4 Brother'z | TERBIT

By AriraLv

6.3M 574K 18.2K

"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga... More

Prolog
Cast
šŸŒ™ć…£1. Lun adalah Panggilannya
šŸŒ™ć…£2. Mereka yang Sama
šŸŒ™ć…£3. Sebuah Keputusan Besar
šŸŒ™ć…£4. Acaranya Datang!
šŸŒ™ć…£5. Datang Untuk Menjemput
šŸŒ™ć…£6. Kediaman yang Baru
šŸŒ™ć…£7. Hanya Panggilan Saja
šŸŒ™ć…£8. Aktivitas Baru Dimulai
šŸŒ™ć…£9. Perkenalan & Hilang
šŸŒ™ć…£10. Dia adalah Korban
šŸŒ™ć…£11. Dia yang Selalu Berbeda
šŸŒ™ć…£12. Permintaan Maaf Ditolak
šŸŒ™ć…£13. Keluarga Baru? Rumit
šŸŒ™ć…£14. Ada Mereka yang Siap
šŸŒ™ć…£15. Alderion Jadi Galau
šŸŒ™ć…£16. Mirip dengan Alderion
šŸŒ™ć…£17. Jus Alpukat dan Petaka
šŸŒ™ć…£18. Balapan Liar Malam Ini
šŸŒ™ć…£19. Grup Chat "Brother'z"
šŸŒ™ć…£20. Dua Pengawal yang Siap
šŸŒ™ć…£21. Keributan di Jalan
šŸŒ™ć…£22. Melarikan Diri ke Bukit
šŸŒ™ć…£23. Dia Adalah Penyebabnya
šŸŒ™ć…£24. Hanya Sekedar Pengganti
šŸŒ™ć…£25. Perasaan yang Bimbang
šŸŒ™ć…£26. Hubungan Antarsaudara
šŸŒ™ć…£27. Ini Akan Semakin Rumit
šŸŒ™ć…£28. Semua yang Telah Terjadi
šŸŒ™ć…£29. Pertemuan yang Kedua Kali
šŸŒ™ć…£30. Pengakuan Empat Kakak
šŸŒ™ć…£31. Kedatangannya, Masa Lalu
šŸŒ™ć…£32. Harapan untuk Mereka
šŸŒ™ć…£33. Dimulai dari Sini, Bersama
šŸŒ™ć…£34. Si Kembar, Memperebutkan
šŸŒ™ć…£35. Pertama Kalinya Terpesona
šŸŒ™ć…£36. Katanya, Benih Cinta?
šŸŒ™ć…£37. Dirinya dan Dendam
šŸŒ™ć…£38. Dia, Rembulan Zanava
šŸŒ™ć…£40. Cahaya yang Meredup
š™šļ½„ Awan untuk Rembulan
š™šļ½„ Segera Terbit
š™šļ½„ Vote Cover
š™š- Pre-Order
š™š - Hard Cover & Cash Back

šŸŒ™ć…£39. Belum Bisa Pulang

115K 12.7K 929
By AriraLv

"GILA GILA GILA!"

Hanya kata itu yang dilayangkan oleh Ghea dan Theara saat diceritakan mengenai apa yang terjadi pada Syaila di sekolah tadi. Ketiganya berada di mobil, menuju ke sebuah cafe di dekat sekolah dengan Syaila yang menyetir.

Syaila menjelaskan semua yang terjadi padanya saat pulang sekolah, di mana Alvaro mengamuk padanya dan mengatakan bahwasannya Rembulan--murid culun yang selalu ia bully-- adalah bagian dari Zanava.

"Gue kesel banget, mana mungkin cewek kayak dia bisa jadi bagian Zanava! Adiknya Hero!!" geram Syaila dengan satu tangan memukul stir mobil. "Kalian bayangin aja, gak pantes!"

"Gue yang jijik!" Theara bergidik saat membayangkan wajah Rembulan, namun kemudian ia terdiam sejenak. "Tapi ya, pantes aja makin hari penampilannya makin rapi, kulitnya juga makin keliatan bersih."

"Kuasa Zanava, tuh!" Ghea menambahkan.

Mendengar itu, Syaila semakin dibuat kesal. Ia menambahkan kecepatan mobilnya secara tak sadar saat mengingat bagaimana ia dipermalukan di depan kelas tadi siang. Ia tak bisa menjawab apa-apa kala Alvaro terus mendesaknya dengan luapan emosi yang kentara.

Sekarang Syaila jadi semakin kesal. Kenapa bisa orang miskin seperti itu mendapatkan keluarga yang jauh di atasnya? Kenapa sosok yang tak pantas itu malah menjadi sosok yang lebih tinggi dibandingnya? Itu tidak adil! Syaila memukul-mukul kembali stir mobil menyalurkan kekesalan dalam hatinya.

"Fokus nyetir, La. Nanti ngamuknya di cafe." Ghea mengingatkan.

Syaila berbalik. "Lo tuh ngertiin gue, dong! Gue lagi kesel! Coba lo bayangin, si culun itu adiknya sahabat gue! Gak terima gue, Ghea!"

Ghea menghela napas, ia tahu itu. Pastinya sangat memukul telak Syaila. Jadinya ia memilih mengangguk dan menyandarkan diri saja ke belakang.

"Belok, La." Theara mengintruksi. "Jalan raya bakalan macet, mending jalan ke sini aja biar. cepet," ucapnya.

Syaila mengangguk dan membelokkan mobil ke arah kiri, lantas kembali menginjak gas karena jalanan memang sepi, bahkan tak ada orang yang berlalu lalang di sana. Untuk melampiaskan kekesalan dan kedengkian dalam hati, Syaila terus menginjak gas, bahkan begitu ia kembali berbelok mengambil jalan ke kiri.

Bertepatan dengan itu, seseorang dari arah depan sedang melintas. Kepalanya menoleh ke kanan dengan cepat saat sorot lampu mobil menerpanya secara tiba-tiba.

"SYAILA!!"

"AAAA!!"

Jeritan ketiga gadis di dalam mobil mengudara, tepat saat mereka melihat seseorang tertabrak keras, menghantam bagian depan mobil hingga terseret mobil yang belum berhenti.

"REM SYAILAA!!" Ghea berteriak membuat mobil seketika berhenti. Meninggalkan keheningan dengan deru napas yang tak beraturan karena keterkejutan.

Syaila gemetar di kursi kemudinya, dengan kaku menoleh ke belakang untuk melihat bagaimana sosok yang ia tabrak.

"AAAAA!" Theara menjerit histeris melihat kondisi orang yang tergeletak di belakang mobil. Ia melihatnya di kaca spion dan tak mampu untuk membuka mata kembali.

"LA! Turun, kita harus--"

"GAK MAU!" Syaila berteriak kencang, ia masih gemetar saat air matanya mengalir. Syaila segera menginjak gas mobil dan pergi dari tempat kejadian. Meninggalkan korban yang tak berdaya. "GUE GAK MAUU!!" jeritnya dan tak ada siapapun yang membantah. Ghea dan Theara membeku, tak tahu akan seperti apa nanti.

Di sisi lain, Rembulan menatap langit gelap yang sama sekali tak ditaburi bintang. Pandagannya berkunang-kunang saat dahinya dibasahi dengan darah. Tangan kanannya bergerak-gerak hendak mencari ponsel yang ia pegang tadi.

"Sakit." Suara Rembulan tercekat, ia merasa tubuhnya tak bisa lagi ia rasakan saat ini.

Padahal Rembulan sudah membuka aplikasi chat, ingin memberi pesan pada Mamanya bahwa ia akan segera pulang. Tapi pesan itu belum terkirim, dan ia malah dihantam keras dari samping kanan oleh hal yang sama sekali tak Rembulan duga.

Air matanya mengalir, semuanya terasa sakit, semuanya terasa perih. Apalagi Rembulan belum memberi kabar pada keluarganya, ia juga menyuruh Agraska untuk menunggu. Sekarang, ia harus bagaimana?

Napas Rembulan tersendat, pasokan udara seolah-olah berkurang membuatnya tak kuat lagi untuk membuka mata atau bersuara. Kedua matanya tertutup lemah.

- 4B -

"Lima menit lalu Bulan aktif!" Alderion berseru dengan senyuman, secercah harapan di matanya muncul. "Rion udah bisa lacak lokasinya, Pa!" ujarnya begitu ia berhadapan dengan Anggara yang berdiri di luar rumah untuk menunggu beberapa orang suruhannya.

"Di mana, Bang?!" Alvano datang bersama dua saudaranya yang lain, tak lama dari sana Laila juga menyusul menghampiri.

"Di deket SMA Pelita," jawab Alderion dengan senyum merekah karena merasa lega. Ia segera menatap Anggara. "Pa, Rion aja yang jemput Bulan. Kalian tunggu di sini."

"Mama mau ikut, Mama khawatir sama dia." Laila belum bisa mengembuskan napasnya dengan tenang. Kedua tangannya mendadak gemetar dan ia belum bisa meloloskan senyuman karena belum melihat putrinya.

"Jangan, Laila. Rion saja." Anggara mencegah. "Takutnya Bulan lagi ada masalah apa dan gak nyaman, biar Rion yang tanganin."

Mendengar itu, Laila sebenarnya keberatan tapi akhirnya ia mengangguk untuk menurut. Ia menatap Alderion. "Hati-hati, Rion."

Bertepatan dengan itu ponsel Alvaro bergetar di dalam saku celana, membuat Alvaro segera mengambilnya. Kening Alvaro mengerut untuk beberapa saat melihat nama yang tertera. Lantas ia menekan layar untuk menerima panggilan.

Tumben sekali Agraska menghubunginya, apa ia ingin mencari masalah?

"Apa?" tanya Alvaro tanpa berbasa-basi.

"Var." Suara Agraska bergetar, Alvaro bisa mendengarnya dengan jelas. "Ke ru-rumah sakit Cahaya sekarang, Var."

"Hah?" Alvaro kian mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Apa urusannya sama gue?"

"Bulan di sini."

Tiga kata itu. Hanya tiga kata dengan satu nama yang penting di dalamnya membuat tubuh Alvaro membeku. Tanpa menjawab apa-apa Alvaro langsung mematikan sambungan.

"Bang Rion!" Alvaro berteriak keras memanggil Alderion yang hendak membuka pintu mobil. Teriakannya mengejutkan semua yang ada. "Ke rumah sakit cahaya!" Alvaro berteriak lagi, tanpa memberikan penjelasan apapun, ia berlari kencang menuju motornya, melajukan motor itu secepatnya membuat yang lain terpaku.

"Mas." Laila sudah mengeluarkan air matanya. Firasatnya buruk, jauh sangat buruk.

Anggara terdiam sejenak, merangkul Laila dan membawanya untuk berjalan ke arah mobil. "Kita ke rumah sakit yang Alvaro sebut," ucapnya menatap ketiga anaknya yang membeku di posisi mereka masing-masing.

- 4B -

Berulang kali Agraska mengacak rambutnya, berdecak, dan mengumpat di lorong rumah sakit. Sendirian menunggu seseorang yang masih di ruangan gawat darurat membuatnya tak bisa tenang. Hingga tubuhnya berhenti bergerak saat melihat beberapa orang datang tergesa, menuju ke arahnya.

"Bulan?!" seorang wanita paruh baya berteriak, menghampiri Agraska dan mencengkeram erat kedua pundak Agraska. "Di mana Bulan?!"

Agraska menatap kosong ke depan. Kedua tangannya mengepal saat ingatannya berputar ke beberapa jam yang lalu. Ia masih menunggu Rembulan di markasnya ketika anak buahnya yang berjaga di depan kembali ke dalam dan mengabarkan ada kecelakaan yang terjadi.

Tanpa menunggu lama, Agraska segera bangkit dari tempatnya dan berlari tergesa ke arah kerumunan yang ada, sebab ia mendadak takut. Ia sempat berharap Rembulan masih berada di swalayan. Tetapi tidak.

Tubuhnya seperti terkunci begitu melihat sosok gadis yang diangkut tandu oleh tim medis, mereka membawa seseorang penuh darah ke dalam ambulans. Dan saat itu Agraska berteriak memanggil Rembulan, panik bukan main saat ia melihat dengan jelas jika wajah seseorang yang ditutupi darah itu memanglah sosok yang ia tunggu.

"Agraska!" Alvaro geram, Agraska tak bersuara. Maka dari itu ia langsung menarik kerah bajunya dan mendorongnya hingga membentur tembok. "Kenapa dia ada sama lo?! Kenapa begini?!"

Agraska menatap Alvaro dengan tatapan kosong, lantas ia beralih pada Anggara yang berada di belakang Alvaro.

Agraska menggeleng, kepalanya langsung tertunduk dalam. "Gue nunggu dia yang mau ngambil hp di swalayan. Gue nunggu dia di markas, mau ngantar dia pulang. Tapi gini ... dia ditabrak lari."

Tak ada yang berkata-kata lagi setelah itu. Semuanya diam kecuali Laila yang semakin terisak dalam rengkuhan Anggara. Mereka semua terpukul dengan kejadian ini, hingga tak bisa berkutik selain menunggu pintu terbuka dan dokter mengatakan hal baik.

Benar. Hanya ada harapan sekarang.

Alderion terjatuh, bersimpuh di lantai dengan punggung menyandar pada tembok. Lemas sekali mendengar kabar ini. Padahal senyumannya sudah menguar hendak menjemput Rembulan, ingin segera memeluknya dan mengatakan pada gadis itu bahwa semua baik-baik saja, dan tidak akan ada yang marah. Alderion sudah menyiapkan semua kata menenangkan untuk adiknya. Tapi, kenapa?

Di sisi lain, Alvano menangis. Memukul-mukul tembok menyalurkan denyutan nyeri dalam hatinya. Ia sudah siap menyambut Rembulan di rumah, merentang untuk memeluk dan tertawa. Bukan seperti ini. Bukan memeluk kabar menyakitkan ini hingga air matanya berjatuhan.

Alzero pun diam menunduk. Beberapa hadiah yang sudah ia siapkan di kamar Rembulan tak akan dibuka hari ini. Hadiah permintaan maaf, hadiah sambutan, dan hadiah yang membuat senyuman Rembulan terbit harus menunggu untuk sementara waktu.

Sementara Alvaro, tak bisa dideskripsikan lagi bagaimana perasaannya sekarang. Ia sudah berjanji akan memperlakukan Rembulan lebih baik lagi saat gadis itu pulang. Alvaro tidak akan memarahinya, Alvaro berniat memeluknya kencang dan berkata untuk tidak pergi meninggalkannya lagi. Tapi sekarang bagaimana?

Rembulan belum pulang.

Continue Reading

You'll Also Like

Fake Nerd Boy By cwk

Teen Fiction

59.9K 4.5K 53
Sebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna i...
3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
HTS?! By Ree

Teen Fiction

38.7K 1.9K 23
"Bocil." "Bocil? 17 tahun lo bilang bocil?" "Iyalah, lo masih 17 tahun. Sedangkan gue bentar lagi 19 tahun. Lo masih terlalu kecil...
3.8M 136K 64
PUBLISH ULANG DAN REVISI Kembar-Kembar Somplak menceritakan tentang si kembar tiga-Dava, Davi dan Diva yang memiliki sifat saling bertolak belakang...