Happiness Comes||Jakehoon

By JakeZone

14.3K 1.4K 200

•HAPPINESS COMES OR SADNESS COMES?• •Warn⚠️: -BxB -Jake! Top-Sunghoon! Bot -🔞 (Just 3 chapter.) -Mpreg •Genr... More

1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12

5

987 111 6
By JakeZone

°°°

"Oh gelang mu sangat cantik, apa itu spesial? Kau tidak pernah memakainya sebelumnya."

"Kemarin aku memakainya, kau saja yang tidak lihat."

Meraka berada di halaman belakang, jungwon ingin belajar di suasana yang berbeda dari kamarnya.

"Apa itu dari tuan Jake?"

"Ani. Ini hadiah ulang tahun terakhir dari ibu untukku."-jungwon tersenyum menatap gelang tersebut.

"O-oh, mian...."

Jungwon kembali fokus ke bukunya, lalu melirik sunghoon yang bermain air dengan tangannya.

"Untuk apa kau menanyakan Jake, dia bahkan tidak mengucapkan selamat padaku."

Sunghoon terdiam, mengingat kejadian tadi malam. Kalau di ingat-ingat ia sempat melihat kotak hadiah di ujung kamarnya.

"Mungkin dia terlalu sibuk."

"Ayah macam apa dia? Sesibuk apa--"

Jungwon menghentikan perkataan ketika sunghoon menatapnya dengan mata berbinar.

"Wae!? Kau membuatku takut!"

"Kau baru saja mengatakan tuan Jake adalah ayahmu."

"Aish, jangan bicara omong kosong, tadi aku hanya-mwo, aku hanya--"

"Nee...nee..."-sunghoon terkekeh setelah menjahili jungwon.

"Selesaikan seluruh soal di halaman ini. Aku akan kembali setelah selesai memasak."-lanjutnya

Jungwon hanya mengangguk sembari menghisap sedotan berisi jusnya.

Saat sunghoon ingin memasuki dapur, ia berpapasan dengan Jake yang membawa secangkir kopi di tangannya.

"Ehm....maafkan aku tadi malam sudah lancang, tuan."-sunghoon membungkuk

"Lupakan, anggap saja kau tidak pernah mendengar dan melihatnya."

Sunghoon menatap punggung Jake yang mulai menghilang, menghela nafasnya panjang.

"Apa aku harus melanjutkan semuanya?"

"Aku sudah sejauh ini...tapi aku takut dan aku tau ini tidak benar. Appa, eomma, apa yang harus kulakukan?"

"Tuan Jake tidak pernah membahas Yo Hoon dengan heeseung hyung"

"Apa aku harus memasangnya di ponsel juga?"

---

Sunghoon segera menghampiri jungwon saat masakannya sudah siap.

"Jungwon? Makanan sudah siap."

"Oh jinjja? Sebentar, 1 soal lagi."

"Kau kecanduan mengerjakan soal?"

Sunghoon menunjukkan senyumannya, tangannya mengelus surai sang murid.

Yah, setidaknya jungwon sudah tidak marah lagi kalau Sunghoon mengelus rambut nya.

"Mimpimu, setelah makan aku akan bermain."-ucapnya menutup buku lalu berlari ke ruang makan.

"Wah kare~"

"Kau suka kare?"

Jungwon mengangguk semangat, segera melahap hidangan didepannya.

"Pelan-pelan, aku tidak akan mengambilnya."

Sunghoon juga mulai memakan makanannya, sambil terkekeh melihat jungwon.

"Oh, maaf menganggu, aku akan kembali nanti."-heeseung membungkuk

"Tunggu hyung! Apa kau ingin merasakan masakan ku? Kalau di ingat-ingat kau tidak pernah bukan?"

"Benar juga, duduklah paman!"

"Tidak perlu tuan, saya sudah mengisi perut saya."

"Duduk atau aku akan membunuhmu, paman."

"Itu sedikit menyeramkan, jungwon..."

Jungwon hanya mengangkat bahunya, tak peduli dengan tutur sunghoon.

Heeseung menduduki salah satu bangku, mulai melahap makanannya.

"Bagaimana? Kau menyukainya?"

"Aku tidak tahu kau sangat pandai memasak, sunghoon"

"Itu pujian, i guess?"

Heeseung dan jungwon tertawa, sedangkan sunghoon menyilangkan tangannya dengan wajah yang ditekuk, bercanda.

"Myowa...Apa mereka sebuah keluarga? Mereka lupa ini rumah siapa?"

"Mereka benar-benar bersenang-senang tanpaku."

Gumam lelaki kelahiran November lalu tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya pergi dari tempatnya.

"Jungwon habiskan jus sayur mu, dan kembali lah dengan tugasmu."

"Apa-apaan!? Aku sudah selesai. Kau mengatakan aku boleh bermain setelah ini."

"Ah benarkah? Aku lupa, maaf."

"Kalau begitu letakkan tugas mu di meja belajarmu, aku akan memeriksa nya."

"Kau semakin cerewet."

"Mwo!?"

Jungwon menjulurkan lidahnya, lalu berlari dari sana sebelum sunghoon membuka mulutnya lagi.

Heeseung tertawa melihat interaksi keduanya, ia juga takjub melihat bagaimana sunghoon bisa begitu sabar menghadapi sikap jungwon.

"Biar aku yang mencucinya."

"Ah, tidak perlu hyung. Kau lanjutkan saja pekerjaan mu."

"Aku makan dengan nikmat, aku akan berterimakasih kalau kau membiarkanku mencuci piringnya."

"Padahal tidak perlu,"-ucap sunghoon sembari meletakkan piring-piring kotor di wastafel.

"Waeyo? Ekspresi wajah mu terlihat berbeda, kau berubah pikiran?"

"Aniyo, aku hanya tak menyangka sebanyak ini."

"Terimakasih sudah mau membantuku."

"Bukan apa-apa."

Sunghoon kembali duduk di bangkunya,
Bermain dengan ponselnya.

Sesekali ia melirik heeseung yang terus-menerus terkena cipratan air.

Sekarang mata indahnya menangkap ponsel milik heeseung yang tergeletak di meja.

"Apa aku harus melakukannya?"

Tangan lentiknya perlahan meraih ponsel milik heeseung, memasang sebuah aplikasi.

Heeseung sudah hampir selesai, tetapi ponselnya masih memproses.

Jantungnya berdegup sangat kencang,

91%.

Ia menelan saliva nya bersusah payah,

95%.

Heeseung sudah mematikan keran air,

100%.

Saat heeseung membalikkan badannya, dia melihat sunghoon memejamkan matanya.

"Kau tak apa?"

Sunghoon membuka matanya, melirik ponsel milik heeseung.

"Oh, tidak apa. Hanya sedikit pusing."

"Kalau begitu aku akan melanjutkan kegiatan ku."

"Nee..."

°°°

Sunghoon membanting kan tubuhnya di kasurnya, menghela nafas panjang.

"Sudah dua hari aku memasang aplikasi penyadap, tapi tidak ada informasi sama sekali."

"Atau aku gagal memasangnya? Aku yakin, sudah 100 persen berjalan."

"Atau dia mengetahuinya?"

"Aish,"-sunghoon segera mencari ponselnya.

Matanya membola sempurna ketika melihat tanda merah muncul.

Ia langsung mencari earphone nya.

"Kapan waktu pertemuan untuk membeli nya?"

"Tamu sudah berada di Korea saat ini tuan."

"Baiklah, kemari jemput aku. Kita segera menghampirinya."

"Assa!"-pekik sunghoon lalu segera memakai overcoat dan topinya.

Setelah di dalam mobil, ia hanya menatap ponselnya, memperhatikan letak titik dimana heeseung dan Jake berada.

"Ahjusi, bisa lebih cepat sedikit?"

"Nee."

"Kira-kira mereka menemui siapa?"

---

"Dia sudah menunggu di ruang VIP, tuan."

Heeseung membukakan pintu mobil untuk tuannya. Jake membenahi blazernya, lalu keluar dari mobil.

Sunghoon dengan cepat keluar dari taksi yang ia tumpangi.

"Ini uangnya, terimakasih."

Ia mengernyitkan dahi ketika melihat dimana ia sedang berada, tetapi tetap saja ia tidak melupakan mengikuti Jake.

"Aish, kenapa harus di ruang VIP, aku tidak akan bisa mendengar apapun."

Heeseung kembali keluar dan menjaga pintu. Dengan cepat sunghoon melarikan diri, menuju toilet.

"Apa dia menemui Yo Hoon?"

"Ayo lah sunghoon, berfikir."

Senyumnya kembali mengembang ketika ia menemukan baju pelayan tergantung di pintu bilik toilet.

"Yak! Jangan, kau jahat jika kau melakukannya."

---

"Apa barang yang ku minta sudah siap?"

"Aku sudah menyiapkan semuanya. Tenang, lah."

"Baru?"

"Tentu saja."

"Apa sama seperti yang ku beli kemarin?"

"Apa aku bodoh? Penjual mana yang menyiapkan barang sama seperti sebelumnya. Tidak, ini lebih canggih dan aku bisa menjamin kualitas nya. Aku memberitahumu, karena aku yakin kau akan membelinya."

Jake berdecak kesal, ia hanya bertanya kenapa orang didepannya malah mengomel.

"Bisa aku lihat barangnya?"

"Aku tidak membawanya saat ini, tapi aku memiliki fotonya."

"Permisi tuan. Pesanan anda."-pelayan itu   memindahkan semua makanan dari nakas nya ke meja.

"Bukankah terlihat sangat canggih?"

"Kelebihan nya?"

"Polisi, militer Korea, Jepang bahkan Amerika pun masih belum memiliki senjata ini."

"Aku akan membeli, semuanya."

"That's it! Itu sebabnya aku suka berbisnis denganmu!"

"Langsung kirimkan ke markas utamaku."-

Jake meneguk anggur didepannya, lalu melirik kepada pelayan yang masih berada disebelahnya.

"Untuk apa kau masih di sini? Pergi."

"Siap tuan."

Jake mengerutkan kening karena suaranya terdengar familiar.

"Selesai. Barang itu milik mu sekarang. Dan bagaimana bayaran ku?"

"Kupikir kau lupa,"-kekeh Jake, ia mengeluarkan selembar cek dan pulpen.

Pria itu tersenyum kegirangan ketika Jake terus menambahkan angka 0, menatap sombong ke pelayan yang sudah di ambang pintu.

Pelayan sedikit membuat keributan, tidak bisa membuka pintu.

Jake menoleh tak suka, sedangkan lelaki didepannya terkekeh.

"Apa kau tidak akan membeli obatku?"

"Sudah berapa kali kubilang, aku tidak akan membeli obatmu, aku bukan pecandu narkoba, Jay Park."

"Maksudku, cobalah dulu. Aku yakin kau akan ketagihan."-ucap Jay Park itu, lalu menatap tajam kepada pelayan yang segera keluar dari ruangannya.

Ponsel Jake bergetar, lalu ia segera berdiri.

"Kau akan pergi sekarang?"

"Hmm, barang sudah sampai."

"See? Berbisnis denganku itu pilihan yang tepat, baru saja kita membicarakan nya, barangnya sudah datang."

"Ingat, kalau ada barang baru, kabari aku."

"Sudah pasti, selamat menikmati malam mu tuan."-jay tersenyum lalu segera keluar, berniat berbelanja karena baru saja mendapat harta karun.

---

"Jay Park? Jay Park,"-sunghoon mengutik- ngutik komputernya.

"Profesor?"

"Tapi kenapa seorang profesor menawari narkoba?"-ucapnya menggigit bibir bawahnya.

Flashback

"Siapapun di luar, bisa tolong aku?"

Mata sunghoon memperhatikan sekitar, tak ada seorangpun selain dirinya.

"A-aku?"

"Siapapun kau, tolong perutku sangat sakit."

"Mwo? Ani, maksudku aku harus apa?"

"Eoh? Euijoo? Kau kah? Syukurlah. Perut ku sangat sakit, bisa kah kau mengantikan aku untuk sementara? Aku melayani tamu di ruang VIP 3. Tolonglah kawan."

"B-baik."-sunghoon mengambil pakaian pelayan tersebut.

"Untuk apa kau mengambil pakaianku? Pakaianmu kemana?"

"Ah...kotor! Ya, sebaiknya kau pakai pakaianku, dan pulanglah. Aku yang akan meminta izin."

"Baik lah terimakasih euijoo."

Sunghoon keluar dengan pakaian pelayannya, menghela nafas.

Entah perbuatannya benar atau salah.

"Euijoo, siapapun kau. Aku berterimakasih."-gumamnya, lalu memakai topi yang beruntung, lumayan untuk menutupi wajahnya.

°°°

"Apa ada masalah? Belakangan ini kau banyak melamun."

"Jungwon...apa kau mengenal ja-ani, lupakan. Hanya urusan orang dewasa."

"Cih, aku juga sudah dewasa."

"Oh benarkah? Kalau kau sudah dewasa seharusnya kau bisa menyelesaikan tugas satu buku dalam tiga hari."-sunghoon menaik-turunkan alisnya, menggoda yang lebih muda.

"Itu bukan proses dewasa, itu proses menyiksa murid."

"Itu sebabnya aku tidak ingin menjadi dewasa,"-lanjut jungwon

"Eoh? Wae? Bukan kah menyenangkan? Bisa meminum alkohol, keluar dari rumah, dan bahkan bertemu pria atau wanita di luar sana? Mungkin?"

"Orang dewasa sulit ditebak. Mereka merepotkan seorang, aku tidak ingin merepotkan seseorang."

Sunghoon mendekati jungwon dan menggenggam tangannya.

"Dengar, tentu saja semua orang memiliki masalah mau remaja dan dewasa. Tetapi semua orang itu berbeda, mereka  menyelesaikan masalah dengan cara yang  berbeda. Kau ti--"

"Ah, sudahlah. Aku lapar, apa kau sudah memasak?"-potong jungwon

"Belum, maaf. Bahan kulkas habis, sebelum kesini aku berencana membeli bahan tetapi aku lupa."

"Apa kau sangat lapar?"-lanjut sunghoon

"Eum, 70 persen?"

"Kau ingin keluar mencari makan?"-tawar sunghoon

"Setuju! Aku ingin makan di tempat yang bagus, aku sering melihat di ponsel. Sayang sekali, aku tidak bisa keluar."

Sunghoon tersenyum, lalu mengusak rambut jungwon.

"Bisa kau hentikan melakukan itu? Kenapa kau semakin tidak menurut padaku?"

"Untuk apa aku menurut kepada siswa ku? Kau yang seharusnya menurut padaku."

"Atau kau tidak ingin pergi?"

"Ah~ apa kau sejahat ini?"

"Aku sama sepertimu, jarang keluar. Jadi aku hanya tahu tempat ini, menurutku ini bagus."

"Yah, walaupun jauh dari dugaan ku. Setidaknya aku pernah makan di luar."

"Eoh? Kau memakai gelang pemberianku?"

"Kau bilang--"

"Jangan terlalu percaya diri, aku hanya-mwo, em-oh! Makanan kita datang!"

Sunghoon terkekeh geli melihat tingkah jungwon.

---

"Maaf aku baru sempat datang hari ini, semalam ada urusan penting."

"Kalau aku tidak ingat perbuatan baikmu, aku akan mencuri senjata mu lalu melarikan diri dari sini."

"Aku tidak percaya dengan ungkapan mu."-jake terkekeh

"Sudah kau periksa semua?"-lanjutnya

"Hm, sudah ku coba juga."

"Coba? Jangan bilang..."

"Iya, aku mencobanya pada manusia. Dan dengan one shoot! Wanita itu mati."

"Aku sudah mengatakan, jangan membunuh sembarang orang Riki!"

"Ck, aku tidak!"

"Tidak--"

"Penyusup, kemarin aku menembak penyusup yang datang kemari."

"Penyusup?"-jake membalikkan badannya menatap orang-orang yang berdiri tegak di belakanganya.

"Benar apa yang dia katakan?"

"Iya bos, kemarin setelah paket mu tiba, kami semua berkumpul untuk memeriksanya, salah satu dari kami pergi ke toilet dan melihat satu wanita yang tidak kita kenal."-ucap saah satu orang berbadan kekar itu

"Siapa dia?"

"Kami memastikan, dia adalah anggota Wili Kim bos."

"Apa dia memelihara wanita? Kenapa anak buahnya hampir seluruhnya wanita?"-jake menggelengkan kepalanya lalu duduk di sofa.

"Dan kau juga, bodoh sekali. Kuras informasi dulu, lalu habisi. Kalau dia pengemis yang tersasar atau--"

"Aku tidak sabar menggunakan senjata nya."-potongnya dengan santai, mengangkat bahunya lalu pergi.

"Bocah itu, tidak pernah berubah."

"Tuan, menurutku Wili akan bergerak dengan cepat, kemarin dia mengirim--"

"Biarkan aku istirahat dulu, lalu aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri."-ungkap Jake memotong perkataan heeseung.

Ya siapa lagi yang memanggilnya tuan, hanya heeseung.

"Baik tuan."

"Tetapi tuan muda--"

"Kenapa? Ada apa dengan jungwon?"-jake membuka matanya dan menatap ke arah heeseung.

"....."

---

Brak!

Betapa terkejutnya sunghoon dan jungwon ketika meja yang mereka tempati di balik seseorang, makanannya pun terjatuh.

"Apa yang kau lakukan di sini!?"

"J-jake..."

"Ayo pulang sekarang."-ucapnya lalu menarik tangan jungwon

"Tuan, tuan tolong jangan paksa jungwon tuan."-sunghoon mengikuti mereka, berusaha melepaskan cengkraman tangan Jake.

"Kau! Berani sekali kau membawa anakku, tanpa seizin ku!"

"Tuan, aku--"

Ucapan sunghoon terpotong karena Jake menghempaskan tangan nya.

"Jake!"-pekik jungwon, menatap marah pada Jake.

"Wae? Kau kasihan padanya? Dia yang membawamu ke dalam bahaya! Aku sudah mengatakan kau tidak boleh keluar. Dan kau terpengaruhi oleh dia!"

"Aku yang ingin keluar! Apa menurutmu aku tidak bosan? Hidupku terkurung di rumah, tidak seorang pun diluar yang ku kenal. Saat ada sunghoon, aku bisa merasakan hidup seperti remaja lainnya!"

Jake memejamkan matanya, menghela nafasnya.

"Sekarang pulang."

Shit, sekujur tubuh sunghoon merinding mendengar nada berat dan datar seorang Jake Shim.

Dengan air mata yang mengalir jungwon mengikuti ayahnya, memasuki mobil.

Sunghoon menatap kasihan kepada jungwon, menghela nafasnya.

Lalu ia kembali ke dalam untuk membereskan kekacauan yang Jake perbuat.

---

"Maaf, aku tidak sengaja membentak mu."

Jungwon hanya mengangguk lalu memasuki kamarnya.

"Ck, bodoh Jake, kau bodoh."

Jungwon tahu, ayahnya, dirinya dalam bahaya dan selalu di awasi seseorang.

Tetapi apakah ia tidak boleh hanya menikmati isi dunia dan hidup selayaknya manusia biasa, seperti orang-orang di luar sana?

---

"Mianhee jungwon-ah,"-sunghoon mengelus surai hitam jungwon.

Menatap wajah tenang jungwon.

Lalu ia keluar dari kamar jungwon, dan menuju kamar Jake.

Tok tok tok

Sunghoon membuka pintu, tidak menemukan sosok yang ia cari.

"T-tuan?"

"Apa kau di dalam?"-lanjutnya

Ia memperhatikan seluruh kamar itu, menyentuh meja dengan jari lentiknya.

"Mau apa kau kemari?"

"Oh, tuan. Aku--"

"Aku tidak ingin mendengar apapun, lebih baik kau pergi dari sini."

"Maafkan aku, tuan. Aku tahu aku salah."-sunghoon membungkuk

"Aku salah sudah membawa jungwon tanpa seizin mu, tapi aku hanya ingin dia merasakan dan menikmati apa yang seharusnya dia dapatkan."-Lanjutnya.

"Jangan ikut campur. Jungwon anakku, aku tahu yang terbaik untuk dia."

"Aku ingin dia menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya. Dan juga aku khawatir dia kesepian. Aku--"

Jake mendekati sunghoon, membuat lelaki manis itu berhenti berbicara, Jake semakin memojokkannya ke dinding, lalu menepuk pundak nya.

"Dia tidak akan kesepian."

Sunghoon menelan salivanya susah payah ketika Jake mencengkram pundaknya kencang.

"Kau pernah merasakan hidup terkurung? Tidak, kau tidak tahu-akhh, t-tuan."

Ya, jake mencekik leher jenjang lelaki manis didepannya.

"Aku tahu. Dulu, aku juga hidup di ruang bawah tanah. Ayahku seorang dokter, begitupun ibuku. Tetapi entah mengapa, mereka suka menyiksaku, mengurungku di ruang bawah tanah."-ucapnya selagi memperkuat cekikan di leher sunghoon

"T-tuan, sa-sakit"

Matanya berkaca-kaca, saat itu juga Jake melepaskan tangannya, tak sadar apa yang telah dia lakukan.

Sunghoon terduduk lemas, terus terbatuk-batuk dan mengatur nafasnya.

"Lupakan apa yang kukatakan tadi, aku hanya tidak ingin jungwon terluka. Seperti yang kau ketahui, dunia luar berbahaya."

Jake mengerutkan keningnya ketika sunghoon berhenti batuk-batuk, dia melihat dan membolakan matanya ketika melihat sunghoon tidak sadarkan diri.

Dengan cepat ia membawa sunghoon ke dalam gendongannya, membaringkannya di kasurnya.

"Aish, sumpah aku tidak sengaja, jangan mati."

°°°

Sunghoon membuka matanya, kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Setelah menetralkan matanya, ia menyadari bahwa ia terbangun di kamar tuannya.

"Sudah bangun?"

"Kamcagyia."-sunghoon memegangi dadanya, terkejut.

"Semalam kau jatuh pingsan, maaf. Aku tidak sadar melakukan itu padamu. Aku tersulut emosi."

"Tuan? Kau meminta maaf padaku?"

"Ck, lupakan. Makanlah sarapan mu, lalu pulanglah."

Sunghoon menatap makanan di meja, sup dalgitang, sebentar ...

"Halmoni!? Pasti halmoni mencari ku, aku harus pulang sekarang."-sunghoon bangkit dari kasur.

"Duduklah. Aku sudah mengabari kau menginap."

"Huh.... syukurlah."

Yang lebih muda menghela nafas lega lalu ia menatap Jake yang juga menatap nya.

"Uhm, untuk kemarin--"

"Lupakan, lain kali kalau ingin pergi, pergilah bersama heeseung."

"Eoh? Tuan mengizinkan kita untuk pergi keluar?"

"Kita?"

"A-ah, maksudku jungwon."-sunghoon kembali memakan sup nya.

"Dengan izinku. Dan keluar bersama heeseung."

"Kau--"

"Ck, cerewet sekali. Cepat makan."

"Apa kau memasaknya?"

Jake mengalihkan pandangannya dari bukunya kepada sunghoon.

"Tidak."

"Lalu, Leli ahjuma yang memasak?"

"Aku beli di luar."

"Pagi-pagi seperti ini? Memang ada, tuan?"

"Kau terlalu banyak berbicara. Makan saja."

"Nee."-jawabnya cepat.

"Aku akan membersihkan, tuan. Terimakasih."-sunghoon bangkit membawa nakas di tangannya.

"Letakkan lah, kau bersihkan dirimu terlebih dahulu. Aku sudah mengambil--"

"Maksudku, heeseung sudah mengambilkan pakaian milikmu."

"Tidak apa-apa, tuan."

Jake bangkit dari duduknya, mengambil paksa nakas tersebut dari sunghoon.

Sayang sekali, Jake tidak sengaja menginjak bedcover yang terjatuh.

Membuatnya kehilangan keseimbangan, dan terjatuh,

Cup

Menindih tubuh sunghoon dan tak sengaja mengecup pipi lelaki dibawahnya.

Sunghoon yang terkejut membolakan matanya. Jake menatap matanya, ingin mengatakan permintaan maaf, tetapi...

"Permisi, tuan-omo!? M-maafkan."

"Tidak, k-kau salah paham."-jake bangkit, menatap Leli di ambang pintu.

"A-aku, aku tidak melihat apapun."-Leli segera menutup pintu nya.

"Ehem,"-jake berpura-pura membenahi pakaiannya.

"Aku bilang kan letakkan saja di situ!"-jake

Sunghoon membungkuk, ia ingin keluar. Wajahnya sangat panas.

"Maafkan aku, tuan. T-tapi kau yang menginjak bedcover tadi."

"Kau menyalahkan ku?"

"A-aniyo, bukan begitu maksudku. Maaf, tuan."

Jake segera keluar dan menghilang dari pandangan sunghoon ketika sunghoon membungkukkan badannya, lagi.

"Huh....kenapa jantungku berdegup kencang?"

---

"Jungwon!"-pekik sunghoon sembari berlari menuju kamar jungwon

"Jungwon, aku punya kabar baik untuk mu."

"Sunghoon? Aku pikir kau sudah disingkir kan oleh Jake."-jungwon tersenyum dan menghampiri sunghoon.

"Disingkirkan?"

"A-ah, maksudku kau dipecat."

"Lupakan, aku punya kabar baik untukmu."

"Apa itu?"

"Ayahmu mengizinkan kita untuk keluar rumah, asalkan heeseung ikut dengan kita."

Jungwon membolakan matanya, menggoyangkan pundak sang guru.

"K-kau serius?"

Sunghoon mengangguk antusias,

Lalu mereka berpelukan bersama.

"Tapi kenapa lehermu seperti memar?"

"Eoh? Uhm, ini...aku, aku menabrak meja. Iya. Aku tidak melihat, asal membungkuk dan leherku menatap meja."

"Apa kau bod--"

"Katakan hal yang baik saja jungwon, dan ingat, sopan lah kepada orang yang lebih tua."

"Tidak menyenangkan."

---

"Aku bilang, aku tidak bisa. Ah ayolah, kau melewati batas waktu mengajar."

"Kau harus menyelesaikannya hari ini juga, kemarin kau mengatakan akan menyelesaikan. Belajar lah disiplin, jungwon."

"Kenapa kau jadi membosankan seperti ini? Kau banyak bergaul dengan Jake, benarkan!?"

"T-tuan Jake? Ani, aku- lihat! Kau pasti mengubah topik, cepat kerjakan atau aku tidak akan memasak makan malam."

"Mwoya..."-jungwon

Sunghoon membolakan matanya lalu membuang wajah ketika melihat Leli.

"Selamat pagi,"-Leli

"P-pagi, ahjuma."-sunghoon bangkit dari duduknya,

"Apa kau memakai blush-on? Pipimu terlihat merah dan cantik."

"Nee? Aku--"

"Tidak perlu malu seperti itu, lagipula, tuan Jake memang sudah harus mencari pengganti nyonya jiwoo."-bisik Leli, lalu meninggalkan tempat.

"Apa maksudmu!? Ahjuma, jangan salah paham!"

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?"-jungwon meneguk jusnya.

"Kau! Kau tidak boleh penasaran dengan urusan orang dewasa, eoh? Paham?"

Jungwon mengedipkan matanya berkali-kali, menatap punggung sunghoon yang mulai mengecil.

"Apa dia baik-baik saja? Apa otaknya tergeser?"-gumamnya












Continue Reading

You'll Also Like

69.2K 6.3K 37
"Jangan harap saya bisa sayang sama kamu, Christy." Ucap chika dan pergi meninggalkan Christy sendirian, di tengah hujan deras. "Tuhan, aku iri deng...
71.7K 6.2K 13
NOT BL ❗❗❗ bagaimana rasanya bertransmigrasi menjadi bayi yang baru lahir. "ANJIR MASA JADI BAYI LAGI... MANA BARU BROJOL HUWAAAA" 20 juni 2023
24.7K 1.9K 21
yang ada saja belum tentu dianggap,, apalagi aku yang hanya orang baru?
383K 21.7K 51
Ragaza anggota inti Red lion yang tidak sengaja membuat anak pertama Pradipta jatuh cinta padanya.