49 Hari ke Masa Lalu

By jeffenrose

104K 18.6K 2.4K

Jeno, Jaemin dan Ryujin nekat menjelajahi waktu untuk bertemu Papa dan Mama mereka di masa lalu. Ada yang har... More

00. Introducing
01. Tak Mengenal
02. Mengejutkan
03. Day 2
04. Jung Jaehyun
05. Tolong Percaya
06. Rencana
07. Park Chaeyoung
08. Lebih Dekat
09. Keputusan
10. Seharusnya
11. Pertemuan Itu
12. Seandainya Takdir
13. Tetangga Baru
14. Firasat Buruk
15. D-21
16. Pertunangan dan Rasa
17. Jung Jaemin
18. Perang Perasaan
20. Pulang?
21. Sosok Ayah untuk Anak
22. Jung Jeno
23. Karena Aku Bodoh

19. Kesalahan

2.4K 318 108
By jeffenrose

"Aku pikir kamu gak akan datang." Jisoo pelan-pelan menuangkan air panas pada cangkir yang berisi teh rosella di meja. Melirik Johnny sekilas, lalu duduk di samping pria itu. Kemudian perhatiannya tertuju pada bunga rosella yang mekar setelah beberapa detik disiram air panas.

Johnny hanya berdeham, melepas topi panjangnya dan menaruh di meja. Dia mengambil cangkir yang disuguhkan Jisoo, menghirup aroma segar dari bunga rosella sebelum menyesap teh itu. "We've already talked about this before," ucapnya setelah menaruh kembali cangkir itu.

Jisoo membalasnya dengan helaan napas panjang. Melirik Johnny sekali lagi, lalu menunduk.

"Kenapa?" Johnny mengerutkan dahi melihat raut muram Jisoo.

Wanita itu membalas dengan gelengan sebelum memberikan senyum terpaksanya pada Johnny. Hingga pria itu semakin menatap intens wanitanya. "Itu alasannya aku gak setuju kamu kasih buku itu ke dia. Anak remaja biasanya gak pikir panjang. Sekarang lihat mereka," tukasnya.

Jisoo merengut, merasa disalahkan dia pun bergerak memunggungi Johnny. Bukan maksudnya ingin mengacak-acak takdir seseorang, hanya saja saat melihat dia waktu itu Jisoo tergerak untuk mengulurkan sebuah buku. Buku yang menulis skenario di dunia lain.

"Hey, lihat aku kalau sedang bicara!" titah Johnny, merasa diabaikan oleh Jisoo akhirnya dia menggerakkan tangan kanan untuk merengkuhnya dari belakang.

"Lagi pula semua yang seharusnya seperti itu akan tetap seperti itu. Takdir kan gak bisa diutak-atik, sayang. Kenapa kamu sampai khawatir seperti ini?" Jisoo membalikkan badan, melingkarkan tangannya pada lengan Johnny sambil menunjukkan puppy eyes-nya.

Aksi Jisoo itu mengundang tawa gemas Johnny, pria itu malah mencubit hidung mancungnya. Sesekali memberikan ciuman kupu-kupu di pipi kanan dan kiri Jisoo.

"Johnny, jangan main-main! Kita sedang serius sekarang, ini menyangkut hidup Jaehyun dan Rosé," ujar Jisoo seraya menepis serangan Johnny.

Pria itu menarik dirinya. Memberikan ruang beberapa sentimeter pada Jisoo dan melepaskan rangkulan wanita itu. Sejenak dia terdiam memikirkan sesuatu, lalu berucap pelan dengan nada rendah, "Kita bukan pemilik semesta, Soo. Bukan tanggung jawab kita memikirkan nasib seseorang. Bahkan takdir kita juga dikendalikan oleh semesta."

"O-kayy..." Jisoo mengatupkan bibirnya. Johnny benar, bukan kehendak mereka jika sesuatu terjadi. Hanya saja, dirinya memiliki simpati pada dia sejak awal mereka bertemu. Berpuluh-puluh kasus yang Jisoo tangani, hanya kasus si kembar yang menarik perhatiannya. Tidak sampai Jisoo rela memberikan buku itu untuk diisi olehnya.

Tidak ada dalam rencana Jisoo untuk mengubah takdir seseorang. Sejak ditakdirkan sebagai penjaga buku takdir. Dia hanya diberi tugas agar takdir seseorang tetap sesuai dengan catatan yang ada pada buku yang dipegang olehnya. Pekerjaan yang paling dibenci Jisoo karena sering kali dirinya menangis dengan menyaksikan takdir tragis para kliennya.

"Waktunya sudah tiba, mereka harus mengambil keputusan secepatnya. Aku ingin semua ini segera berakhir, walau ada yang harus berkorban."

Jisoo tercekat, matanya melebar kaget mendengar instruksi dari Johnny. Cepat atau lambat takdir Jaehyun dan Rosé akan berubah.

***

"Ryujin, kenapa kamu robek-robek kertas?"

Refleks remaja itu menyembunyikan sebuah buku berjilid kulit yang terlihat sudah sangat tua. Kertas-kertas yang berserakan di lantai pun terlihat menguning, entah bentuknya seperti itu atau memang kertas itu sudah berusia cukup lama.

"Jaem, kalo mau masuk kamar itu ketuk dulu!" marahnya sambil berdiri. Ryujin mendekati Jaemin dan mendorong pemuda itu keluar dari kamarnya.

Remaja Jung itu mengangkat alis heran. Aksi Ryujin yang seolah menyembunyikan sesuatu itu membuatnya penasaran. Dia memiliki tenaga yang lebih kuat, sehingga dapat membalikkan dorongan pada Ryujin sampai sang adik hampir terjengkang. "Jaem, keluar!" bentak Ryujin sambil berusaha mendorong Jaemin lagi.

Suara bentakan Ryujin yang cukup kencang mengundang kehadiran Jeno dari ruang depan. Napasnya yang terengah-engah menjadi saksi bahwa dia sedang panik.

"Lo nyembunyiin apa, sih?" Jaemin menyingkirkan Ryujin dari hadapannya sampai gadis itu menabrak bufet yang ada di dekat pintu. Ryujin mengaduh kesakitan.

"JAEMIN!" Dengan cepat Jeno mendorong Jaemin sampai sang kembaran terjatuh ke kasur. Matanya menyorotkan kemarahan dengan rahangnya yang mengeras. Otot-otot lengan sampai jari Jeno bermunculan, dia siap menghajar Jaemin lagi.

"Abang, jangan!" Ryujin memeluk Jeno dari belakang saat sang kakak mengangkat tangan untuk menonjok Jaemin. Menggelengkan kepala sambil menangis. Dia tak mengira akan berakhir menegangkan seperti ini.

Di apartemen sedang tidak ada Rosé, sehingga suara-suara yang ditimbulkan si kembar tidak membuat sang mama khawatir.

Isak tangis Ryujin mampu menghentikan kemarahan Jeno. Perlahan dia menurunkan tangannya dengan napas memburu kasar. Jeno membuang mukanya. "Gue gak suka lo main kasar," ujarnya dingin, kemudian berbalik ke arah Ryujin dan membalas pelukannya. "Jangan nangis!" Jeno membelai rambut Ryujin. Dia begitu tak terima melihat Ryujin didorong keras, Jeno tidak akan membiarkan adiknya terluka meskipun harus menjadi musuh Jaemin sekalipun.

Jaemin hanya berdecih. Mengusap satu lengannya yang terkilir karena tadi sempat menahan bobot tubuhnya sebelum ambruk ke kasur. Dia menatap kedua kembarannya dengan kecewa. Terlebih sikap Jeno yang pilih kasih pada Ryujin, sungguh memuakkan.

Pelan-pelan tanpa peduli pada Jeno yang sedang menenangkan Ryujin itu, Jaemin bergerak untuk duduk. Dia merasakan ngilu pada tangannya. Tapi bukan itu yang menyakitkan, Jaemin tidak peduli pada luka fisik yang dialaminya. Itu tidak akan membuatnya menangis, hanya saja kali ini Jaemin ingin menangis. Bertepatan dengan matanya yang menangkap sobekan kertas di lantai.

***

Seorang pemuda berdiri menyender pada mobil sambil memainkan gawainya. Membunuh rasa bosan karena telah menunggu selama tiga puluh menit di sana.

Memang salahnya datang lebih awal dari perjanjiannya dengan Rosé. Gadis itu harus menyelesaikan jam kuliahnya terlebih dahulu.

"OMG! Kak Taeyong," Lisa menangkup kedua pipinya. Menikmati visual unrealistic milik Lee Taeyong. Postur tegap dengan dada bidangnya memang tipe ideal Lisa sendiri. Gadis itu menyikut lengan Rosé sebelum berceloteh, "Lo gak ada niatan pdkt-in gue sama beliau apa, Rosé?"

Dalam hati Rosé ingin berteriak 'gimana mau pdkt-in orang lain, orang dulu gue suka dia', hanya saja urung karena dirinya sedang malas dengan masa lalu. "Males, tipe lo berubah-ubah tiap liat cowok ganteng," sahutnya malas.

"Ih, ayolah Rosé. Gue juga pengen punya pacar bf-materalable kayak beliau." Bukan Lisa jika dia tak bisa membujuk Rosé. Sejak dulu sahabatnya ini selalu menjauhkan dirinya dengan sang sepupu.

Rosé merotasi matanya, memberikan delikan tepat ketika Lisa merangkul lengannya. "Beliau-beliau, lo pikir Kak Taeyong udah tua apa?"

"Segan gue, Rosé."

"Udah, lo pulang duluan. Gue ada urusan sama Kak Taeyong." Rosé melepaskan tangan Lisa darinya, tanpa mendengar balasan dari sang sahabat, dia sudah lebih dulu berlari menuju Taeyong di tempatnya.

"HEH, BOCAH, GUE DITINGGALIN!" Pekik Lisa, mengundang atensi orang yang ada di sekitarnya. Karena malu, dia ikut berlari keluar area parkiran.

Rosé menepuk pundak Taeyong, sebab sang sepupu tak menyadari kehadirannya. "Asik banget main hp, punya pacar, ya?" ujarnya tanpa dosa dengan mata mencuri pandang ke arah ponsel.

Sontak Taeyong memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket tanpa lupa memberikan senyuman hangat pada Rosé. "Jahil banget sih kamu," ucapnya tanpa segan mencubit kedua pipi Rosé.

"Stop! Sakit tau," ketus Rosé pura-pura marah, padahal hatinya bersorak senang. Sudah sangat lama mereka tidak sedekat dan sehangat ini.

"Gemes tau gak kamu." Taeyong kembali mencubit satu pipi Rosé sampai menimbulkan rona merah, tapi bukan karena rasa sakit melainkan malu disebut gemas oleh mantan gebetan.

Sikap Taeyong yang seperti ini yang membuatnya jatuh hati. Sosok hangat yang diidamkan menjadi teman masa tua. Hanya saja perasaan itu harus dikubur dalam-dalam sebelum semakin besar. Jurang yang memisahkan mereka begitu dalam, sehingga Rosé harus menyerah sebelum dia berjuang. Teringat sang mama yang memberi petuah ketika dirinya curhat soal eksistensi Taeyong di hatinya.

"Mama gak masalah kamu suka sama Taeyong, tapi kamu harus tahu kalau di dunia itu takdir tidak berjalan sesuka hati kita."

Sejak saat itu dirinya mundur pelan-pelan dan menghindari Taeyong untuk move on. Sekarang perasaanya sudah berubah, Rosé tak lagi melihat sosok pria yang akan dia cintai dalam Taeyong. Baginya, Taeyong akan hadir sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya.

"Kita langsung ketemu Jaehyun aja, Kak. Gak apa-apa, kan?" Rosé harus menyudahi kehangatan mereka. Tujuannya bertemu Taeyong untuk melancarkan rencananya untuk membalas Jaehyun yang membuatnya sakit hati di acara pertunangan mereka.

Taeyong memberikan hormat pada Rosé. "Siap, tuan puteri. Hamba akan membantu sampai si Jaehyun bertekuk lutut," candanya.

Rosé tertawa kecil. "Gak sekalian jadiin Jaehyun budak aku juga."

"As you wish, my princess. Ayo kita hancurkan Jaehyun sekarang juga," candanya lagi sambil membuka pintu mobil. Lagi-lagi Rosé tertawa dibuatnya.

***

"Dua kali..." Rosé menghela napas, kedua tangannya sibuk melingkarkan perban di antara sikut dan lengan Jaemin.

Jaemin hanya menunduk takut menatap Rosé sambil menahan sakit. Rasanya semakin sakit saat Rosé memegangnya. Jaemin ingin menumpahkan air mata, ingin juga memeluk Rosé, dan mengadukan Jeno. Namun, semua tertahan dengan bibir yang digigit kuat-kuat. Tak peduli matanya sudah terlalu berat menahan cairan bening, Jaemin tidak boleh menangis.

"Kamu nangis?" tanya Rosé meruntuhkan benteng yang sudah dipertahankan oleh Jaemin, remaja itu mengangguk pelan. Tetap dengan kepalanya yang menunduk.

Rosé merasa iba, rasanya dia ingin memeluk Jaemin. Kalau bisa biar dia yang menanggung rasa sakit yang dialami Jaemin. Dia memperhatikan lamat-lamat punggung Jaemin yang bergetar. Tidak. Rosé tidak suka melihat Jaemin yang tengil menangis seperti ini.

Dengan segala keraguan yang berhasil ditepiskan, Rosé akhirnya mendekatkan jarak mereka. Mendekap Jaemin hangat, dalam hatinya ikut menangis. Perasaan gadis itu campur-aduk. Belum lagi hatinya dilanda kekhawatiran yang sejak di kampus sudah ditahannya.

"Ma, Jaemin gak mau pulang. Jaemin gak mau pisah dari Mama. Biarin Jaemin di sini sama Mama," lirih Jaemin, mengeratkan pelukannya pada Rosé. Dia takut Rosé akan menjauh. Jaemin hanya berharap ada di dekat Rosé selamanya.

"Kamu ngomong apa, sih?" Jauh di lubuk hatinya Rosé ikut ketakutan. Ini bukan pertanda buruk untuk mereka bukan?

"Jaem mau di sini aja sama Mama," ulang Jaemin, menenggelamkan kepalanya pada dada Rosé.

Rosé bergeming. Dia teringat obrolannya dengan Jaehyun tadi di kampus. Keputusan yang dia berikan pada Jaehyun sekarang berbalik menyerangnya tanpa ampun. Rosé merasa dirinya menjadi orang paling jahat saat ini dengan merencanakan sesuatu yang mungkin akan mengubah masa depan mereka nantinya. Janjinya untuk membiarkan si kembar lahir di masa depan harus dia khianati agar dirinya tak perlu berkorban nantinya.

Sebelum bertemu Jaehyun, Rosé bertekad untuk menjadi egois. Tanpa harus memikirkan orang lain. Dia tidak mau mati begitu saja tanpa merasakan kebahagiaan, meskipun harus mengorbankan si kembar nantinya.

Haiiiii....
Bantu doa supaya aku bisa selesain cerita ini tahun ini huhu

Anyway happy new year olllll, moga 2023 banyak cocoklogi jaerose yaaa 😘

Lee Taeyong, 25 tahun
Sepupu Rosé

Continue Reading

You'll Also Like

1M 104K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
271K 35.6K 41
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
16.5M 675K 39
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1M 7.1K 21
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...