Beheader Of Girls || Psikopat...

By wittelily

5.2K 2.5K 3.7K

Seorang psikopat yang tidak percaya adanya Tuhan, dia membunuh wanita hanya untuk mencari keberadaan yang mah... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34_END

Chapter 17

127 70 153
By wittelily

"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Valerie seraya menarik tangannya dari tangan psikopat itu.

Psikopat tersebut kemudian tertawa renyah, setelah itu ia menyuruh Valerie untuk tetap diam. "Ssstt! Jangan coba-coba kabur jika kamu tak ingin mati!"

"Jawab beberapa pertanyaan ku, setelah itu aku akan membebaskan mu!" Lanjut pria itu.

Valerie diam tak berkutik sedikitpun, ia benar-benar merasa takut pada pria di hadapannya. Demi keselamatan nyawanya, Valerie memutuskan untuk menuruti perkataan pria itu dan memilih tetap diam di dalam mobil sambil terus memegangi tangannya yang terus mengeluarkan banyak darah.

"Kenapa kamu bekerja seperti ini?" Pertanyaan pertama yang psikopat itu tanyakan.

"Karena tak ada pekerjaan lain, hanya ini yang bisa aku lakukan agar aku bertahan hidup," jawab Valerie dengan suaranya yang bergetar.

Tentunya tak ada wanita yang bercita-cita menjadi seorang jalang, mereka semua melakukan itu karena tak ada pekerjaan lain yang bisa mereka lakoni untuk memenuhi gaya hidup atau bahkan untuk bertahan hidup.

Psikopat itu kemudian bertanya lagi pada Valerie, "Tuhan tidak adil, bukan?"

"Apa maksud anda, Tuan?" Tanya Valerie bingung.

Psikopat itu kemudian menjelaskan maksud dari ucapannya. Ia berkata jika Tuhan tidak adil karena mengapa Valerie harus bernasib seperti itu, mengapa Valerie tidak bernasib seperti orang-orang di luar sana yang serba ada dan bergelimang harta.

Valerie merasa ucapan pria itu benar, pertanyaan itulah yang selalu Valerie tanyakan pada Tuhan dan dirinya sendiri. Jalang itu merasa dirinya tidak mendapat keadilan, banyak sekali orang-orang hidup dengan mudahnya, tapi mengapa dirinya tidak? Mengapa ia harus menjual harga dirinya demi dapat melanjutkan hidup.

"Apa ucapanku benar?" Tanya psikopat itu lagi setelah melihat raut wajah Valerie yang merenungi nasibnya.

Valerie lalu menatap psikopat itu, setelah itu ia tersenyum dan berkata, "Tidak, Tuan. Aku yakin Tuhan memiliki maksud dari semua ini."

Kecewa dengan jawaban Valerie, psikopat itu lantas kembali bertanya untuk dapat menyesatkan Valerie, "Maksud apa yang kamu maksud itu?"

"Aku tidak tau pasti. Tapi aku yakin suatu saat Tuhan akan memberi kebahagiaan yang aku impikan." Jawab Valerie yang kembali menunjukan senyum di wajahnya.

Psikopat tersebut mengangguk pelan, kemudian dirinya berkata, "Pertanyaan selesai, pergilah sebelum aku membunuhmu!"

Mendengar psikopat itu menyuruhnya pergi, Valerie tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera membuka pintu mobil dan langsung berlari menjauh dari malaikat mautnya.

Jalang itu terus berlari di dalam gelapnya malam di bukit itu, melupakan rasa nyeri di tangannya dan tas yang masih berada di dalam mobil pria itu. Ia juga sesekali berteriak meminta bantuan, berharap akan ada seseorang yang akan menyelamatkannya.

Membebaskan mangsanya? Tentu saja tidak. Psikopat itu hanya sedang memakai sarung tangan agar tak ada sidik jari yang tertinggal lebih banyak lagi. Setelah selesai, psikopat itu langsung keluar dari dalam mobil untuk mengejar calon korbannya.

Sekuat tenaga Valerie terus berlari menghindari psikopat itu. Saat ia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah psikopat itu mengejarnya atau tidak, ternyata Valerie melihat psikopat itu ada di belakangnya dan tengah mengejarnya dengan pisau daging di tangannya.

Jarak Valerie dengan psikopat itu kini hanya berjarak sekitar 4 atau 5 meter saja.

Namun sialnya, "KYA!" Valerie malah tersandung dan terjatuh.

Valerie terus memegangi kakinya yang tersandung itu. Melihat psikopat itu semakin dekat dengan dirinya, Valerie lantas berusaha untuk menjauh dari malaikat mautnya dengan cara menyeret tubuhnya. Jalang itu juga berusaha untuk bangkit dan berlari, namun tampaknya Valerie tak mampu untuk berlari bahkan berdiri sehingga tubuhnya kembali terjatuh karena kakinya tak mampu menopang berat badannya.

Melihat mangsanya terjatuh lantas membuat psikopat itu berjalan dengan santainya menuju calon korbannya. Psikopat itu tau, wanita yang baru saja ia lukai itu tak akan mampu melarikan diri lagi.

"Tolong, tolong Tu-tuan. Jangan sakiti aku, aku akan tutup mulut jika kamu melepaskan aku." Pinta Valerie sambil berusaha mundur dengan cara menyeret tubuhnya.

Begitu tiba di hadapan Valerie, psikopat itu kemudian menarik rambut Valerie dan menyeret tubuh Valerie masuk ke dalam hutan di bukit itu.

Tubuh Valerie terus di seret, rasa sakit di kepala, tangan dan hampir di seluruh tubuhnya begitu Valerie rasakan karena terkena semak belukar dan kerikil saat dirinya di seret oleh psikopat itu. Valerie juga merasa kesakitan di bagian kepalanya karena rambutnya terus di jambak, tangan kanannya juga terasa sakit akibat goresan pisau daging itu.

"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG AKU!" Teriak Valerie, berharap akan ada yang mendengarnya.

Tanpa ampun, psikopat itu terus menarik rambut Valerie agar tubuh jalang itu tergusur jauh lebih dalam masuk ke dalam hutan.

Merasa sudah cukup, psikopat itu lalu melepaskan rambut Valerie. Setelah itu psikopat tersebut berjongkok dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku hoodie-nya.

Saat pria sadis itu melepaskan rambutnya, Valerie kembali berusaha bangkit untuk melarikan diri. Namun baru saja berada dalam posisi duduk, psikopat itu mencengkram kepala bagian belakang Valerie dengan tiba-tiba.

"Aku mohon, tuan...Lepaskan aku..." Pinta Valerie memohon.

Acuh pada permohonan Valerie, psikopat itu malah memberi selembar kertas pada Valerie. "Tuliskan sesuatu disini!" Perintah psikopat itu.

"Tapi aku tak memiliki alat tulis, bagaimana caraku menuliskan sesuatu di kertas ini?" Tanya Valerie.

Tak habis akan ide, psikopat itu kemudian menarik tangan kanan Valerie yang sudah ia lukai sebelumnya. Setelah itu pria sadis tersebut menarik jari telunjuk Valerie.

"Kukumu sudah cukup bagus untuk di jadikan alat tulis, tapi sayangnya tak ada tinta, jadi..." Ujar psikopat itu yang menjeda kalimatnya.

Valerie menatap psikopat itu dengan ekspresi takut setengah mati, dan menunggu psikopat itu menyelesaikan kalimatnya.

SRETTT!

Lagi-lagi psikopat itu melukai Valerie dengan pisau daging miliknya. Sontak Valerie berusaha menarik tangannya dari tangan psikopat itu, namun sialnya psikopat itu menahan tangannya. Valerie juga merintih kesakitan karenanya.

"...jadi aku gores saja jarimu agar darahnya mengalir ke kukumu, sehingga kamu bisa menulis kalimat di atas kertas ini," ucap psikopat itu melanjutkan kalimatnya yang tadi ia jeda.

"Tulis cepat!" Lanjut psikopat itu.

Dengan kuku yang dijadikan sebagai alat tulis dan darahnya yang dijadikan sebagai tinta, terpaksa Valerie menuruti perintah psikopat itu untuk menulis kalimat yang di perintahkannya. Tak henti-hentinya Valerie juga menangis karena rasa takut yang menyelimutinya.

Pria psikopat itu kembali mengambil kertas yang sudah Valerie hias dengan kalimat darahnya. Selanjutnya pria itu melipat kertas itu dan kembali memasukannya ke dalam saku hoodie-nya.

Saat psikopat itu sibuk melipat kertas, Valerie dengan sekuat tenaganya bangkit dan berjalan pincang menjauh dari psikopat yang akan menghilangkan nyawanya. Psikopat itu sebenarnya sadar jika mangsanya melarikan diri, tapi ia berpikir jika Valerie akan kembali ia dapatkan.

Psikopat itu berdiri, lalu ia menatap Valerie yang mencoba melarikan diri darinya. Psikopat itu hanya berdiam diri tanpa mengejar Valerie, ia sengaja membiarkan mangsanya memiliki harapan untuk lolos. Begitu Valerie sudah lenyap dari tatapannya, barulah psikopat itu berjalan dengan santainya sambil memanggil nama Valerie.












Sudah sekitar 15 menit, tapi pria psikopat itu belum juga melihat batang hidung Valerie, yang ia temukan justru hanya segundukan jerami kering dengan garpu petani di sampingnya.
Sepertinya itu milik warga sekitar yang sengaja di taruh di sana.

Psikopat itu terus memperhatikan gundukan jerami yang lumayan besar tersebut. Dari ukuran gundukan jerami itu, bisa saja seseorang atau bahkan lebih dari satu orang bersembunyi di dalamnya.

Psikopat tersebut kemudian mengambil garpu petani dan mengangkat garpu itu, selanjutnya ia menusuk-nusukan garpu petani itu ke gundukan jerami tersebut. Ia berpikir jika Valerie bersembunyi di sana. Psikopat itu terus melangkah maju sambil menusuk-nusukan garpu petani itu dengan kencang.

Sementara itu, dugaan psikopat tersebut benar. Valerie bersembunyi di dalam gundukan jerami tersebut.

Merasa semakin terancam, Valerie lantas mundur perlahan dan berhati-hati saat menghindari setiap serangan psikopat itu agar ia tak tertusuk oleh garpu petani itu.

"Tuhan...aku mohon tolong aku, aku sungguh minta maaf atas jalan yang aku pilih. Jika kamu menolongku dari pembunuh itu, aku janji, aku akan meninggalkan pekerjaanku." Ucap Valerie di benaknya.

Terdapat celah di gundukan jerami itu, Valerie bisa melihat psikopat itu dari sana.

Kini psikopat itu tak lagi menusuk-nusukan garpu petani itu ke gundukan jerami tempat Valerie bersembunyi. Mungkin psikopat itu berpikir jika Valerie tak ada disana, oleh karena itu psikopat tersebut berjalan meninggalkan gundukan jerami. Dan Valerie bisa melihat kepergian psikopat itu dari celah jerami tersebut. Sekarang Valerie merasa lega, tuhan kali ini benar-benar menolongnya.

Masih dalam posisi berjaga-jaga, Valerie lalu mencoba keluar dari gundukan jerami itu. Tapi baru saja ia mencoba mengangkat tubuhnya...

"Hello bitches!" Sapa psikopat itu dari celah di gundukan jerami tersebut.

Napas psikopat itu begitu terasa di wajah Valerie, jalang itu lantas segera bangkit dan keluar dari gundukan jerami itu. Namun saat ia hendak berlari, tiba-tiba garpu petani menghantam punggungnya.

Sontak saja Valerie ambruk karenanya. Luka di punggung Valerie tidak terlalu dalam, tapi karena dorongan keras dari psikopat itulah yang membuat Valerie terjatuh.

Valerie lalu membalikan posisi tubuhnya yang tadinya tengkurap kini menjadi telentang. Valerie merasa dirinya sudah kalah, ia tak mampu bangkit dan meloloskan diri dari psikopat itu.

Psikopat itu lalu sedikit berjalan ke arah Valerie sambil membawa garpu petani di tangannya. Begitu tiba di hadapan Valerie yang tengah telentang menunggu ajalnya, psikopat itu kemudian menaruh garpu petani itu tepat di dada Valerie.

"Aku akan membebaskanmu, tapi jika Tuhan datang kemari dan menyelamatkanmu! Jika Tuhan tidak datang dalam waktu 3 menit, maka aku akan menusuk dadamu menggunakan garpu petani ini." Ucap psikopat itu.

"Tuhan akan mengirim hambanya untuk menyelamatkan diriku." Balas Valerie dengan suara yang terdengar pasrah.

"Aku tidak ingin hambanya! Aku ingin Tuhan datang kemari dan menampakan dirinya di hadapanku!" seru psikopat itu.

"Itu tidak mungkin, Tuan. Bunuh saja aku sekarang juga."

"Mengapa? Apa karena Tuhan itu tidak ada? Ya...Tuhan memang tidak ada! Jika dia ada, dia pasti akan menjawab doa-doaku!"

"Berhenti berkata yang mustahil...Tuhan itu ada, dia mengawasi kita, Tuan..."

Jawaban Valerie sama seperti jawaban yang lainnya. Psikopat itu lantas semakin bertanya tanya, mengapa manusia biasa begitu munafik? Psikopat itu tau, dihati kecil mereka juga pasti ada rasa kesal atau mereka merasa tidak diadili oleh Tuhan. Tapi mengapa mereka selalu berpura-pura mengabdi pada Tuhan, berpura-pura jika Tuhan yang mereka sembah selalu bersikap adil.

3 menit sudah berlalu, Tuhan yang psikopat itu tunggu-tunggu nyatanya tak kunjung datang. Oleh karena itu ia lalu menusukan garpu petani itu dengan sangat kuat di atas dada Valerie.

Darah mengalir begitu banyaknya dari setiap luka yang tertusuk garpu petani. Psikopat itu terus menekankan garpu petani itu hingga menembus ke setiap organ tubuh di dalam dada Valerie.

"Akh..." Valerie bersuara, memuntahkan darah dari mulutnya.

Psikopat itu terus menatap Valerie yang tengah sekarat. Kemudian psikopat itu berkata, "Kamu tadi bertanya namaku, kan? Namaku adalah... William. Oh bukan! Itu nama lamaku, dan namaku yang sekarang adalah... Denzel!"






Tbc

I'm Denzel and I'm a psychopath! HAHAHAHA

Adegan Valerie yang sembunyi di gundukan jerami terinspirasi dari urban lagend yang berasal dari jepang, berjudul sreeek. Di cerita aslinya jauh lebih seru & menegangkan

Continue Reading

You'll Also Like

23.1K 2.1K 10
# ONGOING Jake Shim adalah siswa yang baru saja pindah ke Future Perfect High School. Ia menyadari bahwa kelas yang ia tempati sekarang terlihat begi...
1.5M 30.5K 200
High Rank: -1 in #word -2 in poetry -3 in #munafik 😇🙏
28.5K 1.2K 48
Cerita ini aku repost dari alamat web : zoladiaries.blogspot.co.id
3K 182 24
Awal: Grani sayang sama Galuh, tapi Galuh benci Grani. Akhir: Galuh sayang sama Grani, tapi Grani malah pergi _SAD ENDING!_