Black Heart ✔️

Oleh yusrianiputri

46.2K 2.6K 70

Ashmita Caturvedi harus menerima kenyataan yang pahit saat sadar atas apa yang terjadi saat upacara pernikaha... Lebih Banyak

Prakata
Perkenalan Tokoh
Part 1. Ashmita Caturvedi
Part 2. The Dreams
Part 3. Fun Fair
Part 4. Who Is He?!
Part 5. Someone Comes
Part 6. Confused & Answer
Part 7. Maholtra's Family
Part 8. H - 2 Holi
Part 9. Holi Hai
Part 10. H-1 Engagement
Part 11. Engagement
Part 12. Mehndi
Part 13. Haldi
Part 14. Wedding
Part 15. Leave
Part 16. Maholtra's Mansion
Part 17. Surprise
Part 18. The Truth
Part. 19 Broken Heart
Part 20. Nightmare
Part 21. Nightmare 2
Part 22. Is There Something?
Part 23. Why?
Part 24. Broken
Part 25. Strange
Part 26. More
Part 27. Jealous
Part 28. Shock
Part 29. Plans
Part 31. Bad News
Part 32. Feelings
Part 33. Take Times
Part 34. Get Worst
Part 35. Secret Plan
Part 36. Gone Now
Part 37. Choice
Part 38. Judge
Part 39. All Time Ago
Part 40. Together
Penutup

Part 30. First Gift

662 52 4
Oleh yusrianiputri

***

Ashmita baru saja sampai setelah dari pasar. Bersama dengan kelima suaminya yang membantunya untuk bisa membantu membawakan barang-barang belanjaan itu. "Kalian bisa letakkan saja barang-barang itu di sini. Aku akan memanggil Bibi Taani, untuk membantuku." ucap Ashmita pada saat mereka semua sudah sampai tepat di ruang tamu.

Mendengarkan hal itu, seketika saja Prem, Varun, Akash, Vinay dan juga Rohit meletakkan barang-barang belanjaan itu dengan perlahan dan juga hati-hati tepat di atas meja dan juga sofa yang ada di ruang tamu itu. "Baiklah, kalau begitu kami pergi ke kamar." ucap Prem di sana dan mulai berjalan mendahului saudaranya yang lainnya. Prem yang berjalan menuju kamarnya itu pun dengan segera saja diikuti oleh saudaranya yang lainnya.

Ashmita sendiri dengan segera saja melangkahkan kakinya menuju arah dapur. Dan menemukan Bibi Taani yang terlihat sedang memasak makan siang untuk mereka semua. "Bibi... Apakah ada yang bisa aku bantu lakukan?" tanya Ashmita di sana dengan senyuman kecil di wajahnya.

Bibi Taani yang mendengar suara Ashmita itu pun seketika saja mengangkat kepalanya dari arah kedua tangannya yang sedang memotong-motong bahan makanan di sana, dan juga membalas senyuman kecil Ashmita itu. "Boleh. Bisakah kamu membantuku untuk membuatkan teh saja? Teh untuk kita semua. Oke?" ucap Bibi Taani di sana sambil menunjuk tepat ke arah panci kecil yang biasanya digunakan untuk membuat teh.

Ashmita hanya membalas dengan anggukan kepalanya yang perlahan. Lalu dia mulai mendekat ke arah kompor itu dan mulai membuat teh. "Oya, apakah barang-barang untuk perayaan Diwali sudah kamu beli semuanya??" tanya Bibi Taani yang masih sambil fokus memasak masakannya itu di sana.

"Sudah... Mungkin lusa kita sudah bisa menghiasi semua sudut rumah ini dengan hiasan-hiasan itu." jawab Ashmita dengan jelas.

"Baguslah kalau begitu..." gumam Bibi Taani sambil melanjutkan memasaknya itu.

Setelah menunggu beberapa menit, teh yang dimasak oleh Ashmita itu pun akhirnya matang. Lalu dengan perlahan-lahan, Ashmita pun mulai menuangkannya ke dalam cangkir-cangkir yang sudah dia siapkan sebelumnya. Setelah itu, Ashmita juga tidak lupa untuk meletakkan dua buah biskuit di tiap masing-masing lapik dari cangkir itu. Hingga secara tiba-tiba saja Ashmita terdiam dan seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.

"Bibi..." panggil Ashmita sambil menolehkan kepalanya dan menatap Bibi Taani yang sedang menggoreng beberapa roti.

"Ada apa Ashmita??" tanya Bibi Taani di sana dengan kernyitan kecil di dahinya.

"Apakah di dapur ada bahan-bahan yang bisa digunakan untuk obat oles alami?" tanya Ashmita di sana dengan penasaran.

"Tentu saja ada. Tunggu sebentar ya." jawab Bibi Taani yang langsung saja beralih mendekat tepat ke arah laci-laci yang menggantung di dinding berisi bahan-bahan.

Bibi Taani mengambil beberapa bahan-bahan dari laci-laci itu dan meletakkannya tepat di bagian atas meja di dekat kompor itu. "Ini bahan-bahannya." ucap Bibi Taani di sana sambil kembali fokus dengan kegiatan menggorengnya itu.

Ashmita menyentuh beberapa toples kaca berisi bahan-bahan itu dan memperhatikannya. Dia tersenyum kecil. "Oya, memangnya untuk apa bahan-bahan itu, Ashmita?" Bibi Taani merasa sangatlah penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ashmita dengan bahan-bahan obat itu di sana. Tapi Ashmita tidak menjawab, dan hanya tersenyum saja.

***

Tok

Tok

Ashmita mengetuk pintu kamar milik Varun beberapa kali di sana. Dia membawa sebuah mangkuk kecil berisi tumbukan bahan-bahan alami untuk membuat obat oles yang tadi dia tanyakan kepada Bibi Taani itu. Ashmita menunggu, tapi tidak ada balasan sedikit pun dari dalam kamar itu. Lalu Ashmita pun mulai mengangkat kembali telapak tangan kanannya dan bersiap-siap untuk mengetuk lagi pintu kamar itu. Tapi sebelum Ashmita bisa mengetuk kembali, pintu kamar itu terbuka perlahan. Dan menampilkan Varun dengan rambutnya yang basah dan hanya menggunakan celana pendek saja di sana. Mereka seketika saja sama-sama terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. Bahkan Ashmita sendiri sama sekali tidak menyadari bahwa tangan kanannya yang masih terangkat di sana itu.

"Ada apa??" tanya Varun di sana dengan nada suaranya yang terdengar datar. Bahkan sorot kedua matanya itu terlihat sangatlah dingin.

Seketika saja membuat Ashmita tersadar dan mulai menurunkan tangan kanannya di sana. "Aku membuatkan obat oles untuk lukamu waktu itu. Aku berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku, jika tidak besi itu mungkin saja akan menimpaku. Jadi, aku harus membalasnya dengan mengobatimu." jawab Ashmita dengan menjelaskan.

Varun yang mendengarkan hal itu pun seketika saja terdiam dan mulai menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Baiklah... Kau bisa mengobati lukaku." ucap Varun sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Dan saat itulah Ashmita bisa melihat luka di punggung Varun yang masih terlihat merah dan juga memar. Lukanya berada tepat di bagian bahu kanan Varun, tidak terlalu panjang, tetapi cukup terlihat jelas. Lalu Ashmita pun menyusul melangkahkan kedua kakinya itu tepat di belakang Varun. Sedangkan Varun sendiri sudah duduk tepat di atas ranjangnya, dan diikuti juga oleh Ashmita. Saat duduk, Ashmita meletakkan mangkuk itu tepat di atas pangkuannya dan di genggam oleh tangan kirinya itu di sana.

Ashmita terdiam sebentar, saat sekelebatan bayangan ingatannya muncul. Saat dia dan juga Varun saling bertatapan setelah hampir terkena besi. Dan dimana Varun yang hampir saja menciumnya, membuat Ashmita merasa asing seketika saja. Ada sesuatu yang seharusnya tidak dia ingat dan rasakan pada saat kondisi yang seperti ini.

Lalu dengan perlahan, Ashmita menghela napasnya dan mulai mengambil obat oles itu di jari-jari tangan kanannya serta mengoleskannya dengan perlahan tepat di atas luka di bagian bahu kanan Varun itu. Saat merasa sentuhan obat oles itu di lukanya seketika saja Varun sedikit meringis saat merasakan perih di luka itu. Tapi dia sangat baik dalam menyembunyikan rasa sakitnya itu. Sedangkan Ashmita sendiri bisa melihat jelas apa yang dirasakan oleh Varun, saat melihat ekspresi wajah menahan sakit terlihat sangatlah jelas di sana itu. Lalu secara tanpa sadar, Ashmita yang mengoleskan obat itu memberikan tiupan-tiupan kecil dari bibirnya. Selama ini, yang dia tahu, jika memberikan sebuah tiupan udara saat mengobati suatu luka, maka rasa perih atau sakit akibat luka itu akan berkurang sedikit. Lalu tak lama setelah itu pun, Ashmita sudah selesai mengoleskan obat oles itu di luka Varun.

"Sudah selesai. Untuk sementara, biarkan obatnya mengering dulu, setelah itu bilas dengan menggunakan air hangat. Aku akan membantumu lagi untuk itu. Kalau begitu, aku peegi dulu." ucap Ashmita menjelaskan sambil berdiri dari duduknya itu di atas ranjang milik Varun.

"Tunggu dulu..." cegah Varun di sana dan seketika saja membuat Ashmita membalikkan badannya dan menatap Varun yang masih duduk di atas ranjangnya itu.

"Ada apa???" Ashmita bertanya.

Varun seketika saja mengedipkan kedua kelopak matanya beberapa kali. Dan mulai berdeham. "Duduklah lagi di sini sebentar. Aku ada sesuatu untukmu." jawabnya dengan nada suaranya yang terdengar sangatlah kaku itu.

Lalu tanpa menjawab Ashmita pun dengan segera saja kembali mendekat ke arah ranjang Varun dan duduk di sana. Saat Ashmita sudah duduk, Varun pun berdiri dan mulai berjalan mendekat ke arah lemari pakaiannya. Memgambil sesuatu yang membuat Ashmita merasa sangatlah penasaran di sana. Setelah itu Varun pun kembali dengan membawa sebuah kotak berukuran persegi panjang berwarna coklat tua, lalu duduk di samping Ashmita.

"Tadi, aku membelikanmu sesuatu. Ku pikir, kamu mungkin saja akan menyukainya..." ucap Varun menjelaskan sambil membuka perlahan kotak itu di hadapan Ashmita.

Dan ternyata kotak yang dibawa oleh Varun itu berisi gelang. Ashmita seketika saja terdiam dan merasa tidak percaya. Varun seketika saja mengangkat kepalanya di sana dan memperhatikan ekspresi wajah Ashmita yang berubah sayu dan tidak menampilkan hal yang lainnya lagi di sana. Dan hal itulah yang seketika saja membuat Varun mulai mengerutkan dahinya. "Apakah kamu... Sama sekali tidak menyukainya???" tanya Varun di sana.

Ashmita seketika saja mengangkat kepalanya dan menatap tepat ke arah kedua mata Varun. "Bukan. Bukan begitu. Maksudku... Tentu saja, aku suka. Aku menyukainya..." jawab Ashmita dengan terbata-bata.

Mendengarkan hal itu, Varun seketika saja tersenyum kecil. Lalu menutup kembali kotak itu dan menyerahkannya kepada Ashmita. "Aku senang jika kamu menyukainya. Dan aku berharap, kamu bisa memakai gelang itu saat hari perayaan Diwali." ucap Varun dengan senyuman di wajahnya itu.

Ashmita menerimanya dan menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Tentu, aku akan memakainya." jawabnya sambil menggenggam erat kotak persegi panjang itu di tangannya.

Lalu suasana hening seketika saja memenuhi di antara mereka berdua. Hingga Varun kembali menetralkan ekspresi wajahnya dan mulai menyentuh sisi wajah Ashmita dengan telapak tangan kanannya. Ashmita diam saja. Tapi mereka berdua kini sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan mereka satu sama lainnya. Hingga akhirnya, Varun mulai mendekatkan wajahnya ke arah Ashmita dan mulai mencium bibir Ashmita dengan lembut. Ada perasaan lega yang tergambarkan di wajahnya. Dan Ashmita sendiri seketika saja menyentuh bahu kiri Varun di sana. Dia sama sekali tidak menyadari atas apa yang saat ini sedang mereka lakukan itu. Kedua mata mereka saling menutup, dan mereka terbuai oleh ciuman yang terjadi di sana itu.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

175K 12.9K 22
Memiliki suami sempurna,tapi lavina tetap tidak mencintainya Tapi suaminya yang sangat perhatian bersabar menunggu istrinya yang sekarang membencinya...
199K 10.7K 21
Cerita ini berkisah tentang seorang wanita yang di benci oleh ibunya. Tiba-tiba mati terbunuh akibat didorong oleh saudaranya, dan terbangun di tubuh...
3.1K 106 24
Selvi Agnese Amberlyn Zephyr, gadis cantik dengan mata lentik, kulit seputih susu, dengan dua taring digigi kanan kirinya, serta tinggi badan yang ny...
330K 19.1K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...