1. Hampa

102 6 0
                                    

Aku naik ke atas stage dengan perasaan berkecamuk.

Kepala pening, suhu badan menurun drastis, berkeringat dingin, dan mual di perut. Semua bercampur menjadi satu.

Belum lagi, degup jantung yang berdetak cepat. Kedua kaki yang mati rasa. Sebagian nyawaku yang hilang entah kemana. Adrenalin memacu untuk terus maju.

Ini adalah pertama kalinya, aku tampil di panggung lagi setelah berhenti selama enam bulan.

This is no the right time!
Please don't panic!!

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah tepukan di bahu.

"Hey. Santai aja." Panggil sang drummer, Katsuki Bakugo. "Anggep semua penonton itu kentang."

"Hahaha... ya enggak mungkin lah." Aku tertawa mendengarnya. Entah kenapa Bakugo selalu punya 101 cara untuk membuat orang lain tenang.

"Kaya kita lagi latihan. Gas-in aja!!" Seru Denki Kaminari. Si gitaris nyentrik. Tangannya mengepal dengan semangat.

Fumikage Tokoyami, sang bassist. Hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

Everything is gonna be fine, katanya.

Aku merasa beruntung memiliki teman-teman seperti mereka.

Iya, aku enggak sendirian. Aku punya kalian disini.

Aku berada diantara Kaminari dan Fumikage. Sementara Bakugo di duduk di belakang.

Aku duduk di kursi yang telah di sediakan. Setelah merasa nyaman, aku mengalungkan tali Gitar di leher. Gitar akustik Taylor di dalam genggaman. Capo biru metalik di jepitkan di fret dua.

Tangan kanan menggeser sedikit stand mikrofon agar lebih dekat. Mikrofonnya kini berjarak satu kepal dengan mulut.

Band ini berada di atas panggung di salah satu Cafe & Bar yang terkenal di kota.

Cafe & Bar yang bergaya artistik. Saat pintu di buka, langsung akan tertuju pada stage. Disisi kanan stage ada Bar. Area tengah merupakan area makan, dipenuhi sekitar sepuluh meja makan dengan set empat kursi. Suasasanya santai dan bersemangat. Perabotannya nyaman. Lampu-lampu berwarna hangat untuk menambah kesan relaksasi.

Malam ini pengunjungnya cukup ramai. Mayoritas pria memenuhi bar sedangkan area makan di dominasi oleh kaum wanita.

"Good evening!" Aku menyapa pengunjung sambil mengetes suara yang keluar dari mikrofon.

"Mmm... buat yang tahu lagunya, kita nyanyi bareng-bareng ya."

Menoleh ke belakang, teman-teman mengangguk.

Siap!

Bakugo pun memberi aba-aba.

1,2,3,4.

Ketukan stick drum memecah keheningan.

Intro dimulai.

Aku memejamkan mata sebentar. Mencoba mengingat rasa, kenangan masa lalu dan luka.

Saat aku membuka mata.

"Kupejamkan mata ini... mencoba tuk melupakan."

Pikiran membawa masuk ke memori-memori di masa lalu.

"Segala kenangan indah... Tentang dirimu, Tentang mimpiku."

Tentang Ran Haitani.

"Semakin aku mencoba... Bayangmu semakin nyata."

101 Songs About Ran HaitaniOù les histoires vivent. Découvrez maintenant