101 Songs About Ran Haitani

By Pinkrysta

159 14 2

Ran Haitani. When i think we were getting closer. You 'ran' away from me. Ran Haitani x Fem!Reader Untuk lebi... More

2. Yellow
3. Location Unknown

1. Hampa

102 6 0
By Pinkrysta

Aku naik ke atas stage dengan perasaan berkecamuk.

Kepala pening, suhu badan menurun drastis, berkeringat dingin, dan mual di perut. Semua bercampur menjadi satu.

Belum lagi, degup jantung yang berdetak cepat. Kedua kaki yang mati rasa. Sebagian nyawaku yang hilang entah kemana. Adrenalin memacu untuk terus maju.

Ini adalah pertama kalinya, aku tampil di panggung lagi setelah berhenti selama enam bulan.

This is no the right time!
Please don't panic!!

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah tepukan di bahu.

"Hey. Santai aja." Panggil sang drummer, Katsuki Bakugo. "Anggep semua penonton itu kentang."

"Hahaha... ya enggak mungkin lah." Aku tertawa mendengarnya. Entah kenapa Bakugo selalu punya 101 cara untuk membuat orang lain tenang.

"Kaya kita lagi latihan. Gas-in aja!!" Seru Denki Kaminari. Si gitaris nyentrik. Tangannya mengepal dengan semangat.

Fumikage Tokoyami, sang bassist. Hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

Everything is gonna be fine, katanya.

Aku merasa beruntung memiliki teman-teman seperti mereka.

Iya, aku enggak sendirian. Aku punya kalian disini.

Aku berada diantara Kaminari dan Fumikage. Sementara Bakugo di duduk di belakang.

Aku duduk di kursi yang telah di sediakan. Setelah merasa nyaman, aku mengalungkan tali Gitar di leher. Gitar akustik Taylor di dalam genggaman. Capo biru metalik di jepitkan di fret dua.

Tangan kanan menggeser sedikit stand mikrofon agar lebih dekat. Mikrofonnya kini berjarak satu kepal dengan mulut.

Band ini berada di atas panggung di salah satu Cafe & Bar yang terkenal di kota.

Cafe & Bar yang bergaya artistik. Saat pintu di buka, langsung akan tertuju pada stage. Disisi kanan stage ada Bar. Area tengah merupakan area makan, dipenuhi sekitar sepuluh meja makan dengan set empat kursi. Suasasanya santai dan bersemangat. Perabotannya nyaman. Lampu-lampu berwarna hangat untuk menambah kesan relaksasi.

Malam ini pengunjungnya cukup ramai. Mayoritas pria memenuhi bar sedangkan area makan di dominasi oleh kaum wanita.

"Good evening!" Aku menyapa pengunjung sambil mengetes suara yang keluar dari mikrofon.

"Mmm... buat yang tahu lagunya, kita nyanyi bareng-bareng ya."

Menoleh ke belakang, teman-teman mengangguk.

Siap!

Bakugo pun memberi aba-aba.

1,2,3,4.

Ketukan stick drum memecah keheningan.

Intro dimulai.

Aku memejamkan mata sebentar. Mencoba mengingat rasa, kenangan masa lalu dan luka.

Saat aku membuka mata.

"Kupejamkan mata ini... mencoba tuk melupakan."

Pikiran membawa masuk ke memori-memori di masa lalu.

"Segala kenangan indah... Tentang dirimu, Tentang mimpiku."

Tentang Ran Haitani.

"Semakin aku mencoba... Bayangmu semakin nyata."

Rasanya seperti hari kemarin. Kita berdua berjalan bersama.

"Merasuk ke dalam jiwa. Tuhan, tolonglah diriku."

Duduk berdua di hamparan bukit. Memandang langit yang sama.

"Entah dimana dirimu berada..."

Di saat aku kembali lagi ke tempat pertama kali kita bertemu. Hatiku berulang kali memanggil namanya.

"Hampa terasa hidupku tanpa dirimu..."

Dia tidak disini. Hanya ada aku dan bayangku. Semuanya tidak lagi sama.

"Apakah disana kau rindukan aku..."

"Ran. Apa kamu pernah merindukanku?" Aku bertanya pada bintang.

"Seperti diriku yang selalu merindukanmu..."

"Aku tau, ini terdengar bodoh. Tapi aku..."

"Selalu merindukanmu..."





"Tak bisa aku ingkari... Engkaulah satu-satunya."

Dia yang pertama.

"Yang membuat jiwaku... yang pernah mati menjadi berarti."

Membuat aku merasakan hidup sekaligus mengajarkan rasa sakit.

"Namun kini kau menghilang...
Bagaikan ditelan bumi."

Berulang kali aku mencoba menghubunginya. Semua berakhir dengan suara voice mail.

Dia tidak pernah sekalipun membalas pesan-pesanku. Seperti memutuskan semua kontak.

"Tak pernahkah kau sadari... Arti cintamu untukku."

Hari-hari berlalu, ada kehampaan di hatiku yang tidak pernah bisa diisi siapapun.

Ada hari di mana aku dapat mengingat wangi tubuhnya, perkataaannya, suaranya, hal-hal yang biasa dia lakukan. Begitu menghantui.

Saat malam, semuanya terasa semakin memburuk. Aku menginginkan kehadirannya. Berharap waktu bisa berputar kembali.

"Entah dimana dirimu berada..." Jemariku berpindah chord dari C ke Am, Dm, dan G. Tangan kananku berayun down, down, down, up, up, down.

Pengunjung di hadapanku ikut bernyanyi bersama. Ada yang bertepuk tangan dan melambaikan tangannya. Aku menebar eye-contact ke arah mereka dan tersenyum. Berusaha membawa mereka masuk ke lagu ini.

"Hampa terasa hidupku tanpa dirimu..." Jariku menekan senar chord E lalu berpindah ke Am, Dm, dan G.

"Apakah di sana kau rindukan aku..."

Aku menoleh ke arah Denki. Beradu pandang dengan lelaki berambut pirang itu. Dia tersenyum.

"Seperti diriku yang selalu merindukanmu...

Menegok ke arah kiri dan menangkap fokus Fumikage. Dia mengangguk.

"Selalu merindukanmu."





"Entah dimana... dirimu berada."

Aku terbangun dengan cardigan berwarna lilac di sisimu. Aku tahu itu miliknya.

"Hampa terasa hidupku tanpa dirimu."

Tempat kosong di sisiku, begitu dingin. Seakan dia tidak pernah ada. Air mata mengalir deras di wajah. Sebuah nama yang terus ku ucapkan.

"Apakah di sana kau rindukan aku..."

Kedua tanganku memeluk erat cardigan lilac itu, mencium wangi tubuh yang masih tersisa.

"Seperti diriku yang selalu merindukanmu..."

Di saat itulah aku tahu...

"Selalu merindukanmu."

... dia tidak pernah kembali.

Memasuki Outro, aku memejamkan mata sesaat. Air mata yang sedikit demi sedikit menumpuk. Aku mencoba mengatur napas perlahan.

Meski pun masih terbawa rasa, sekarang aku sudah merasa lebih tenang.

Menatap audience lagi, kepalaku bergerak mengikuti irama musik. Aku menikmati ending perpaduan Denki, Fumikage, dan Bakugo yang menutup lagu Hampa - Ari Lasso.

Kami tersenyum kepada penonton yang bertepuk tangan. Lagu pertama berhasil!

"Lagi!"

"Lagi!! Lagii!!!"

Penonton seisi Cafe & Bar bersorak dengan semangat.

"Oke, kita lanjut lagi ya..." Aku memjawab di mikrofon.

"... lagu berikutnya-"





Ran. I hope you're doing well,
Wherever you are.

Continue Reading

You'll Also Like

168K 12.1K 57
Tiada yang rela mengurus Pasha setelah bapak meninggal. Gadis itu terpaksa ikut dengan Winda ke ibu kota. Putus sekolah, mencari pekerjaan dan harus...
48.5K 7.9K 30
Gatau baca aja!
38.7K 3.5K 31
Nathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms
351K 9.9K 65
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.