Happiness Comes||Jakehoon

By JakeZone

14.3K 1.4K 200

•HAPPINESS COMES OR SADNESS COMES?• •Warn⚠️: -BxB -Jake! Top-Sunghoon! Bot -🔞 (Just 3 chapter.) -Mpreg •Genr... More

1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12

6

920 108 32
By JakeZone

°°°

Jungwon mengerutkan keningnya ketika melihat Jake dan sunghoon berpapasan, tetapi keduanya hanya diam.

Ketika Jake bergeser ke sisi kanan, sunghoon juga bergeser ke kanan. Lalu sunghoon membungkuk, lalu keduanya sama-sama memilih jalur kiri.

"Apa mereka sedang syuting drama? Atau apa?"

---

Jungwon terkejut ketika mendengar teriakan Jake serta sunghoon, dengan cepat ia menghampiri keduanya.

"Ada apa!?"

"Jake? Ada apa?"

"Sunghoon katakan ada apa?"

"A-ani, aku hanya terkejut ketika melihat wajah tuan Jake."

"Aku...aku terkejut, iya aku terkejut...tanpa alasan."-jake menggaruk tengkuknya lalu pergi dari sana.

Begitupun sunghoon, ia menatap jungwon dengan pipi yang memerah lalu pergi meninggalkan tempat.

"Hah?"-jungwon mengedipkan matanya berkali-kali.

---

Jungwon sedang mengemil sembari menonton televisi.

Ia mengerutkan keningnya ketika sunghoon menduduki sofa tepat di sebelahnya.

"Apa kalian--"

"Wae? Apa? Aku melakukan apa?"-potong sunghoon

"Tuan, aku akan membersihkan kamarmu."-Leli

"Hmm."-jake melewati mereka dan menduduki sofa.

Ia kembali bangkit ketika melihat sunghoon juga berada di sana.

"Ahjuma, besok saja. Aku ingin istirahat."

"Nee?"-Leli

Jungwon memejamkan matanya, kesal.
Ada apa dengan keduanya!?



°°°

"Katakan padaku, apa ada sesuatu diantara kalian berdua?"

Mereka sedang menyantap sarapan.

"Tidak."-ucap keduanya.

Jungwon tersenyum paksa, meminum jusnya.

"Dengar, aku tidak peduli apa masalah kalian. Tetapi kumohon jangan bertingkah aneh, ataupun membuat orang heran dan bingung. Kalian tidak hidup berdua, ada aku ditengah-tengah kalian, aku pusing."

"Wae? Kita bersikap aneh, apa maksudmu?"-jake

"Tidak, kalian tidak aneh."-jungwon meninggalkan area makan. Menekan kata katanya.

Sunghoon mematung, matanya tetap menatap makanannya.

"Oh, jungwon tidak mengatakan kita aneh, tetapi dia mengatakan kau aneh."-jake bangkit dan pergi dari tempat.

"Sunghoon, kau ini kenapa, sih!"

"Oh ayolah...bersikap biasa saja. Dia bahkan pernah mencium bibir-arg! Aku bicara apa!?"

ia memejamkan matanya, tetapi memori waktu itu kembali terulang. Ia kembali bisa mendengar detak jantung, entahlah itu miliknya, atau Jake.

---

"Kenapa kita harus datang berdua!?"

"Nee? Ah, aniyo. Maksudku, daripada kalian terpisah, lagipula kalian satu rumah dan satu tujuan, hyung ku mengundang kalian berdua. Jadi lebih baik, kalian datang berdua, tuan."

"Tapi, bagaimana hyung mu mengenal aku?"

"Oh, jungwon mengenal hyungku. Mungkin dia menceritakan tentangmu, sedikit. Maaf jika kau keberatan, atau merasa resah."

"Tidak sama sekali, aku hanya terkejut bagaimana orang yang tidak kukenal mengenalku."-sunghoon tersenyum

---

"Selamat atas pernikahan kalian. Aku berdoa supaya kalian tetap bersama dalam waktu yang lama."-jake memeluk pria tersebut

"Oh, terimakasih Jake."

"Selamat atas pernikahan kalian."-sunghoon membungkuk lalu tersenyum kepada pengantin wanita.

Wanita itu memiringkan kepalanya, bingung karena tidak mengenal lelaki didepannya.

"Ah, aku park sunghoon--"

"Ahh, park sunghoon? Suamiku pernah bercerita tentang mu, kau kekasih Jake bukan?"

Semua orang yang berada dimeja itu terdiam,

"A-aniyo, aku...aku adalah guru. Aku mengajari jungwon."-sunghoon

"Oh, mungkin kau salah dengar. Aku bilang, dia guru privat jungwon."

"Oh...maaf."-wanita itu sedikit tersenyum malu.

"Oh iya, apa jungwon tidak kemari? Padahal ini hari spesial ku."

"Ani Hyung, di sini terlalu ramai. Aku sudah mengirim orangku agar menjaga jungwon di rumah."-jake

"Kau benar. Mari dimakan, sunghoon-ssi."

"Nee."-sunghoon

"Kita pamit dulu ya? Harus menyambut tamu lain."

"Iya, tentu."-sunghoon

Hanya ada keheningan di meja itu,

"Tuan, hyungku memanggilku. Aku pergi, apa tidak apa?"-heeseung

"Hm, pergilah."-jake

"Mereka berdua aneh."-batin heeseung sebelum meninggalkan meja.

---

Alunan musik melenggang ke seluruh gedung pernikahan,

Semua orang mulai bangkit dari duduknya, menari dengan pasangan mereka masing-masing.

"Apa yang kalian lakukan? Marilah menari bersama."-ucap pria paruh baya.

"Benar, lupakan masalah di luar, bersenang-senang lah sekarang."-ucap pasangannya.

"Ayo, ayo ayo"-kakek itu menarik mereka berdua ke tengah-tengah.

Jake menghela nafasnya, mengulurkan tangannya.

"Apa boleh?"-jake

Sunghoon dengan ragu menerima uluran tangan Jake,

"Kalau kau tidak nyaman tak apa, kita pergi dari sini."-jake

Tapi Jake mendapat jawaban yang berbalik,

Sunghoon mendekat ke arahnya, meletakkan tangannya di pundaknya.

"Lupakan masalah di luar, tuan. Kehormatan bisa berdansa denganmu "- sunghoon tersenyum manis.

Jake terkekeh, meletakkan tangan yang menganggur di pinggang sang lawan tari.

Mereka mulai menari, mengikuti irama musik.

Jake menari dengan tenang, menatap mata sunghoon. Sedangkan sunghoon sibuk menghindari kontak mata dengan Jake.


°°°

"Bagaimana kabar dari Australia?"-jake menghisap batang rokok nya menatap lelaki didepannya.

"Masih tidak ada kabar, bos."-ucap lelaki berbadan besar di depannya.

Jake berdecak kesal, membuang putung rokoknya sembarang arah.

"Hubungi dia."

Heeseung segera memencet kombinasi nomor. Setelah yakin teleponnya tersambung, segera ia berikan benda pipih itu pada Jake.

"Yak! Kau menelepon ku saat aku sedang turun bertugas!?"

Jake menjauhkan ponsel dari telinganya,

"Karena kau sangat lamban, Riki. Cepat kembali dan bawa informasi."

"Ck, kau pikir menyusup itu mudah? Si-huh, untung kau lebih tua."

"Apa perlu ku kirimkan jagoan bungsu ku?"

Brak!

Terdengar seperti meja di pukul dari seberang.

"Tidak perlu, aku akan tiba besok."

"Aku punya dua anak di sini. Bukankah tidak adil jika memberi pekerjaan hanya untukmu?"-jake terkekeh

"Aku akan membunuhmu. Lagi pula dia buronan. Dia tidak akan bisa terbang ke sini, dasar tua, menyebalkan."

"Aku punya jet pribadi, bodoh. Dasar muda, menyebalkan."

"Tapi kau perlu izin--"

"Kau pikir aku siapa? Aku penguasa Korea Selatan. Sudah, lupakan. Cepat kembali, aku ingin memberi pelajaran pada bajingan itu."

"Cih, bajingan memanggil bajingan lain."

"Yak! Aku mendengarnya, bocah."

"Ah, maaf, maafkan aku. Tolong jangan mengurangi porsi makanan ku. Ya Jake? Ah tidak, bos."

Jake menggelengkan kepalanya lalu memutuskan sambungan.

"Aku masih tidak tahu alasan mereka saling membenci."-jake menggelengkan kepalanya.

"Apa kau tahu?"-tanyanya pada heeseung

"Mungkin, karena Sunoo, tuan."

"Dasar anak muda."



°°°

Tok tok tok

"Masuk."

"Tuan, Riki sudah tiba."- heeseung masuk ke dalam kamar Jake, lalu kembali membalikkan badannya.

"Apa kau tidak pernah melihatku bertelanjang dada?"-ucap Jake terkekeh

"A-aniyo."

"Apa kau memiliki pasangan? Apa peranmu?"

"N-nee?"

Jake tidak menjawab, memakai kausnya.

"A-atas, tuan."-jawab heeseung yang masih setia membelakangi tuannya.

"Sayang sekali."-ucap Jake keluar dari kamarnya.

Heeseung menatap punggung Jake,

"Bisa gila jantungku kalau bekerja dengannya, entah karena takut atau gugup"-ucapnya lalu menyusul Jake

"Jadi? Apa yang mereka rencanakan?"

"...."

"Kita punya waktu 1 bulan, tapi tetap awasi pergerakan mereka, dan heeseung terus awasi sunghoon."

"Baik, tuan."

"Kita hanya memerlukan waktu, sampai Sunghoon..."

---

Dengan mata terpejam, pikiran sunghoon tidak lah berada di tempatnya.

"Tetapi kenapa setiap bertemu dengan Jake, jantungku berdegup kencang?"

"Bahkan sekarang jantungku berdegup kencang hanya dengan membayangkan wajahnya."

"Apa aku....menyuk-ani sunghoon, sadar dirilah, kau hanya seorang guru di rumah itu. Dan tidak mungkin kau jatuh cinta kepada orang seperti dirinya, ingat bagaimana dia membunuh wanita itu. Tidak, sunghoon kembalikan kesadaran mu."

Sunghoon tidak bodoh, ia melihat banyaknya senjata di rumah itu, melihat bagaimana Jake menembak wanita itu dengan santai. Ia tahu, Jake pasti bukan orang biasa, Jake juga musuh dari Yo Hoon, mafia keji. Bukankah itu sudah sempurna untuk mejelaskan siapa Jake sebenarnya?


"Apa mereka memang jarang berbicara di telepon?"

"Aku harus berhenti. Aku tidak bisa terus terusan berurusan dengan mafia."

Setelah puas bermonolog sendiri, sunghoon memutuskan untuk menyelesaikan ritual membersihkan diri.

Ia mengambil ponselnya, mencari kontak remaja yang belakangan ini sangat dekat dengannya.

"Jungwon?"

"Ah wae~ aku terbangun hanya karena panggilan darimu."

"Ah, mian. Aku hanya ingin mengatakan aku akan datang malam? Mungkin?"

Selama beberapa detik, tak ada jawaban dari lawan bicara.

"Kau--"

Pippp

"Dasar, kenapa dia menutup telepon nya."

---

Sampai sang fajar tenggelam, sunghoon meminta heeseung untuk menjemputnya.

"Apa kau sibuk? Maaf, tadi aku ada urusan, aku juga sudah bilang kepada jungwon kalau aku akan datang malam."-sunghoon memasuki mobil.

"Tidak apa, tuan. Aku juga dekat dari sini sebelum kau meneleponku."

Ahh, pantas saja. Heeseung langsung datang ketika ia menelfon tadi.

---

"Aku akan memasak makan malam, kau tunggu lah di sini."

Kepala jungwon mengangguk, tanda paham.

"Apa tuan Jake sudah pulang?"-tanyanya sebelum menutup pintu.

"Mungkin?"

"Baiklah, terimakasih."

Sunghoon tidak turun ke dapur, melainkan menuju kamar Jake.

"Benar, aku harus berhenti di sini. Aku mengetahui apa yang seharusnya tidak ku ketahui. Aku akan menjalani hidup seperti biasa, melupakan semuanya."-finalnya memasuki kamar Jake.

Dengan cara mengendap-endap, ia ingin mengambil alat penyadap suara di bawah meja milik Jake yang ia pasang kurang lebih satu minggu yang lalu.

Tangan lentiknya menyelusuri bagian bawah meja tersebut, tapi tangannya belum berhasil menemukan apa yang ia cari.

Ia memutuskan untuk menundukkan kepalanya, bola matanya membesar ketika ia tidak menemukan apapun di bawah meja itu.

"Kau mencari benda ini?"

Sunghoon mematung, menatap sosok Jake yang berdiri menggunakan jubah tidurnya.

"T-tuan, aku-hanya..."-sunghoon menghela nafas

"Huh, Iya seperti yang kau tahu."-lanjutnya

"Setidaknya, kalau kau ingin menyadap, taruh di tempat yang jarang aku tempati, meja? Bodoh sekali."- jake melemparkan alat tersebut kepada sunghoon,

Beruntung sunghoon peka dan cepat tanggap menangkapnya.

"Sejak kapan?"-jake

"Kau....tidak marah?"

Jake mendekati sunghoon, sunghoon memundurkan langkahnya, waspada jika Jake akan mencekiknya lagi.

"Sejak kapan?"-jake tersenyum

"Sial, justru yang seperti ini aku takut."

"Aku bertanya sunghoon. Sejak kapan?"

Tangan jake membenahi pakaian sunghoon yang terlihat lusuh.

"Itu...mungkin sekitar satu minggu yang lalu?"

"Hmm, ketika aku membunuh wanita itu?"

Deg

"Dia tau kalau aku tau?"

"Ponsel heeseung, itu perbuatan mu juga?"

Sunghoon mengangguk kaku, mencoba menatap mata tajam di depannya.

"Jangan sampai Jake mendengarnya."

"Apa saja yang kau ketahui? "-jake mengelus lembut pipi sunghoon.

"S-semua. Aku mengetahui semuanya!"-jawabnya sambil menghentikan tangan Jake yang ingin turun ke lehernya.

"Semua?"-jake tersenyum, ia mengusak rambut sunghoon.

Sunghoon membuang nafasnya yang sedari tadi ia tahan ketika Jake menjauh darinya dan duduk di sofa kecilnya.

"Mwohe? Kau ingin jungwon kelaparan?"

Sunghoon tidak keluar dari kamar Jake, ia berdiri tepat dihadapan Jake yang sedang bermain dengan ponselnya.

"Karena aku mengetahui semuanya, aku akan melaporkan kau kepada polisi."

"Sialan, maju lah, bodoh. Tembak! Bagus! Yuhu~"

Sunghoon memejamkan matanya ketika Jake sibuk dengan ponselnya.

"Aku akan mengatakan kau telah membunuh seorang wanita, membeli senjata legal, narkoba--"

"Jadi kau juga ada di sana?"-ucap Jake memotong ucapan sunghoon

"Eoh! Waeyo? Kau takut sekarang?"

Ia terkejut dan memundurkan langkahnya ketika Jake tertawa, sangat keras,

Ini pertama kalinya, ia melihat Jake tertawa begitu keras.

"Laporkan saja, menurutmu polisi akan percaya apa katamu?"

"Aku punya bukti, menggunakan alat ini!"

"Kau menyayangi halmoni mu kan?"

Jantung sunghoon seakan merosot, mencoba menatap kembali mata tajam itu.

"Jangan. Coba. Menyentuh. Halmoniku."

"Ya, itu tergantung pada dirimu, sayang."

Cup

Jake mengecup punggung tangan sunghoon lalu melangkah menjauh.

"Apa sekarang kau menunjukkan sikap asli di depanku secara terang-terangan? Kau seperti iblis."

"Aku tidak pernah bersikap seperti malaikat."-jake membalikkan badannya

"Benar. Kau iblis."

Jake mengangkat bahunya, keluar dari kamarnya.

---

"Ada apa lagi dengan kalian? Kemarin kalian hampir bertatapan selama 1 jam, sekarang Jake melihat mu seolah kau telah mencuri uangnya."

Yang di tanya melamun, memperhatikan punggung tangannya.

"Apa ada berlian di situ?"

"Ah? Waeyo? Kau bertanya sesuatu padaku?"

"Ck, lupakan. Aku ingin bermain ke tempat ini besok, apa kau bisa menemani ku? Aku dengar juga akan ada pertunjukkan luar biasa."-jungwon menunjukkan layar ponselnya kepada sunghoon.

"Oh, iya. Aku akan menemanimu."

"Aku ada urusan dengan tuan Jake, sebentar saja."-ucap sunghoon lalu berlari kecil menyusul sang tuan.

Jungwon menggelengkan kepalanya heran.

Sunghoon mengikuti Jake yang memasuki area ruang makan,

"Tuan? Aku ingin menanyakan sesuatu."

"Untuk apa kau bertanya pada iblis sepertiku?"

"Aku-huh, aku minta maaf. Lupakan saja perkataan ku tadi. Aku hanya ingin menanyakan dimana Yo Hoon bajingan itu berada, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri, lalu aku akan mendekam di penjara. Selamanya."

"Cih, kau bilang kau mengetahui semuanya."

"Bagaimana? Kau bahkan tidak pernah berbicara tentang Yo Hoon dengan heeseung hyung."-sunghoon menduduki bangku

"Sejak kapan kau memanggilnya begitu?"

"Ahh, maaf kalau aku tidak sopan tetapi itu sudah menjadi keputusan kita bersama."

Jake menggeleng dan terkekeh mendengar tutur yang lebih muda.

"Sekarang, dia di luar kota."-jake membalikkan badannya menatap mata indah sunghoon.

"Apa dia melarikan diri? Bahkan sebelum bertemu aku? Penakut sekali."

Jake terkekeh lagi tetapi kembali datar ketika sunghoon menatapnya.

"Lihat apa kau?"-ucapnya menaikkan dagunya.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu lagi?"

"Tidak."

"Tapi aku akan tetap bertanya."

"Lalu apa fungsi kau meminta izin?"

"Mwo...hanya basa-basi,"

"Siapa Wili Kim?"-lanjutnya

"Kau bilang kau mengetahui semuanya?"

"Apa dia memiliki masalah denganmu? Atau...Dia hanya membencimu karena sikapmu?"

"Kau akan mengetahuinya, bagaimana dengan dinner besok?"

"Aku ingin tahu sekarang, tuan."

Jake menatap mata sunghoon, mengelus pipi lawan bicaranya lembut.

"Berhenti memanggilku tuan. Panggil saja namaku."

"Tapi tuan--"

"Jake."

sunghoon menelan salivanya, berusaha tidak terlihat gugup.

"Ya j-jake, aku memiliki janji dengan jungwon"

Jake berhenti berjalan, membalikkan tubuhnya.

"Kalau begitu, pergi saja denganku."

"Nee? Maksudmu kita? Bertiga? Oke, aku setuju! Sampai besok, tuan!"-sunghoon berlari,

"Maksud ku Jake!"-pekiknya lagi

"Ani! Yak! Maksudku batalkan janjimu dengan jungwon! Yak!"-jake menghela nafasnya

Wajahnya tersenyum, lalu menggeleng, meninggalkan tempat.



°°°

"Untuk apa kau mengajaknya? Kau bilang kita akan pergi bersama paman heeseung."

"Tidak, jake sendiri yang ingin ikut."-sunghoon mengeklik sabuk pengaman nya.

"Wah, kau bahkan memanggil namanya langsung?"-jungwon

"D-dia yang memintanya."-sunghoon

"Tidak. Kau yang memaksaku ikut."-jake

"Memaksamu? Kau--"

"Berhentilah! Kalau kalian berkelahi kita tidak akan berangkat."-potong jungwon.

Kepala Jake kembali menghadap ke depan,

"Eh? Tuan, kau ingin pergi sekarang? Masih tersisa satu jam lagi kita pergi."-heeseung mengerutkan keningnya ketika melihat Jake berada di dalam mobil.

Jake memang akan pergi menemui seseorang. Tanpa diri heeseung.

"Annyeong paman!"-ucap jungwon membuka jendela mobil.

"Eh, tuan muda?"

"Snghoon?"-lanjutnya ketika melihat kepala sunghoon yang terlihat dengannya.

"Annyeonghaseyo."-sunghoon

"Batalkan semua janji dan pertemuan hari ini, kau istirahat saja. A-aku ingin keluar dengan mereka."

"N-nee, tuan."

"Lihat? Dia yang ingin ikut dengan kita."

"Haha, iya aku lihat, haha."-ucap jungwon dengan tawa yang di paksa.

"Maaf, kali ini aku yang menang."- bisik sunghoon kepada Jake

"Terserah, kau selalu benar."-ucap jake

Lalu mobil Jake keluar dari daerah kediamannya,

Meninggalkan heeseung serta Leli yang menganga lebar.

"A-apa apaan?"-Leli

"Oh ahjuma, aku rasa....ah entahlah, itu baik untuk hubungan tuan Jake dan tuan muda jungwon, mungkin...."-heeseung tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.

"Sudah sejauh apa hubungan mereka?"-ucap Leli menerjapkan matanya berkali-kali

---

"Dimana ini?"-jungwon

"Istana dinasti Joseon. Kita juga belum sarapan, lebih baik kita sarapan dahulu di dalam."-jake

Sunghoon mengangguk setuju, lalu mereka semua turun dari mobil.

"Kau juga belum pernah ke rumah tradisional Korea kan?"-jake

"Ya itu karena dirimu!"-jungwon, lalu dia melangkahkan kakinya terlebih dahulu.

"Tolong bawa dia berkeliling, ceritakan sejarah, atau pengetahuan lainnya. Tetapi belilah makan dahulu."-jake

"Baik, bos."-ucap lelaki tinggi

Sepertinya itu teman Jake?

"Sendiri!?"-pekik jungwon

"Wae? Kau takut?"-jake

"A-ani! Kajja ahjusi."-jungwon menarik tangan lelaki tinggi tersebut.

"Jungwon! Biarkan petugas itu jalan di depanmu! Kalau kau yang didepan, kalian bisa tersesat! "-teriak sunghoon

"Nee!"-pekik jungwon, padahal Jake dan sunghoon sudah tidak bisa melihat jungwon.

Jake dan sunghoon tertawa bersama,

"Bukankah seharusnya kau mengusirku dan kau berkeliling bersamanya?"-ucap sunghoon jalan mendahului jake

"Dia harus mengetahui sejarah."-jake

"Itu juga kau yang menyebabkan dia tidak tahu sejarah, hanya hidup 11 tahun di rumah."-sunghoon

Tak ada jawaban dari sang lawan bicara,

"Waeyo? Kau menyesal?"-lanjutnya

"Kau sangat berisik."-ucap Jake menarik tangan sunghoon.

"Jake, pelan-pelan, aku hampir jatuh!"-pekik sunghoon ketika Jake berlari menarik tangan nya

"Kau tidak bisa meminum kopi?"-jake masih tertawa, karena mengetahui fakta baru tentang sunghoon.

"Aish, memalukan."

"W-waeyo!? Kopi itu pahit, tidak--"

"Benar, kau memang cocok meminum susu, seperti bayi."

"Jake! Aku 27!"

"Nee..."-jake meneguk kopinya, diikuti sunghoon.

"Dia bahkan meneriaki namaku. Cih, aku menyesal menyuruhnya untuk memanggilku dengan nama saja."

"Kau ingin makan apa?"

"Kau? Biar aku yang memesannya."

"Hm...pilihkan, yang menurutmu cocok dengan lidahku."

"Aku tidak mengerti, jake. aku tidak bisa merasakan lidahmu. Aku memiliki lidah sendiri."

"Kau ingin merasakannya?"

Sunghoon yang baru sadar perkataannya sedikit ambigu, tersedak susunya.

"Kau gila!?"-sunghoon segera bangkit dan menjauh dari Jake.

Jake terkekeh, melihat jalan sunghoon yang terburu-buru seolah ia benar-benar akan menciumnya.

---

Setelah menghabiskan waktu 3 jam di tempat tradisional itu, mereka memutuskan untuk menuju lokasi selanjutnya.

"Pertunjukan dimulai pukul 5, masih ada waktu 3 jam."-jake memasang sabuk pengaman nya.

"Kau benar, masih banyak waktu yang tersisa. Jungwon? Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"-sunghoon menoleh ke belakang, menatap jungwon.

"Ehm, Lotte world! Aku sudah lama ingin bermain di Lotte world."-ucap jungwon bersemangat.

"Baiklah."

Tetapi mobil tidak bergerak, sunghoon mengernyitkan dahi melihat Jake yang hanya diam.

"Kau mendengarnya kan?"

"Hm."















Lee Heeseung
30y.o
(Underboss+supir pribadi sunghoon)


Nashimura Riki/ Ni-ki
25y.o
(Caporegime 1)


Jay Park
35y.o
(?)


To be continue...
Up setiap Senin (3 chapter)
___________________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 27.9K 66
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
69.2K 6.3K 37
"Jangan harap saya bisa sayang sama kamu, Christy." Ucap chika dan pergi meninggalkan Christy sendirian, di tengah hujan deras. "Tuhan, aku iri deng...
892K 7.2K 25
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan 🔞 anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca
24.6K 1.9K 21
yang ada saja belum tentu dianggap,, apalagi aku yang hanya orang baru?