Agnaya (On going)

By Au_thorsecret

104 31 7

Jangan lupa vote+comment Up 1× seminggu Don't plagiat!!!!! Rank 01 #juara kelas (05/11/2021] "Terima kasih te... More

Pendahuluan
Chapter 02 - Terlambat
Chapter 03 - Tugas Teman
Chapter 04 - Masalah Baru
Chapter 05 - Rasa yang aneh
Chapter 06 - Khawatir
Chapter 07 - Tertegun
Chapter 08 - Yang nyuruh yang dosa
Chapter 09 - Salah tingkah

Chapter 01 - Kejadian tak terduga

24 8 5
By Au_thorsecret

.
.
.
.
.

"Hmm, hmm .... Na, nanananana. Lalalalalala ...." Seorang gadis cantik bernyanyi dengan penuh percaya diri jika suaranya sangatlah indah nan merdu. Ia menyenandungkan lagu, yang entah itu lagu apa.

"Kanaya .... " Ia pun menoleh pada salah satu teman perempuan yang memanggil namanya. "Gua duluan, ya," ucapnya yang masih berada diboncengan kekasihnya.

Gadis bersurai hitam itu pun mengembangkan senyumnya sebagai jawaban. Ya, namanya Kanaya Anindya. Yang berstatus sebagai pelajar di SMA Putra-Putri Bangsa.

Kanaya melepas earphone dari kedua telinganya, dan memasukkannya ke dalam tas pink nya itu. Ia hendak mengambil buku komiknya di dalam tas yang berada di pundak kirinya. "Jambrettt!" Teriak Kanaya dengan suara lembutnya.

Dua pria berbadan besar, berpakaian serba hitam dengan membawa sepeda motor, berhasil merampas tas kecil kesayangannya itu. Untung saja Kanaya tidak ikut terseret.

Kanaya berlari sekuat tenaga tanpa menghilangkan teriakannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mengapa jalanan ini begitu sepi? Oh Tuhan-pikirnya.

Rasanya ia ingin menangis, tetapi tidak mungkin untuk saat ini. Ia harus berlari lebih cepat lagi untuk mendapatkan tas berharga nya, di mana tas itu berisi semua buku-buku pelajarannya, ponsel, earphone serta proposal yang akan dikumpulkan hari ini.

"Proposal ku .... " Kanaya terjatuh lemas di aspal, kaki kecilnya tidak kuat lagi untuk mengejar pria tua sialan itu.

Gubrak

Kedua mata Kanaya pun terbuka lebar ketika melihat kejadian yang tidak jauh dari posisinya. Seseorang berhasil menghentikan laju penjambret itu dengan ninja merahnya. Dengan tampannya, ia membuka helm yang ia pakai. Terlihat keringat di dahinya dan membuat rambutnya sedikit basah.

Mengapa dia tampan sekali?-batin Kanaya

Laki-laki itu memukul kedua preman dengan helmnya. Tak lama pun, kedua preman itu meringis kesakitan dan berhasil tersungkur ke aspal dengan wajah yang sudah lebam. Dengan sekuat tenaga, salah satu preman itu mengangkat motornya. Mereka berdua pun berhasil menyelamatkan diri.

Kanaya menepuk-nepuk rok abu-abu selututnya berusaha menghilangkan kotoran yang menempel. Ia menghampiri laki-laki tinggi yang tadi menolongnya dengan kaki sedikit tertatih.

"Ha---hai," sapa Kanaya pada laki-laki yang sekarang berada di hadapannya. Laki-laki berseragam putih-abu itu pun hanya menaikkan kedua alisnya, menandakan ada apa.

"Hmm, boleh saya ambil tas saya?" tanya Kanaya sambil menyodori sebelah tangannya.

"Kamu belum mengucapkan makasih," celetuknya. Kanaya pun menepuk keningnya pelan. "Maaf, aku lupa."

"Terima kasih sudah membantuku, Kak." Laki-laki itu menerbitkan senyum tipisnya mendengar kata Kak di akhir kalimat. Lucu juga-pikirnya

"Terima kasih saja tidak cukup untukku," celetuk laki-laki yang bername tag Agam Afdalash di seragam putihnya.

"Apa maksudmu, hah?" Agam tersenyum
miring mendengar pertanyaan dari gadis konyol di hadapannya itu. "Kamu kira zaman sekarang ada yang gratis?"

"Lalu, apa mau mu?" tanya Kanaya yang sudah di ambang batas kesabaran. "Berikan tas ku, cepat!"

Kanaya mencoba merebut dan meraih tas yang sengaja ditinggikan oleh Agam. "Kamu tidak punya sopan santun," ucap Agam.

"Kamu yang tidak tahu diri, itu tasku. Mengapa kamu mau memilikinya juga, hah? Apa kamu suka tas warna pink?" Kanaya terdiam sejenak, dan tiba-tiba tersenyum membuat Agam merinding melihatnya.

"Mengapa kamu tersenyum seperti kuntilanak Hongkong seperti itu?" Agam melangkah mundur, mencoba menjauhi Kanaya yang mulai aneh.

Kanaya maju beberapa langkah, mengikis jarak di antara mereka berdua. "Aku tahu, pasti kamu mencoba menggodaku, 'kan? Dan kamu berlagak menjadi seorang pahlawan hanya untuk mendapatkan nomor whatsapp aku, 'kan? Jujur, kamu tidak bisa mengelaknya lagi."

Agam tertawa lepas, "kamu lucu sekali, haha .... Raut wajahnya pun berubah menjadi dingin kembali. "Aku bukan laki-laki modus seperti itu. Aku hanya ingin kau menuruti permintaanku .... "

Kanaya menyipitkan kedua matanya tidak terima.

" ... dan itu sebagai balas budi kamu padaku," sambung Agam ketika Kanaya hendak mengeluarkan protes dari bibir merah alaminya.

"Apa itu?" tanya Kanaya malas.

"Kamu harus menjadi pacar kontrak ku mulai saat ini," jawab Agam dengan nada santainya. Kedua mata Kanaya terbuka lebar

"Dan itu berlaku jika kamu mau tas pink ini kembali ke tanganmu. Kalau kamu tidak mau, tidak masalah. Aku tidak rugi sedikitpun, hanya saja, ya ..., badanku sedikit pegal-pegal karena melawan pria tadi," jelas Agam.

"Apa keuntungannya untukku, hah? Yang benar saja, kamu keenakan kalau begitu. Dan aku tidak mau," protes Kanaya.

"Terserah, semua keputusan ada pada dirimu. Jika mempertanyakan apa keuntungan menjadi pacar kontrakku, kamu pasti sudah tahu jawabannya. Pertama, kamu akan ikut terkenal di sekolah ini karena bersanding dengan laki-laki tampan seperti ku. Kedua, kamu akan ku bayar 5 juta perbulan. Bukankah itu sangat menguntungkan untukmu?" Jelas Agam.

"Lima juta? Perbulan? Haha, kamu bercanda?" tanya Kanaya membuat Agam tersenyum. "Apa kamu kira dari tadi aku bercanda?" Kanaya menyengir kuda khas andalannya.

"Apa alasannya kamu menjadikan aku pacar kontrakmu? Kamu saja tidak tahu namaku siapa, 'kan?" Kanaya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Nama mu Kanaya Anindya, gadis berusia 16 tahun yang selalu jadi juara kelas di angkatanmu, benar begitu?"

"Darimana kamu tahu semua itu, hah? Kamu menguntitku, ya?" Kanaya menyipitkan matanya kesal. "Kamu selalu berburuk sangka denganku, mengapa kamu tidak memiliki sopan santun kepada kakak kelasmu ini, heh?" ucap Agam.

"Oh, iya maaf. Aku, aku hanya takut kamu memata-mataiku."

Agam memasukkan tas milik Kanaya ke dalam jok motornya. "Ah, sudahlah lupakan. Dan satu lagi akan aku jawab pertanyaan darimu. Mengapa aku memilihmu menjadi pacar kontrakmu padahal masih banyak perempuan di sekolah ini yang lebih cantik darimu begitu? Mungkin aku lebih tertarik pada perempuan yang pintar, daripada cantik. Dan yang kedua, ya sebagai balas budi darimu. Namun, kamu juga dibayar olehku. Hitung-hitung aku bisa membantumu untuk mendapatkan uang secara cuma-cuma. Alasanku mencari pacar kontrak karena aku tidak ingin dijodohkan oleh sahabatku sendiri. Dan ku harap kamu tidak bertanya lagi tentangku, jalani saja apa yang aku perintah. Berlakulah seperti pacarku di sekolah, maupun di luar sekolah."

Kanaya mengedip-ngedipkan kedua matanya tidak percaya ketika laki-laki dingin seperti Agam, mau menjelaskan suatu hal sepanjang kali lebar seperti ini. "Namun, aku belum menyetujuinya," balas Kanaya.

"Kuharap kamu menyetujui hal ini, aku akan membuat surat kontraknya besok. Aku beri kamu waktu untuk memikirkan hal ini." Agam mengeluarkan tas pink itu dan memberikannya pada Kanaya.

Kanaya mengadah, memandang Agam dengan mata coklatnya. "Ambillah, aku yakin kamu pasti tahu bagaimana rasanya jika dijodohkan dengan seseorang yang tidak kita cintai lebih dari seorang sahabat," ucap Agam menjawab semua keraguan Kanaya.

Kanaya pun menerimanya, "baiklah, aku akan memikirkan hal ini terlebih dahulu. Dan, terima kasih sudah menolongku. Hehe, by the way kita terlambat masuk sekolah."

Agam langsung melirik arloji hitamnya dengan kedua mata yang melebar. "Ini salahmu, kita jadi terlambat masuk sekolah. Apa yang akan dikatakan kepala sekolah padaku nanti?" Protes nya.

"Kamu ini, aku tidak menyuruhmu untuk mengobrol denganku. Kamu sendiri yang membuat ulah, mengapa jadi menyalahkan aku, hah? Dasar, laki-laki selalu saja kerjaannya mengomel, tidak mau disalahkan, maunya menang sendiri," celoteh Kanaya.

"Tidak semua laki-laki seperti itu, Kanaya!" Tegas Agam membuat Kanaya tertegun. "Na---namun, kebanyakan laki-laki seperti itu. Ya, kamu memang tidak, tapi entah yang lain bagaimana. Ah, sudahlah. Aku tetap masuk sekolah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali." Setelah mengucapkan hal itu, Kanaya pun meninggalkan Agam yang berhasil menerbitkan senyum tipisnya.

Aku yakin dia cocok menjadi pacarku, batin Agam.


Klik bintang di bawah ini, ya ⬇
Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian. Jangan lupa komen, biar author semakin semangat dan up sesuai dengan waktunya.
Maaciw😍

Continue Reading

You'll Also Like

940K 86.1K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
285K 20K 49
~Warning!~ •DILARANG PLAGIAT!! •up dua hari sekali •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rac...
881K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
221K 26.9K 24
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...