Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!
Happy Reading!!
••••
"Rencana kita berhasil,"
"..."
"Gue seneng banget denger teriakan dia,"
"..."
"Iya, entar gue kerjain lagi,"
"..."
"Ehh, bentar," cewek bercadar itu yang tak lain adalah Keyna, dia terlihat sedang menelpon seseorang disebrang sana.
"Ga,"
"Apa?"
"Ane mutusin buat nikahi Athira segera,"
"Tap-"
"Ane gak mau kejadian semalam terulang lagi. Awalnya ane pikir Athira tinggal di Ndalem aja, tapi Umi ngelarang,"
"Jelas Umi ngelarang, apa lagi kalau Kiyai tau,"
"Yah, jadi ane mutusin buat nikahin Athira,"
Brukk
"Siapa itu!?" teriak Erga berdiri, matanya menyelusuri kawasan dekat danau. Nilhil, tidak ada orang. Kakinya melangkah ke dekat sumber suara. Di sana matanya menangkap sosok wanita bercadar berlari menjauh.
"Siapa Ga?"
"Gak tau,"
Erga hendak pergi, tapi ada kilauan yang menyilaukan kornea matanya. Ada sebuah gelang berbandul emas tergeletak di sana. Tangan kanannya terulur mengambil gelang itu.
"Ini kan mirip punya Athira," cicit Erga mengingat kejadian di masa lampau.
Flashback On
"Bang Erga!"
"Apa?"
"Liat nih, gue ada gelang besti, couplean sama Ani,"
"Jadi ceritanya lo couplean sama Ani? Gelang besti-besti apaan dah," sahut Irgi di samping mereka.
"Gue cerita ke Bang Erga bukan lo," decak Athira.
"Gue punya telinga, dan masih berfungsi,"
"Siapa suruh punya telinga masih berfungsi,"
"Athira!"
"Maaf Bang Erga,"
"Jadi Bang Erga mau pakai gelang couplean gak,"
"Itu katanya buat besti aja, gimana si," sela Irgi.
"Khusus Bang Erga gak papa,"
"Yee, gue gak ditawarin?"
"Engg-"
"Udah jangan ribut,"
"Dan Athira, itu khusus sahabat lo aja kan. Jadi gue gak mau,"
"Yahh, yaudah deh,"
Flashback off
"Apa mungkin itu Ani," cicit Erga.
"Tapi kalau diliat dari tinggi badan beda,"
"Gue harus cerita ke Athira," gumamnya.
"Ga, jadi soal nikahan ane gimana?"
"Entar malam kita bahas lagi, ane mau ngomong juga sama Athira,"
"Eumm-"
"dam, ane duluan yah,"
•••
"Athira,"
"Athira!" si pemilik nama menengok ke belakang, ternyata itu kakaknya, Erga.
"Kenapa si Bang, gue mau makan,"
"Cepet, penting,"
"Pentingan perut gue kenyang," ... "Lagian ini waktunya makan siang,"
Erga menunjukkan gelang yang didapatkannya tadi.
"Dapet dari mana,"
"Ikut gue," titahnya menarik pergelangan tangan Athira.
Dira, Kia dan Anggi hanya bisa diam sembari menonton. "Adek-Kakak mah bebas," cicit Anggi.
"Suut, entar Ning Sarah denger,"
•••
"Bang jelasin, itu gelang dapat daru mana?" tanya Athira.
"Nemu dekat danau,"
"Ceritain sedetail-detailnya,"
Erga melirik kiri-kanan, tidak ada orang di sini.
"Buru,"
"Gue tadi lagi ngomong sama Saddam, terus ada yang nguping waktu gue kejar dia malah kabur, gue nemu ini gelang ditempat dia nguping, kemungkinan besar itu punya dia. Dan seinget gue, lo pernah tunjukin ini gelang ke gue," ujar Erga memberikan gelang itu.
Athira menatap lekat gelang berbandul bintang itu, "Ini gak mungkin kan," batin Athira.
"Ra! Kenapa lo,"
"Bang, gud curiga kalau ini pu-"
"Ra! Ga! Kalian harus ke rumah sakit!" teriak Saddam berlari ke arah keduanya. Nafasnya tidak teratur.
"Emangnya kenapa Dam?"
"Bang, biarin Gus Saddam nafas dulu napa,"
"Iya-iya kalem,"
"Tarik nafas," intrupsi Athira yang diikuti oleh Saddam.
"Buang,"
"Huff,"
"Sekarang cerita,"
"Ane dapat telpon dari Mami Yuli kalau Papi Arlan kritis," ucap Saddam menghela nafas gusar.
"Papi," ... "Bang, kita ke rumah sakit sekarang!"
•••
Mereka sudah sampai di rumah sakit, mereka terlihat terburu-buru menuju ruangan papi Erlan. Tapi nihil, tidak ada siapa pun.
"Papi mana Bang," cicit Athira.
"Sus!" panggil Erga.
"Iya?"
"Pasien bernama Erlan sekarang di mana yah Sus?"
"Oh, Bapak Erlan berada di ruangan operasi Pak,"
Mendengar itu, Erga sedikit kesal. Tapi, yang terpenting adalah dia bertemu dengan ayahnya itu. Mereka berlari ke ruang operasi, yang ditunjukan oleh suster tadi.
Di sana tidak ada siapa pun, cuma ada tulisan 'Athira, Erga, Saddam masuk' tanpa pikir panjang lagi, merka memasuki ruangan itu.
"Dorrr!"
"Dorr!"
"Surprise!!"
"Ihh, Papi gak papa kan?" tanya Athira menghampiri ayahnya itu.
"Papi sehat," sahutnya tersenyum senang.
"Terus ini apa lagi, surprise-surprise,"
"Surprise ulang tahun kamu lah sayang,"
"Kan satu bulan lagi Mami,"
"Dah lah Ra, lebih cepat, lebih baik," decak Irgi malas, karena di suruh memegang kue raksasa itu.
"Buru, ini kue berat," keluh Irgi. Akhirnya mereka berkumpul ditempat yang telah disediakan. Ruangan operasi itu dihias sedemikian rupa, seperti halnya kejutan.
"Happy sweet seventeen H-30 sayang,"
"Ihh Mami, Athira terhura," cicit Athira memeluk maminya itu.
Saddam melirik kue yang dipegang Irgi, ada lilin di sana. Dia ingin menegur tapi dia merasa tidak enak hati, tapi ini tetap saja salah. Alhasil dia melirik Erga, yang ternyata sedang meliriknya juga. Saddam seolah memberi isyarat izin tentang lilin, sedangkan Erga hanya mengangguk. Dia mengerti maksud dari sahabatnya itu.
"Emm, maaf nih Tante," ujar Saddam membuka suara.
"Iya ada apa Nak?"
"Di dalam agama kita, kita tidak boleh mengikuti budaya-budaya orang barat. Nah salah satunya ini, meniup lilin," jelas Saddam singkat. Sedangkan Yuli dibuat bungkam, dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Ahh, iyakah? Maaf Tante tidak tahu,"
"Iya Tan, tidak apa-apa, asal jangan diulangi lagi,"
"Iya Nak, maafin Tante,"
"Iya Tante, tidak masalah,"
"Gi, buang lilinnya!" titah Yuli dituruti Irgi tanpa membantah sedikit pun.
"Barakallah yah, calon habibati,"
"Hah?"
"Jangan lebar-lebar buka mulutnya, entar gajah masuk loh,"
"Ish,"
Setelah acara potong kue dan segala macam. Saddam berpikir akan membicarakan soal pernikahannya. Dia tak ingin ini semua berlarut-larut.
"Mi, Pi, Saddam mau ngomong," ucap Saddam membuat dirinya jadi pusat perhatian.
"Ada apa Nak?"
"S-saddam pengen nikahi Athira secepatnya,"
"Uhuk uhuk"
"Nih, minum Ra," ujar Irgi menyodorkan sebotol minuman.
"Kamu gak papa Ra?" tanya Saddam khawatir. Athira hanya menggeleng.
"Mami si setuju aja,"
"Papi juga setuju," sahut Erlan membuka suara.
"Gini aja, kita serahin ke Athira," ucap Erga menengahi.
"K-kok gue,"
"Kan lo yanh mau nikah dodol," sewot Irgi disebelahnya.
"Diem lo," decak Athira.
"Athira,"
"Iya Gus, maaf khilaf,"
"Jadi gimana?"
"Eumm, kok gugup yah,"
"Pi, anak kamu tuh,"
"Bukan, anak kamu,"
"Yaudah bukan anak kita berdua,"
"Mami! Papi!"
"Athira!"
"Iya Gus, maaf khilaf,"
"Gak ada niatan jawab nih?"
"Emmmmmmmmmmmm-"
"Em aja terus sampai mampus,"
"BA-"
"Iya Gus maaf," ujar Athira saat melihat wajah Saddam. Hal itu pun mengundang gelak tawa dari Irgi. Athira menatap malas ke arah Irgi, dia seolah menyimpan dendam besar kepadanya.
•••
"Gus,"
"Hemm?"
"Athira mau jawab yang tadi,"
"Di mobil aja,"
"Sekarang aja,"
"Di mobil aja biar enak,"
"Mau nya sekarang,"
"Yaudah,"
"Jadi Athiraa," ... "Nungguin yah,"
"Ngeselin banget,"
"Yah maaf calon imam,"
"Eh,"
"Mau tau enggak,"
"Ra, serius,"
"Yaudah ayook seriusin sekarang,"
"Athira,"
"Jangan jalan mundur," peringat Saddam, tapi tetap saja Athira berjalan mundur.
"Bandel," gumam Saddam menggelengkan kepala kecil.
Brukk
"Aww,"
"Tuh kan, jatuh,"
Erga yang menyaksikan itu hanya busa tertawa lepas, "Haha, MAMPUS!!" ... "Siapa suruh uwu-uwu depan gue," ujar Erga tertawa puas.
"Erga, bantuin Athira!" titah Saddam.
"Gak ah males,"
"Erga!"
"Buset, galak amat. Iya-iya ini dibantuin, buru gih kalian nikah aja, ngerepotin ane,"
"Ane mah gas aja, sekarang pun boleh,"
"Yaudah hayuk gas,"
"Gak jadi ah, KUA tutup,"
"Yee, dasar,"
"Ga, jadi pemilik gelang itu siapa?" tanya Saddam penasaran. Sedangkan Erga hanya melirik Athira.
Athira menghela nafas, "Aku belum tau pasti Gus, nanti kalau udah pasti baru aku kasih tau,"
"Yasudah gak papa,"
"Apa bener yah itu milik Kayla, tapi buat apa dia ke pondok," batin Athira.
••••
Hallo semua ...
Apa kabar?
See next part 👋
Vote, komen, share yah!!
Lov you 100000 dirham ❤️