Danton, My Destiny [Terbit di...

By rishlaraa_

168K 12.9K 909

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 π‹π„ππ†πŠπ€π π“π„π‘π’π„πƒπˆπ€ πƒπ€π‹π€πŒ π•π„π‘π’πˆ π„ππŽπŽπŠβ—β— [𝐋𝐒𝐧𝐀 𝐨𝐧 𝐁𝐒𝐨 π–πšοΏ½... More

Prolog
Danton, My Destiny 1 | Selalu Bertemu
Danton, My Destiny 2 | Pulang
Danton, My Destiny 3 | Tamu Tak Terduga
Danton, My Destiny 4 | Malam Minggu
Danton, My Destiny 5 | Paket
Danton, My Destiny 6 | A Day with Bagas
Danton, My Destiny 7 | Prepare
Danton, My Destiny 8 | SAH
Danton, My Destiny 9 | Resepsi
Danton, My Destiny 10 | Status Baru
Danton, My Destiny 11 | Lingkungan Baru
Danton, My Destiny 13 | Berdua Bersamamu
Danton, My Destiny 14 | Weekend
Danton, My Destiny 15 | Bad news?
Danton, My Destiny 16 | Bakso
Danton, My Destiny 17 | See You Next Time!
Danton, My Destiny 18 | Sleepcall
Danton, My Destiny 19 | Parfum
Danton, My Destiny 20 | Rindu
Danton, My Destiny 21 | Rumah Sakit
Danton, My Destiny 22 | Rujak
⚠️ Informasi ⚠️
Danton, My Destiny 23 | Kesal
Danton, My Destiny 24 | Suka-suka Ibu Hamil
Danton, My Destiny 25 | Nugget
Danton, My Destiny 26 | Arsen & Asya
Danton, My Destiny 27 | Kakak Adik
Danton, My Destiny 28 | Dia
Danton, My Destiny 29 | Berita
Danton, My Destiny 30 | Raffa Rizki Abrianto
Danton, My Destiny 31 | Kedatangan Yudha
Danton, My Destiny 32 | Baby R
Danton, My Destiny 33 | Ending
baca deh ya!
INFORMASI EBOOK!
HALO❗❗

Danton, My Destiny 12 | Tangisan Pertama

5K 398 16
By rishlaraa_

Sebulan berlalu, kehidupan menjadi seorang istri dan menjadi Guru sudah ku tekuni. Aku mulai terbiasa menjalani dua peran tersebut dalam waktu bersamaan. Pagi mengajar dan sore hari terkadang mengikuti kegiatan Persit. Belakangan ini pula aku mulai merasa lelah. Danton terkadang mengingatkan untuk ingat diri beristirahat.

Tapi sepertinya itu sangat sulit. Sebulan ini pula aku semakin merasa Bu Wakil mempunyai dendam pribadi padaku. Bukan apa, dari sekian banyaknya anggota mengapa harus aku? Bu Ketua saja tidak sebegitunya terhadapku.

Seperti sekarang contohnya; Ia memintaku datang ke kediamannya. Aku sudah menolak sehalus mungkin karena ini adalah waktu mengajarku. Tapi tetap saja ia memaksa ku datang. Akhirnya aku izin kepada Kepala Sekolah untuk hari ini.

Aku mengira ada urusan penting sehingga aku disuruh datang ke kediamannya. Ternyata tidak. Ia menyuruhku membantu asisten rumah tangganya memasak untuk acara nanti malam. Dan garis bawahi hanya aku seorang. Hebatnya lagi, ia meninggalkanku dengan pembantunya di rumah dengan alasan ia harus ke Mall dan Salon untuk persiapan nanti malam.

Kalian mau tahu ini acara apa? Ini acara makan-makan yang di adakan olehnya untuk seluruh perwira. Jika ia memang mempunyai masalah denganku sebaiknya berbicara jangan seperti ini. Aku seperti tidak di hargai olehnya. Aku tahu suaminya senior Danton yang berarti seniorku juga. Tapi tidak begini.

Jika kalian mengira aku melapor pada Mama kalian salah. Walau Mama punya status tinggi dalam dunia Persit aku tak dapat seenaknya. Aku selalu memendam sikap Bu Vita yang seperti ini padaku. Danton? Aku belum bercerita padanya.

"Mba pulang saja biar Bibi yang lanjutin."

Oh aku tak tega meninggalkan asisten Bu Vita sendiri dengan segini banyaknya pekerjaan di dapur. Hati nurani ku tak sekejam itu. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan pada Danton bahwa aku pulang telat karena berada di rumah Bu Vita. Untungnya Danton tak bertanya banyak apa yang ku kerjakan.

Terdengar suara deruman mobil, sepertinya pemilik rumah sudah pulang. Ku lihat tampilannya sudah sangat rapi. Ia berjalan ke dapur dengan dagu terangkat. Tatapannya sangat terbaca jika ia sangat tidak suka padaku.

"Cepet kerjanya Ray, Persit itu harus gerak cepat." Rasanya aku ingin membalas ucapannya. Dia juga persit mengapa bukan dia yang mengerjakan. Ini acara yang di adakannya. Satu lagi, di Bogor sudah pasti banyak jasa catering. Aku paham aku istri junior tapi tak seperti ini.

"Sabar ya Mba, Ibu memang seperti itu," ujar asisten rumah tangga Bu Vita padaku.

Kesabaran ada batasnya, begitupun aku sekarang. Setelah ia melimpahkan lagi kerjaan padaku. Dengan keberanian yang ku tak tahu datangnya, aku menghampirinya yang sedang duduk di ruang tamu memainkan ponsel apel digigitnya. Lupakan sementara dia seniorku.

"Izin Mba, saya boleh bertanya?" Ia hanya mengangguk tanpa menjawab atau menoleh sedikit pun.

"Maaf saya bertanya diluar batas. Tapi kesabaran saya sudah habis. Sejak awal bertemu, saya mulai merasa Mba tidak suka dengan keberadaan saya. Apa saya membuat suatu kesalahan, karena saya merasa Mba selalu melimpahkan setiap tugas pada saya. Jika itu kepentingan Persit saya akan mencoba memahami tapi tidak yang sekarang."

"Kamu itu Persit. Saya senior kamu, berani sekali kamu seperti ini."

Mengembuskan napas pelan, "Maaf Mba, katakan salah saya dimana? Seharusnya saya—"

"Kesalahan kamu itu menikah dengan Yudha. Seharusnya yang ada di posisi kamu itu adik saya. Kamu hanya Guru TK tidak pantas bersanding dengan Yudha. Yudha harusnya bersama adik saya yang seorang Dokter. Mereka serasi." Tidak, apa ini? "Ah, atau jangan-jangan kamu yang menjadi orang ketiga dalam hubungan adik saya dengan Yudha. Kamu tidak pantas jadi seorang Persit. Pasti keluarga kamu bukan orang terpandang."

Cukup, air mataku sudah tidak dapat ku tahan. Haruskah ia merendahkan profesiku. Aku tahu Dokter tak seberapa dengan Guru TK tapi apakah ia tak tahu betapa sulitnya juga saat kuliah dan menangani anak-anak yang masih labil.

"Gara-gara kamu adik saya kehilangan cintanya." Tidak. Aku tidak tahu masalah ini. "Entah apa yang membuat Yudha berpaling dari adik saya."

Serius, hatiku sakit. Aku benar-benar tidak tahu. Aku tidak kuat. Aku ingin menyangkal tapi tak bisa. Lidahku kelu. Air mataku semakin luruh. Akhirnya tanpa sepatah kata pun aku meninggalkan kediamannya. Tak peduli dengan sopan santun, hatiku sudah sakit di rendahkan olehnya.

Tak ku hiraukan orang-orang yang melihatku dengan air mata di pipiku ini. Tujuanku sekarang hanya rumah, menangis di kamar. Beruntung rumah dalam keadaan sepi, Danton juga sepertinya masih di Kantor terlihat tidak ada motornya di garasi.

***

Yudha Aryasatya POV

Rayya Rizqiana gadis yang pertama kali ku lihat saat PRASPA angkatanku. Gadis yang saat itu datang menghadiri Pelantikan sang Kakak. Gadis yang riangnya memeluk sang Kakak. Raffa Rizki Abrianto merupakan sahabat semasa pendidikanku hingga sekarang kami yang ditempatkan dalam Batalyon yang sama. Garis besarnya aku tahu bahwa Raffa adalah anak dari seorang perwira tinggi TNI-AD.

Ku pandangi wajah manis istriku yang sengaja ku pasang sebagai layar utama ponselku. Terkadang aku berpikir masih tak menyangka jika aku bisa menjadi suaminya. Tadi siang ia mengabariku tak dapat pulang ke rumah karena mempunyai urusan di rumah Bu Wakil. Ingin ku bertanya apa yang di kerjakannya tapi ku urungkan. Sepertinya ia sangat sibuk. Belakangan ini pula ku perhatikan ia sering kelelahan.

Lamunanku teralihkan pada pintu ruanganku yang terbuka secara kasar. Hampir saja aku memarahi orang tersebut karena tak mengetuk. Kakak iparku lah pelakunya. Selama bersahabat dengannya aku tahu jika Raffa seperti ini ia sedang berada di puncak emosi.

Ia menggebrak mejaku. Entah kali ini ada masalah apa. Napasnya tersengal-sengal hingga ia duduk dan mengusap wajahnya kasar. Ku berikan segelas air mineral untuk menenangkan.

"Lo berantem sama Ayya?"

Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba Raffa bertanya hal itu. Aku tak bisa membalas dengan emosi tinggi juga. Sebisa mungkin, aku menjawab tenang.

"Tidak."

Mata Raffa menyipit tajam. Sepanjang bersahabat dengannya baru kali ini aku melihat tatapan api berkobar di matanya.

"Serius Yudha!"

"Tidak Raffa. Gue sama Rayya tidak berantem—"

"Terus kenapa adik gue nangis pulang ke rumah hah!?" Tunggu, Rayya menangis. Aku tidak tahu. Apa ini, Rayya tak memberitahuku juga.

Ku ambil kunci motorku dan meninggalkan Raffa di ruanganku. Percuma jika aku bertanya banyak padanya. Sudah kupastikan Raffa tidak tahu penyebabnya. Kulajukan motorku dengan kecepatan di atas rata-rata.

Sesampainya di rumah, keadaan sangat sepi. Pintu depan tak terkunci. Kamar, Ya pasti istriku berada di sana. Sial, sepertinya Rayya mengunci pintunya dari dalam. Tak perlu berteriak seperti kebanyakan, aku langsung mengambil ancang-ancang untuk mendobraknya. Tiga kali dobrakan akhirnya pintu terbuka. Di sana, di pojok dekat ranjang wanita yang kusayangi duduk memeluk kakinya dengan wajah yang di sembunyikan.

Ku angkat tubuhnya dan ku dudukkan ia di ranjang. Siapa yang membuat istriku menangis? Sungguh aku tak terima. Ia hampir mengalihkan pandangannya sebelum ku tangkup wajahnya dan ku usap pipinya yang basah.

"Cerita sama Mas siapa yang buat Rayya nangis?"

Rayya hanya menggeleng. Jika itu karena petir hujan lebat aku bisa menenangkan nangisnya. Tapi tidak dengan ini. Aku tidak tahu apa-apa. Aku seperti merasa tak becus menjaganya jika ia seperti ini. Ku peluk ia dan ku usap punggungnya menyalurkan ketenangan dalam tubuhnya serta memberikan kecup pada pucuk kepalanya. Tak peduli jika seragamku basah akibat tangisannya. Aku terluka melihat istriku seperti ini.

Setelah ku rasa ia tak terisak menangis, ku lepaskan pelukanku. Aku ikut duduk disampingnya dan menatapnya. "Kita suami istri, kita bersahabat. Kamu menangis Mas juga merasakan sakitnya."

"Maaf," ujarnya.

Bukan itu yang ingin ku dengar, tapi sebuah penjelasan apa yang penyebab ia menangis seperti itu. Jika karena hormon PMS istri cantikku ini tidak akan sampai menangis. Ia pasti hanya badmood dan banyak memakan makanan manis. Aku menebak pasti ini karena sebuah perkataan.

"Cuci muka sana habis itu kita makan bersama."

Ia mengangguk, "Memang Mas tidak datang ke acara yang diadakan di rumah Wadan?" Suaranya parau. Aku semakin penasaran apa yang membuatnya menangis. Sekarang tugasku hanya menenangkan dan mencoba bertanya lagi. Tak peduli dengan acara tersebut. Istriku lebih penting.

"Hm, lebih enak dirumah sama kamu makan indomie semangkuk berdua. Bagaimana?" tawarku.

Rayya menampilkan senyum manisnya. Ya Tuhan... Aku tak menyesali menikahi sosoknya. Perjuanganku untuk berdoa kepada-NYA ternyata membuahkan hasil. Engkau mengizinkanku untuk mempersunting dirinya.

Saat ini kami berdua telah berada di dapur, Rayya hendak mengambil panci tapi ku cegah. Aku mengusulkan diri yang memasak mi rebus tersebut. Hanya mie rebus saja pikirku tak merepotkan. Ia tanpa berbicara banyak pun menurut untuk menunggu di meja makan. Selama menunggu mi yang direbus matang sempurna, aku mendekatinya dan memeluknya. Tak apa, jika sekarang istriku tak ingin bercerita setidaknya aku bisa menjadi sandarannya.

"Mas abis makan beli es krim yuk," ajaknya. Dahiku sedikit menampilkan lipatan halus. Menerka apakah istri cantikku sedang datang bulan sehingga ia mengajakku untuk pergi membeli makanan manis tersebut.

"Kamu lagi dateng matahari?" Istriku hanya mengangguk dalam pelukanku. "Oke. Tapi kita makan dulu baru pergi membeli es krim."

[]

So, aku hanya mau menyampaikan dari apa yang ku tulis saat ini. Semua pekerjaan itu sama, tidak ada bedanya. Dokter, Guru, Petani, Pelaut, TNI-POLRI dan lainnya mempunyai tugas mereka masing-masing.

Semua pekerjaan yang halal adalah tugas yang mulia. Kita tidak sepatutnya merendahkan setiap pekerjaan. Semua pekerjaan mengajarkan kita berbagai kehidupan. Dimata tuhan kita sama semua, tidak dibeda-bedakan berdasarkan kasta, derajat atau sejenisnya.

Semoga dapat di pahami pesan yang aku sampaikan:)

Tetap berbuat baik dan saling menolong tanpa membedakan apapun:)

Oya, buat seluruhnya Selamat Hari Guru Nasional untuk semua guru serta orang-orang yang tanpa sadar telah mengajarkan tentang kehidupan.

Terutama...

"Experience is the best teacher"

Salam, Blue Rish

You can find me on instagram rishlara and don't forget to follow instagram yudha.rayya . Jangan lupa juga tinggalin jejak vote atau komen kalian. Thank you.

November 25, 2021

Continue Reading

You'll Also Like

882K 67.4K 43
Nikah sama mantan suami orang disaat gue punya laki-laki lain yang gue cintai adalah awal mula semua masalah hidup gue, dipaksa menikah hanya untuk d...
662K 91.2K 54
[Selesai] Kisah Nafi si gadis ceria dan Aryan laki-laki yang tegas tetapi menyebalkan. Nafi adalah sepupu dari sahabat Aryan, jadi mereka selalu saja...
66.2K 3.2K 35
(REVISI) Berawal dari permintaan seorang gadis kecil yg sedang di ujung maut yg meminta kakaknya untuk menikah dengan gadis yg di sukai oleh adiknya...
529K 29.5K 55
Blurb : Ayna Azkayra, setelah putus dari kekasihnya ia malah ketiban sial dijodohkan dengan laki-laki yang belum ia kenal lama, irit ngomong pula. ...