Akhirnya mereka sudah selesai makan malam, lalu Daniel yang akan membayarnya.
"Hai, totalnya berapa ya untuk kami yang ber tujuh?"
"Oh mas sebentar ya, biar saya hitung dulu. Silahkan duduk saja nanti saya akan ke meja mas."
"Jangan panggil aku mas, karena kamu bukan istriku," ucap percaya diri Daniel.
"Maaf mas, bukan seperti itu maksud saya. Dan saya juga tidak mau mempunyai suami 2, karena saya sudah menikah."
Jlebb.. malu Daniel. Akhirnya Daniel langsung saja pergi ke meja, duduk bersama teman-temannya.
"Kamu ngobrol apa, sama mba-mba pelayan tadi?"
"Ah engga, dia cuman menyuruhku duduk manis saja dan nanti dia akan kemari untuk memberikan total makanan tadi," ucap bohong.
"Pembohong." lontar Nala.
"Kamu kan, gamau di bilang mas kepedean banget si kamu,"
"Ha ha ha, wajarlah Daniel. Nala pasti cemburu buta sama kamu ha ha ha," ucap enteng Vito.
5 menit kemudian pelayang tersebut datang, dan menghampiri Daniel untuk memberikan jumlah totalnya.
"Om, ini total yang harus di bayar sebesar Rp. 2.352.000.-
Seketika mata Daniel melirik tidak sangka kepada pelayan tersebut karena dia sebut 'Om' akhirnya langsung saja Daniel memberikan uang cash sebesar Rp. 2.400.000.- tanpa memberikan komentar apa-apa dan tidak meminta kembaliannya. Lalu pelayan tersebut berkata.
"Terimakasih tuan," ucap pelayan tersebut.
"Sama-sama, ha ha ha." ucapnya kesal.
"Maafkan aku, aku bingung harus memanggilmu apa,"
"Sayang. Sayang juga gapapa!"
Seketika wajah Nala memerah. Karena, cemburu namun Nala tidak melihatkan hal itu kepada siapapun.
Pada malam hari tepatnya pukul 11.00 Malam, di puncak itu sangat ramai orang-orang di sana masih bermain. Sedangkan teman-teman Daniel, bermain musik dan membakar makanan untuk mereka semua cicipi.
Karena hari mulai gelap, semua orang di suruh untuk beristirahat dan dan jangan sekali-kali keluar dari tenda. Karena itu sudah menjadi tradisi wisata puncak ini. Dengan begitu mereka semua masuk tendanya masing-masing.
Tiba-tiba saja Nala dan Jesica ingin buang air kecil, mau tidak mau Nala dan Jesica keluar dari tenda tersebut. Dengan begitu, Nala dan Jesica sudah menemukan WC dan akhirnya mereka buang air kecil di tempat yang berbeda. Karena Santy dan Wulan penasaran akhirnya mereka keluar untuk menemui mereka berdua.
Pada saat Nala dan Jesica sudah selesai akhirnya mereka kembali lagi ke tenda. Namun pada saat mereka kembali ke tenda Santy dan Wulan sudah tidak ada di tenda. Akhirnya mereka mencari Santy dan Wulan.
"Nal, kenapa Santy dan Wulan tidak ada di mari?"
"Mungkin dia mencari kita, namun kemana dia?" tanya Nala.
Tiba-tiba Daniel datang lalu menghampiri Nala dan Jesica.
"Kalian berdua sedang apa?" tanya Daniel.
"Aku sama Nala sedang mencari Santy dan Wulan,"
"Yaudah, sebaiknya kita sama-sama saja mencari mereka berdua,"
Sudah 2 jam mereka mencari Santy dan Wulan namun tak kunjung bertemu. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari agar lebih jauh lagi dan lebih dalam lagi. Semakin mereka mencari lebih jauh, semakin ingin sekali mereka terus berjalan. Hampir saja mereka kehilangan arah jika tidak ada yang menyadarkan.
"Hei kalian!!" ucap 2 orang perempuan.
"Siapa?"
"Heii!! Aku di mari, cepatlah!" suara teriakan dari Santy dan Wulan.
"Santy? Wulan? Mengapa bisa mereka ada di tenda sedangkan kita sangat jauh dari tenda? Tetapi mengapa bisa kita mendengar suara mereka? Aneh tapi nyata!"
Mereka semua sontak, langsung berlari. Sampai-sampai lampu batrai yang Nala pegang terjatuh saking paniknya, karena dia tertinggal jauh dari Jesica, Daniel, Vito, Varel. Jarak mereka pada saat berlari cukup jauh, Nala berada di urutan paling belakang.
"Hi hi hi! Halo Nala! Kenapa kamu lambat sekali?? Dan akhirnya kamu tertinggal jauh dengan teman-temanmu itu, hi hi hi!"
"Siapa kamu?!"
"Ayolah Nala! Jangan membelakangiku terus!"
"Jangan sampai kamu berani-beraninya menahan baju ku ini!"
"Baik aku akan melepaskan pegangan tanganku yang menahan bajumu! Asalkan kamu jangan membelakangiku!"
Dengan tarikan napas yang sangat dalam, dan niat yang baru setengah terkumpul. Akhirnya Nala langsung membalikan badannya dan melihat seorang perempuan, lalu Nala berteriak dengan histeris.
"Aaa aaa aaaa!!!! Caramel! Kamu Hantu!!"
"Sudahlah Nala, jangan panik seperti itu. Aku hanya bisa di lihat olehmu saja, tidak dengan yang lain."
"Sudahlah kamu pergi sana jauh-jauh. Wajahmu sangat menakutkan sekali. Saking takutnya guru BK saja terkalahkan olehmu!"
"Tidak Nala! Aku tidak akan pergi begitu saja! Ini adalah pertemuan pertama dan selamanya kita!"
"Tidak tidak tidak! Ayolah Caramel kamu pergi saja kita beda alam! Cobalah kamu pergi jangan menggangguku!"
"Aku hanya ingin terus berkomunikasi denganmu Nala! Ingat itu, aku akan datang kapanpun aku mau! Dan kamu harus tahu aku bisa berkomunikasi hanya denganmu dan dia!" ucap Caramel.
Ucapan Caramel tersebut, membuat hati Nala menjadi dug dug jer. Detak jantung yang tidak beraturan dan akhirnya Nala berlari lebih kencang lagi, dan akhirnya dia sampai di tenda yang sudah ada Jesica, Vito, Daniel, Varel, Santy dan Wulan.
"Kalian sudah sampai di sini hah! Sedangkan aku di tinggal sendirian!"
"Ha ha ha ha ha, maafkan kami!" ucapnya serempak.
"Eh Nala kamu sama Jesi udah pergi dari mana sih? Aku mencari-cari kalian berdua kok gak ada yah,"
"Ah ga ada bagaimana sih, kitakan sudah buang air kecil yakan Nala?"
"Benar sekali!"
"Apa? Apa kamu bilang, kamu pipis di daerah sini?"
"Iya daerah tenda,"
"Coba kamu perhatikan! Di mana aya WC? Hah?! Lihat lah ayo di mana?"
Seketika wajah Nala dan Jesica begitu panik, mereka berdua baru menyadari bahwa di sekitar tendanya tidak ada siapa-siapa, bahkan WC juga tidak ada. Sedangkan pada saat mereka berdua ingin buang air kecil, banyak sekali orang yang datang yang akhirnya mereka harus mengantri terlebih dahulu.
"Terus Nala kita pipis di mana?"
"Kamu pipis di WC keliling!" ucap seseorang yang membuat semua orang-orang panik dan berteriak memanggil namanya.
"Caramel?!"
"Yah ini aku!"
"Dasar Caramel! Kamu bilang kamu hanya bisa berkomunikasi denganku saja, namun dengan mereka semua bisa berkomunikasi denganmu! Dasar kamu PHP!"
"MAAF Nala! Apakah kamu hanya ingin aku berkomunikasi denganmu saja?"
"Ga! Basi gak penting!"
Semua orang nampak memperhatikan mata Nala, karena Nala bisa berkomunikasi dengan makhluk yang tidak kasat mata. Akhirnya dengan modal memberanikan diri mereka semua hanya menahan rasa takutnya saja, Jesica yang terkenal anak indigo pada saat Nala berkomunikasi dengan Caramel dia merasa takut dan gugup.
Hal itu di sebabkan karena kondisi fisik Caramel yang sangat menakutkan, karena sekujur tubuhnya di penuhi dengan darah dan kepalanya yang terlihat retak akibat dia bunuh diri.
Di puncak tersebut terdapat rumah tua yang sangat gelap.