36. Rahasia
37. Biang Gosip
38. Something's Wrong
39. Bucin (Private)
40. Terjebak (Private)
41. Sakit (Private)
42. Date, Again!
43. Stickers & Confession, Untold
44. Fight
45. Di Luar Lingkaran Aman
46. Trouble Begins
VOTE COVER
47. Renggang
48. The Truth
49. Crying
50. Cinderella Effect (END)
Extra Chapter
Available on Karyakarsa!

31. Pangeran VS Ksatria Naga

12.2K 3.1K 488
De naya_hasan

Apa mimpi paling indah yang pernah kamu alami?

.

Ketika Candy membuka mata, ia melihat Aksal yang tengah bercahaya saking gantengnya. Cowok itu tersenyum, menampakkan deret gigi yang amat menyilaukan, begitu silaunya hingga harus menghalau cahayanya dengan tangan.

Aksal berlari membawanya, jubah putihnya berkibar-kibar di belakang, permata di mahkota emasnya berkelap-kelip ditimpa cahaya matahari, dan kelopak-kelopak bunga berwarna pink berguguran entah dari mana. Pokoknya, suasananya amat indah, hingga Candy rasanya tidak keberatan tidur selamanya.

Dia ingin... berada dalam pelukan Kak Aksal selamanya.

Tetapi impian itu harus berhenti karena mereka telah sampai di tujuan. Aksal melambat, berjalan penuh wibawa menuju sebuah kasur besar yang juga dipenuhi kelopak mawar serta tumbuhan rambat di sekitar. Di sana, Aksal merebahkannya dengan hati-hati, mengibaskan jubah, lalu duduk di sisi Candy, pelan agar tidak mengejutkan cewek itu. Tersenyum, ia menyingkirkan helai rambut Candy yang menutupi wajah.

"Candyrella, bangun," bisiknya lembut, mendayu-dayu di telinga.

Seorang kurcaci berwajah kucing menyela. "Kau tidak bisa membangunkannya, Pangeran. Kau harus menciumnya agar ia bangun."

"Ciuman?"

"Benar. Silakan, Pangeran."

Detik itu juga, Candy rasanya hampir kejang-kejang.

Aduh, gimana ini? Kamu kan belum tujuh belas tahun, Candy. Masih dua bulan lagi! Malaikat dalam diri Candy bermonolog.

Ah, nggak papa! Kesempatan kayak gini nggak datang dua kali! Setan di sisi lainnya langsung nyolot.

Jangan, Candy. Kamu harus bangun sekarang, malaikat bicara lagi.

Enggak, Candy! Ayo tarik Kak Aksal dan minta dinikahi!

Dasar setan cabul!

Apa lo bilang?!

Lalu, malaikat dan setan itu baku hantam. Sementara Candy dengan gugup menyiapkan diri. Ia mengerucutkan bibir, menanti ciuman yang dikatakan kurcaci.

Kak Aksal ... dedek siap!

Lalu...

Brakkk! Pintu terbuka. Dan seorang berjubah hitam muncul. Ketika ia mengayunkan pedang dan berteriak, api menyembur dari mulutnya.

Itu adalah naga yang jahat, yang kebetulan ... berwajah seperti Navy.

"WOI KENDIIII!!! BANGUUUUNNN!!!"

Naga itu menyemburnya lagi dan Candy terbangun seketika, linglung.

"Can? Lo nggak papa?"

Itu suara yang familier. Candy hanya perlu menoleh sedikit untuk bisa menemukan sahabat-sahabatnya berdiri mengelilingi tempatnya terbaring. Melihat Candy yang mulai mengerjap-ngerjap, mereka pun dengan antusias beringsut mendekat.

"Lo udah sadar? Tadi lo pingsan!" Poppy langsung menyambar.

"Can! Kita harus laporin ini ke komnas perlindungan anak! Masa hukuman sampai pingsan-pingsan gitu!" Selin tumben-tumbenan berseru dengan menggebu-gebu, membuat Candy meringis menahan senyum.

Pelan, ia beranjak duduk, dibantu Alexa.

"Gue nggak pa pa, kok. Tadi nggak sarapan dengan bener aja."

"Ya udah. Nih, minum dulu, makan juga." Deera mengulurkan sebuah susu kotak cokelat dan roti keju. Melihatnya, Candy mendadak terharu.

"Kalian so sweet banget sih, beliin roti segala."

"Dih, orang duit gue abis beli es krim," cerocos Deera. "Kak Aksal yang ngasih."

"Hah?!" Seketika, jantung Candy bertalu-talu. Yang tadi itu ... bukan mimpi? "Kak Aksal tadi beneran ke sini?!" tanyanya demi memastikan.

Deera berpandangan dengan Selin, Akexa mengabaikan Poppy. Keempatnya serempak mengangguk.

Lalu, kesadaran itu mulai memenuhi kepala Candy. Kilas balik tentang bagaimana ia bisa berakhir di sini, di ranjang UKS sekolah.

Ia ... pingsan. Dan seseorang membawanya ... Kak Aksal. Candy yakin itu Kak Aksal. Mereka hampir ... Lalu naga bernama Navy datang dan...

Argh! Navy nyebelin! Kenapa dia harus tiba-tiba muncul bahkan di dalam mimpi Candy? Kenapa hobinya menganggu Candy bahkan sampai ke mimpi-mimpi?!

"Ah mwolla! Mwolla!" serunya sembari menutup kedua kuping dan menggeleng hebat.

Teman-temannya berpandangan.

"Dia kenapa?"

"Kepentok, kayaknya."

***

"Lo abis dari mana?"

Langit seketika menghentikan petikan bassnya demi menyerbu pada Aksal yang baru masuk. Navy, yang telah siap dengan gitar, terpaksa membatalkannya serta.

"Jengukin Candy," kata Aksal ringan. "Ke kantin dulu sih, beliin makanan, jadi agak lama. Sori."

Nino melirik cowok yang berdiri di depannya, bibirnya menyengir. "Nggak papa kok. Santai, Bos!"

"Udahan ngobrolnya!" Navy menyela, suaranya tegas, dingin. "Kita harus cepet latihan. Audisinya bentar lagi."

Aksal mengangguk tanpa suara, dia berjalan menuju posisinya di belakang kibor sementara yang lain turut bersiap. Nino memulai ketukan, lalu, serempak, mereka menciptakan harmoni...

Yang tidak terlalu seimbang. Juga tidak bertahan lama.

Berkali-kali, selalu ada kesalahan kecil yang terjadi.

Hingga, Navy membanting tangannya di udara dan berbalik. Ketika ia menghadap teman-temannya dan berhenti di Langit, suaranya keras, dipenuhi frustrasi.

"Salah lagi kan lo?! Bentar lagi kita kita audisi dan ini maha penting, tahu, nggak! Kalo kita gini-gini aja, gimana kita mau rekaman?!"

"Sori," Langit meringis. Susu kental manis cokelat yang telah dibuka dan baru diisap sedikit telah lama terlupakan. Navy menjadi sosok yang berbeda hari ini.

"Serius dong, Lang! Masa salah terus di bagian yang sama?! Lo kalau nggak mau latihan mending pulang, deh!"

Langit menunduk sementara ruangan menjadi hening. Melihat situasi yang menjadi semakin dan semakin tidak menyenangkan, Nino pun berdiri, memutuskan untuk mencoba memecah ketegangan di ruangan.

"Weh, santai dong bro."

"Santai lo bilang?!"

Oke, mungkin, keputusannya adalah sebuah kesalahan besar. Karena sekarang, tatapan sengit Navy berpindah padanya.

"Santai? Lo telat terus dan latihan kita jadi terganggu tahu, nggak! Lo main terus sana-sini, nggak peduli lo sama The Effects?!"

Semua orang berpandangan. Sementara Navy sekarang menatap semua orang bergantian. "Lo juga, Wa!" katanya kepada Pandawa. "Nggak bisa apa negur yang lain?!

Lalu, tatapan itu berhenti di Aksal. "Lo apa lagi!" gusarnya. "Kita istirahat dulu!"

Setelah meletakkan gitarnya dengan tidak sehati-hati biasanya, Navy membuka pintu hanya untuk membantingnya di belakang setelah keluar. Meninggalkan keempat temannya yang melongo melihat perilaku cowok itu. Sejak tadi, Navy seperti naga yang tidak henti-hentinya menyemburkan api pada semua orang.

"Gue salah apa?" Aksal bertanya kepada yang lain.

"Pfft!" Bukannya merasa bersalah, Nino justru berhigh five ria dengan Langit dan tertawa.

"Good job, bro!" ujarnya, mengacungkan kedua jempol.

"Lo salah, Sal." Pandawa menggeleng. "Salah sasaran."

"Enggak, nggak salah," Nino menggeleng. Ia menatap Aksal, lantas mengedip. "Kadang, kalau nyetir, emang perlu dimundurin dulu sebelum maju."

***

Candy menatap ponselnya. Anehnya, dari tadi pagi hingga sekarang, ketika jam pelajaran terakhir telah berbunyi, tidak ada kabar dari Navy. Bukannya dia menunggu, tapi ... ini memang aneh. Biasanya, semakin sibuk cowok itu, semakin sering dia mengirimi pesan atau menelepon Candy, minta dibelikan ini itu.

Apa karena tadi pagi gue pingsan?

Ih, apaan sih, Candy! Nggak mungkin juga naga terbang kayak Navy bisa seperhatian itu. Mustahil!

Apa dia beneran sibuk?

Atau jangan-jangan sakit?

Segera, Candy memukul kepalanya sendiri. Seharusnya, dia senang sekarang karena berhasil terbebas dari Navy dan bukannya merasa khawatir.

Cukup. Cukup sudah wajah menyebalkan cowok itu berkelebat di benaknya sepanjang siang, tidak bisa diusir. Yang terpenting sekarang adalah ... menemui Kak Aksal. Bagaimanapun, dia harus berterima kasih.

Jadi ketika teman-temannya mengajak pulang bersama, Candy membuat alasan untuk tinggal. Ia perlu membiarkan hampir seisi sekolah pulang dulu sebelum bisa menemui cowok itu. Jika tidak, bukannya menemui Kak Aksal, bisa-bisa dia justru menemui ajal karena para selir itu. Ia pergi menemui kelas cowok itu. XI MIA, yang ada di paling ujung gedung B. Tetapi cowok itu tidak ada di sana, tidak juga di ruang OSIS. Candy hanya berakhir menjadi seorang penguntit yang ditatap aneh oleh senior-senior di sana.

"Nyari Aksal?" untungnya, Veloxa datang dan Candy tidak bisa lebih bersyukur lagi.

Dia tidak kenal satu orang pun di OSIS, semuanya tampak dingin, tampak tidak bersahabat. Dan Veloxa serta senyum ramahnya terasa seperti dewi penyelamat bagi Candy.

"Eh, Kak Ve. Eung... enggak. Aku cuma lewat, kok." Candy tersenyum, senatural yang ia bisa.

Tetapi Veloxa tidak memercayai itu. "Aksal nggak di sini," kata Veloxa ringan. "Dia di ruang musik kayaknya. Dia ijin latihan karena mau ada audisi."

Candy mengangguk dan berpamitan setelahnya. Tidak mungkin dia pergi ke ruang musik. Di sana ada Navy dan teman-temannya. Yang ada, Candy hanya akan diledek. Mungkin lain kali. Ya, lain kali. Belum lagi, bagaimana kalau surat memalukannya dibongkar?

Candy memutuskan untuk pulang. Ia dengan pelan berjalan menuju parkiran sekolah yang sekarang sudah relatif sepi setelah memutuskan akan mengunggu Navy di sisi berteduh di bawah pohon di dekat mobil cowok itu diparkir. Agar cowok itu tidak bisa meninggalkannya pulang duluan. Di bawah pohon itu, Candy meringkuk. Biasanya, Navy akan datan sebentar lagi. Ia akan bisa bertemu cowok itu beberapa menit lagi.

Ia menatap kotak makan yang telah kosong di tangannya. Tadi pagi, benda itu berisikan roti isi pemberian Navy. Candy masih saja keheranan kenapa Navy memberikannya. Dia belum sempat menanyakan─

"Lagi ngapain?"

Itu bukan orang yang ada di pikiran Candy. Nyatanya, itu adalah orang yang terbiasa ada di sana, tetapi tidak lagi, tidak untuk sekarang. Aksal berdiri di sana, kurang dari satu meter di depannya, tersenyum dengan begitu mematikannya kepada Candy. Tetapi anehnya, efek itu tidak lagi membuat kaki Candy berubah menjadi agar-agar. Seakan ... dia sudah cukup terbiasa.

"Hei, Kak," balasnya dengan senyum simpul. "Nggak ngapa-ngapain, kok. Lagi .. nunggu jemputan aja."

"Oh, aku juga mau pulang. Mau bareng aja?"

Candy seketika meneguk ludah. Seandainya ini satu bulan yang lalu, ia tidak akan berpikir dua kali. Ia akan segera melompat ke boncengan Aksal dan menempel pada cowok itu seperti lintah, tidak akan melepaskannya bahkan jika Aksal muak. Tetapi tiba-tiba pikiran bahwa Navy mungkin saja menunggunya, kebingungan ditinggal, memberatkan Candy.

"Enggak usah kak. Bentar lagi dijemput, kok."

"Dijemput siapa? Telepon aja, bilang kamu balik bareng temen. Kita searah kok, kayaknya."

Sementara Candy berpikir keras bagaimana merespons situasi tersebut, kotak makan di tangannya terjatuh, membuat keduanya teralihkan oleh bunyi gedebuk plastik yang beradu dengan ubin. Namun, Aksal lebih cepat dalam menanggapi. Cowok itu berjongkok seketika, memungut kotak itu dan mengusapnya dari debu.

"Untung nggak pecah," katanya dengan senyum seraya mengulurkannya kembali pada Candy. "Jadi, pulang bareng?"

Candy balas tersenyum, tangannya balas terulur untuk menerima ketika ekor matanya, tanpa sengaja, menatap sosok Navy di sana. Wajahnya ... menunjukkan kemarahan.

Ini jalan ceritanya direvisi ya dari yang awal. Jadi jangan bingung. Enaknya baca aja dari awal.

Terima kasih yang udah ngeramein cerita ini dengan vote dan komennya. Love youuuu~

Continue lendo

Você também vai gostar

287K 13.7K 49
[Completed] Alleira Melody, gadis ceria, eskpresif, tapi tidak peka dengan sekitarnya. Ada yang bernama Nathanael Marvel, seseorang yang sedang mengi...
9.2M 518K 50
ɪ ᴅᴏɴ'ᴛ ɴᴇᴇᴅ ʏᴏᴜ ᴛᴏ ʟɪɢʜᴛ ᴜᴘ ᴍʏ ᴡᴏʀʟᴅ, ᴊᴜsᴛ sɪᴛ ᴡɪᴛʜ ᴍᴇ ɪɴ ᴛʜᴇ ᴅᴀʀᴋ Nicolaus Copernicus bilang matahari merupakan pusat tata surya dengan bumi besert...
24.4K 4.4K 23
PDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia mela...
267K 31.1K 45
"Kamu suka sama cewek itu?" tanya Shopia. "Kami cuma teman!" "Sialan." Shopia memaki tepat di depan wajah cowok sialan ini. "Jangan merasa yang palin...