Beheader Of Girls || Psikopat...

By wittelily

5.1K 2.5K 3.7K

Seorang psikopat yang tidak percaya adanya Tuhan, dia membunuh wanita hanya untuk mencari keberadaan yang mah... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34_END

Chapter 15

121 66 93
By wittelily


Brian memarkirkan mobilnya di dekat kerumunan warga. Saat itu ada banyak warga berkerumun untuk melihat keadaan mayat yang diduga di bunuh.

Kedua detektif muda sekaligus tampan itu segera turun dari mobil dan segera menghimbau warga untuk menjauh dari area itu karena kedua detektif itu takut jejak atau barang bukti ada yang hilang karena kerumunan warga.

Sebelumnya juga sudah ada beberapa polisi yang sudah membentangkan garis polisi dan menjaga mayat dari kerumunan warga. Bahkan tim forensik sudah melakukan penyelidikan kepada mayat tersebut.

Setelah kedatangan Aric dan Brian, warga akhirnya mau menjauh dari area itu. Kedua detektif tersebut kemudian segera melakukan penyelidikan begitu warga telah menjauh.

Mayat pria paruh baya itu terlentang dengan penuh luka sayatan di sekujur tubuhnya. Brian dan Aric sedikit merasa terkejut karena awalnya mereka mengira jika mayat yang akan mereka selidiki adalah mayat perempuan, namun nyatanya bukan. Kedua detektif itu juga awalnya mengira akan menyelidiki mayat dengan kepala terpenggal sama seperti kedua mayat sebelumnya yang mereka selidiki. Tapi kali ini jauh berbeda, kepala mayat itu utuh. "Apakah pembunuh dari mayat ini berbeda?"

Keadaan dari mayat pria paruh baya itu membuat Aric dan Brian makin di buat pusing. Tampaknya detektif tampan itu memiliki tugas baru yang harus mereka pecahkan.

Jepretan kamera terus tim forensik arahkan ke arah mayat pria paruh baya yang belum mereka ketahui identitasnya.

Sementara Brian dan Aric mulai mencari sesuatu yang dapat menjadi petunjuk atau barang bukti. Mulai dari semak-semak di dekat mayat itu pun tak mereka lewatkan.

"Kamu menemukan petunjuk?" Tanya Aric pada Brian.

"Belum, aku tak menemukan apapun." Jawab Brian.

Aric lantas menghela napasnya. Lelah tentunya sangat ia rasakan, namun bukan lelah fisik tapi lelah dengan semua kasus yang datang secara berturut-turut. Lelah karena ia harus berfikir keras untuk memecahkan kasus besar ini.

"Aric, Brian!" Panggil Aaron sambil berlari ke arah kedua detektif itu.

Setelah berada dekat dengan garis polisi, Aaron lalu bertanya. "Apa aku boleh memasuki area penyelidikan?"

"Masuklah!" Jawab Aric sedikit berteriak.

Melihat Aaron datang sendirian, lantas membuat Brian bertanya-tanya kemana perginya Denzel. Brian kemudian bertanya kepada Aaron dimana keberadaan Denzel saat ini.

"Denzel pergi menemui Hugo di kantor polisi, aku dengar Hugo di tahan di sana karena ia membunuh hewan." Jawab Aaron.

"Sidangnya sudah di lakukan?" Tanya Aric.

"Ya, sidang baru saja selesai. Hei, bukankah kamu yang menangani kasus Hugo?" Jawab Aaron sekaligus bertanya kembali.

Aric lalu menjawab jika kasus Hugo telah di alihkan kepada detektif lain karena ia dan Brian ingin fokus pada kasus gila yang harus mereka pecahkan secepatnya.

Begitu selesai membahas tentang Hugo, Aric dan Brian lalu kembali menyelidiki mayat itu dan tempat di sekitarnya untuk mencari petunjuk, dan tentunya di bantu oleh Aaron. Walaupun Aaron hanya bisa celingukan, tapi mungkin saja ia bisa melihat sebuah petunjuk.

"Hei, apa itu seekor hewan?" Tanya Aaron sambil menunjuk ke arah semak-semak yang sekiranya berjarak 7 meter dari dirinya.

Kedua detektif tampan itu lantas melihat ke arah yang di tunjuk oleh Aaron, mereka sedikit menyipitkan matanya agar penglihatan mereka jauh lebih jelas saat melihat objek kecil yang berjarak cukup jauh itu.

Aric kemudian berdiri dan berjalan ke arah sesuatu yang mencurigakan tersebut. Setibanya di sana, Aric lalu berjongkok untuk melihat lebih dekat lagi sesuatu yang berbulu putih dengan noda darah di bulunya itu.

Ternyata yang Aaron katakan benar, yang di lihatnya benar seekor hewan. Aric kemudian mengambil hewan itu dari dalam semak-semak, setelah itu ia membawanya kepada Brian dan Aaron.

"Kelinci? Apa sudah mati?" Tanya Brian yang melihat rekannya itu menjinjing seekor kelinci yang tampak tak bernyawa.

Aric meletakan kelinci itu di tanah.

"Ya, sudah mati. Tapi anehnya... Kelinci ini memiliki luka yang sama seperti mayat pria ini."

"Mungkin saja kelinci dan pria ini di bunuh oleh orang yang sama. Potret saja kelinci ini dan bawa mayatnya, siapa tau dapat di jadikan petunjuk. Jika sudah selesai kita biarkan para polisi membawa mayat pria dan kelinci ini ke rumah sakit, kita tunggu kabar dari Viny dan Delvin setelah mereka melakukan tes DNA dan mencari sidik jari." Kata Brian.



































🔪☠️☠️🔪


































Hugo resmi dinyatakan sebagai tahanan usai menjalani sidang. Ia akan di tahan selama 9 bulan karena telah membunuh hewan.

Mengetahui sahabatnya di tahan, membuat Denzel lantas merasa sedih. Setelah pulang dari kampus Denzel memutuskan untuk membesuk sahabatnya, Hugo. Dan menolak ajakan Aaron untuk ikut melihat penyelidikan Aric dan Brian.

Kini Denzel sudah di hadapkan dengan Hugo. Awalnya mereka tak mengeluarkan sepatah katapun karena mungkin Denzel tak tau harus memulai pembicaraan apa, dan Hugo juga merasa malu karena dirinya sudah membuat Denzel kecewa.

Tak tahan dengan keheningan, akhirnya Denzel membuka suara. "Aku tau kamu tak melakukan itu, Hugo!" Kata Denzel begitu yakin.

"Jangan sok tau." Hugo mengelak.

"Hugo ayolah! Kamu rela di tahan karena melindungi ayahmu?! Jangan gila! Apa kamu tau? Kamu di keluarkan dari kampus karena ini. Hugo, aku tau kamu menyayangi ayahmu, tapi... Bukan seperti ini caranya, Hugo."

"Aku tak mengerti maksudmu, Denzel."

"Hugo ayolah! Kamu pikir aku bodoh? Aku masih ingat saat aku berkunjung ke rumahmu dulu, jelas-jelas aku melihat ayahmu sedang menyayat tubuh rakun liar dan membunuhnya! Kamu juga saat itu berkata jika itu adalah kebiasaan buruknya yang tak bisa di hilangkan!"

Hugo menatap Denzel dengan tatapan datarnya. "Lalu?"

"Lalu, kamu juga pernah mengatakan alasanmu tinggal di hutan adalah karena ayahmu. Kamu tak ingin orang-orang tau kebiasaan ayahmu, kamu takut ayahmu akan di tuntut karena kebiasaannya dan kamu takut berpisah dengan ayahmu jika dirinya di tahan. Bukan seperti ini caranya mengabdi pada orang tua, ayahmu yang bersalah! Kamu tak perlu menutupi keburukannya dan mengorbankan dirimu seperti ini. Hugo, kamu tak bersalah, katakan pada semua orang kebenarannya!"

Hugo tampak mengacuhkan ucapan Denzel.

"Sebaiknya kamu pulang, aku ingin istirahat." Pinta Hugo yang kemudian berdiri dan memanggil polisi untuk mengantarnya kembali ke dalam sel, meninggalkan Denzel begitu saja.
















🔪☠️☠️🔪





































Karena Aaron terus menelponnya dan memaksanya untuk segera menyusul ke apartemen Brian, Denzel lantas memutuskan untuk segera pergi ke kediaman Brian menyusul Aaron, Aric dan Brian yang sedang berdiskusi membahas tentang kasus pembunuhan berantai yang tengah di tangani Aric dan Brian.

Setibanya disana Denzel langsung bergabung membahas pembunuhan berantai itu.

"Cara membunuh si pembunuh gila itu kali ini jauh berbeda. Apa mungkin mereka orang yang berbeda?" Brian.

Aric menopang dagunya, wajahnya menunjukan jika dirinya tengah berpikir keras. "Kurasa begitu. Kepala Agatha dan Alice sama-sama di penggal. Di balik kasus pembunuhan Alice dan Agatha ada maksud penghinaan yang ingin di sampaikan oleh psikopat gila itu, tapi kali ini sepertinya tidak. Aku juga yakin jika mayat kelinci itu ada hubungannya dengan kasus kali ini."

"Kelinci?" Tanya Denzel bingung.

"Ya, kami menemukan mayat kelinci tak jauh dari mayat pria paruh baya itu." Jawab Brian.

"Apa orang yang membunuh Agatha dan Alice hanya membunuh seorang wanita?" Aaron bertanya.

Semua sontak menoleh ke arah Aaron begitu mendengar pertanyaan yang sangat menarik yang telah Aaron lontarkan.

"Maksudku, bagaimana jika si pembunuh itu juga membunuh pria. Tapi cara dia menghabisi korbannya ia bedakan sesuai gender. Yang wanita di penggal dan yang pria di sayat?" Aaron menambahkan.

"Pemikiran yang bagus, Aaron!" Brian.

"Bagaimana jika pembunuhnya orang yang berbeda? Jelas-jelas cara pria paruh baya itu di habisi berbeda dengan Alice dan Agatha." Denzel berkomentar.

"Rasanya tak mungkin jika ada dua psikopat di kota ini. Yang di katakan Aaron kurasa benar." Kata Aric.

"Apa aku boleh melihat foto mayat pria itu?" Tanya Denzel yang merasa penasaran pada wajah mayat pria paruh baya tersebut.

Aric lalu menunjukan hasil jepretannya kepada Denzel.

Begitu terkejutnya Denzel setelah melihat wajah mayat pria paruh baya yang teman-temannya maksud.

"Hei! O-orang ini..." Ucap Denzel terbata-bata.

"Ada apa? Kanu mengenal dia?" Tanya Brian yang heran saat melihat ekspresi aneh Denzel.

"Di-dia... Dia adalah ayahnya Hugo!"

Semua sontak menatap Denzel dengan ekspresi terkejut. Bagaimana tidak? Pernyataan yang Denzel lontarkan tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.

"Bagaimana kamu bisa tau jika itu ayahnya Hugo?" Tanya Aaron pada Denzel.

Aaron memang tidak mengetahui bagaimana rupa ayahnya Hugo, sebab dirinya sama sekali belum pernah berkunjung ke rumah Hugo apalagi melihat ayah sahabatnya itu.

Denzel lalu menjelaskan jika ia pernah berkunjung ke rumah Hugo dan bertemu dengan ayahnya. Oleh karena itu Denzel mengenali sosok mayat yang baru saja di temukan oleh teman-temannya.

Kemudian Denzel berdiri dan bergegas kembali menemui Hugo di lapas untuk memberitahukan kabar duka ini pada sahabatnya. Denzel berlari keluar dari apartemen Brian, meninggalkan yang lainnya.

"Denzel kamu mau pergi kemana?!" Tanya Brian yang sedikit berteriak.

"Aku rasa dia ingin menemui Hugo. Aku harus menyusulnya." Ucap Aaron yang kemudian pergi berlari menyusul Denzel.

Aric menoleh ke arah Brian, lalu ia bertanya, "Haruskah kita ikuti mereka?"

Brian menjawab pertanyaan Aric dengan hanya mengangkat kedua alisnya, menandakan jika memang kedua detektif itu harus menyusul Denzel dan juga Aaron. Tapi belum genap mereka melangkah, tiba-tiba ponsel milik Brian berdering.

"Siapa?" Tanya Aric penasaran. Brian lalu menunjukan layar ponselnya tepat di depan wajah Aric, Pak Kevin nama kontak itu tertera jelas di layar ponsel milik Brian.

Setelah selesai menjawab telepon dari kapten mereka, Brian kemudian memberitahukan kepada Aric jika keduanya harus segera datang ke kantor polisi karena akan ada konferensi pers yang harus mereka lakukan.



























🔪☠️☠️🔪




























Hugo berjalan ke arah Denzel dan Aaron yang sedari tadi sudah terduduk menunggunya. Begitu melihat kedatangan Hugo, Denzel segera berdiri dari duduknya.

"Hugo!" Seru Denzel.

"Ada apa lagi, Denzel?" Tanya Hugo.

Tampaknya Hugo merasa lelah dengan kedatangan Denzel. Bahkan saat ini Hugo masih berdiri dan enggan duduk di hadapan kedua sahabatnya.

"Hugo, ayahmu...ayahmu..." Denzel tak mampu melanjutkan kalimatnya karena dirinya tak tega jika sahabatnya itu tau keadaan ayahnya saat ini.

Hugo mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Ayahku kenapa?"

"Di-dia sudah meninggal." Jawab Aaron sambil terus menundukan kepalanya.

Mendengar perkataan Aaron membuat Hugo merasa kesal. Hugo menoleh ke arah Denzel dan Aaron bergantian dengan tatapan tajam.

"Lelucon macam apa itu?" tanya Hugo yang tak suka dengan perkataan Aaron yang di anggapnya hanya sebuah lelucon.

Kedua sahabat Hugo itupun lalu menjelaskan semua kronologinya. Walaupun penjelasan Aaron dan Denzel sangat jelas, tidak menjadikan Hugo percaya akan hal itu.

"Apa niat kalian membuat lelucon seperti ini?!" Tanya Hugo lagi.

"Tolong percayalah, Hugo. Kami bersungguh-sungguh." Kata Denzel dengan raut wajah yang menunjukan jika dirinya merasa kasihan pada Hugo. Kasihan karena Denzel tau Hugo sebenarnya percaya dengan apa yang di katakan dirinya dan Aaron, tapi Hugo enggan menerima pernyataan pahit tentang ayahnya.

"Mana buktinya?! Tolong jangan ganggu waktuku dengan lelucon bodoh kalian!" Pinta Hugo yang kini semakin merasa kesal.

Saat Hugo hendak membalikan badannya untuk kembali menuju sel, Denzel lantas menghentikan Hugo dengan meraih tangannya.

"Kami akan kembali dan membawa buktinya! Tapi, jika apa yang dikatakan olehku dan Aaron adalah benar. Kamu harus berjanji padaku untuk memberi tahu kebenarannya jika kamu tak bersalah!?" Denzel.

Tatapan Hugo yang tadinya terlihat kesal, sekarang terlihat jika dirinya sedang merasa sedih dan khawatir. Mungkin Hugo takut jika apa yang dikatakan kedua sahabatnya benar.

"Terserah!" Ketus Hugo.

Hugo lalu memanggil polisi untuk mengantarnya kembali kedalam sel, dan tentunya ia kembali meninggalkan sahabatnya begitu saja.

































🔪☠️☠️🔪




















Brian dan Aric kini sedang berada di kantor polisi kota California. Kini ia sedang di hadapkan dengan sosok pak Kevin, kapten mereka.

Sebelum menemui para wartawan dan jurnalistik dari berbagai media untuk konferensi pers yang di adakan secara mendadak. Ketiga orang itu berdiskusi terlebih dahulu di ruang rapat.

Sepertinya pak Kevin akan memberi arahan kepada dua detektif muda sekaligus tampan itu.

"Kalian sudah menyimpulkan faktanya?" Tanya pak Kevin kepada dua bawahannya.

"Iya, Pak!" Jawab Aric dengan mantapnya.

"Dengarkan aku. Aku tau kalian pasti bisa memecahkan kasus ini. Jangan terburu-buru, selidiki kasus ini pelan-pelan. Bahkan jika itu memerlukan waktu hingga bertahun-tahun, pokonya kalian jangan menyerah. Kasus ini sudah termasuk ke dalam kasus besar, bahkan Jendral dan komisaris saja sudah turun tangan. Jangan buat mereka kecewa pada kalian, tunjukan kemampuan kalian!" Tutur pak Kevin memberi arahan sekaligus memberi semangat kepada kedua bawahannya.

"Itu pasti, Pak! Kami tak akan mengecewakan kalian semua." Kata Brian dengan senyum yang tergurat di wajahnya.

Kemudian kedua detektif itu segera pergi ke depan gedung kantor polisi untuk mengadakan konferensi pers mendadak ini.

Konferensi pers ini dilakukan atas permintaan warga Amerika karena mereka ingin mengetahui sejauh mana kasus ini berjalan, dan siapa pembunuh berantai yang tengah menghantui mereka.

Aric dan Brian kini telah berdiri di hadapan wartawan dan jurnalistik.

Jepretan kamera tak henti-hentinya di layangkan ke arah mereka, wartawan dan jurnalistik pun siap merekam segala sesuatu yang dikatakan oleh dua detektif muda sekaligus tampan itu.

Sebelum memulai pembicaraan, kedua detektif itu menghela napas terlebih dahulu. Kemudian Aric lebih dulu berbicara di depan para wartawan dan jurnalistik.

"Maafkan kami karena lambat menangani kasus ini." Ucap Aric dengan menggunakan sebuah pengeras suara.

"Pak, sejauh mana kasus ini di selidiki?" Tanya salah satu wartawan.

"Kami masih dalam proses menyelidiki mayat dan mengumpulkan bukti, sulit untuk mencari siapa pembunuh itu jika kami belum mengumpulkan bukti yang kuat." Jawab Brian yang juga menggunakan pengeras suara.

"Apakah ada banyak bukti untuk sekarang ini?" Tanya yang lainnya.

"Belum, pembunuh itu sangat pandai menyembunyikan barang bukti. Kami semua masih mengumpulkan bukti-buktinya." Aric.

"Apa bisa di simpulkan jika pembunuh itu adalah psikopat? Dan ada artikel yang beredar jika ada dua pembunuh, apakah itu benar?" Tanya yang lain.

"Ya, bisa di pastikan pembunuh itu adalah psikopat. Sebab jika dia orang biasa pastinya dia akan menyembunyikan mayat korbannya agar tidak di ketahui oleh orang lain." Jawab Brian.

"Kami rasa tidak ada dua pembunuh. Kami menyimpulkan jika mayat pria paruh baya itu di bunuh oleh orang yang sama. Cara pembunuh itu menghabisi korbannya sepertinya ia bedakan sesuai gender, yang wanita di penggal dan yang pria di sayat. Tapi untuk itu kami masih menyelidikinya, tolong tunggu kabar dari kami selanjutnya dan tolong tetap dukung kami." Sambung Aric yang menyudahi konferensi pers tersebut.

















🔪☠️☠️🔪































Aku duduk bersantai di sofa sambil menonton dua manusia bodoh yang ada di layar televisi.

Mereka berkata, "Tidak ada dua pembunuh, cara si pembunuh itu menghabisi korbannya ia bedakan sesuai gender."

Dasar sialan! Orang-orang bodoh itu mengira jika aku membunuh pria tua itu!?

Siapa pembunuh bodoh yang bersembunyi di belakangku? Membunuh dengan menyayat? Cih, jelas itu bukan diriku. Aku hanya membunuh seorang wanita, wanita munafik lebih tepatnya.

Ya...aku menganggap semua wanita itu munafik. Mereka merasa dirinya hebat, mereka juga sombong, dan yang lebih aku tidak suka, mereka selalu bersikap jual mahal. Apa yang dimiliki mereka hingga mereka bersikap seperti itu? Wajah cantik? rambut yang indah yang mereka anggap sebagai mahkota?

Lucu sekali, saat melihat mereka rasanya aku ingin memenggal kepala yang menjadikan mereka bersikap sombong. Mereka juga kerap menolak ajakanku untuk melakukan hubungan intim, padahal aku tau mereka juga ingin melakukannya. Tapi mereka berpura-pura tidak tertarik dengan hal itu.

Dan saat aku berkata "Tuhan itu tidak ada." Dengan lantangnya mereka membantahku. Di lihat dari mata Alice dan Agatha, mereka sepertinya terpedaya dengan ucapanku, tapi mereka lebih takut pada Tuhan yang tidak tau dimana keberadaannya. Sungguh munafik, bukan?

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
561K 85.3K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
235K 17K 52
(Revisi sampai Part 23) Lady Elena selalu percaya pada Cinta pada pandangan pertama. Karenanya ketika ia jatuh cinta pada Christian Fletcher, Earl of...
92.6K 3.3K 47
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...