JiMinjeong/WinRina Stories [M...

بواسطة Lean_GG

16.4K 1.5K 637

berbagai ff Oneshoot, Twoshoot dan cerita pendek lainnya. Happy reading, enjoy it, and don't forget your Vote... المزيد

Introvert [Oneshoot]
My Teacher, My Lover [1/3]
My Teacher, My Lover [2/3]
My Teacher, My Lover [3/3 END]
I Want You [Twoshoot 2/2 END]
180 Days With U [1 ]
180 Days With U [2]
180 Days With U [3]
180 Days With U [4]
180 Days With U [5]
180 Days With U [6 END]
I Love Her! [Oneshoot]
Blackrose [1/3]
Blackrose [2/3]
Blackrose [3/3 END]
What is Love [Twoshoot 1/2]

I Want You [Twoshoot 1/2]

1.5K 145 87
بواسطة Lean_GG

Main cast : Winter (Kim Winter), Karina (Yoo Karina).
Genre : Yuri, Romance, School, Twoshoot.
Rated : 19+
Author : Lean G.G

WARNING!!

Here is the genre of Yuri if you didn't like it, please go away. And this content is not for copy or Bashing, it's for reading. Typo everywhere, please votes and comment.

***

Author POV

"Lalalala~" seorang gadis kecil berusia 8 tahun terlihat tengah bermain dengan barbie dan bonekanya. Meski bermain sendiri, ia tampak asik bermain sambil duduk dilantai.

Suara key password terdengar membuat perhatian gadis itu teralihkan. Seketika ia bangkit dengan senyum cerah lalu bergegas menuju pintu untuk menyambut orang tersayangnya.

"Eomma!" teriaknya sambil menuju pintu, namun seketika langkahnya terhenti ketika ia melihat sang Ibu datang bersama gadis kecil yang terlihat berusia lebih muda darinya.

"Eomma.. siapa dia?"

"Karina, kemarilah" pinta sang Ibu.

"Mulai sekarang kita memiliki keluarga baru"

"Adik?" tanyanya dengan ekspresi senang karena ia akan memiliki adik. Bukankah itu pertanda ia juga akan memiliki teman untuk bermain?

"Em, namanya Winter"

"Winter?!" antusias Karina.

"Winter, mulai sekarang kau akan tinggal disini. Dan ini kakakmu Karina Unnie"

"Karina Unnie" ia mengulangi nama itu dengan ekspresi takut.

"Ayo kita bermain!" ajak Karina to the point sambil menarik Winter masuk kedalam.

"Perkenalkan namaku Gubi, dan ini Princess Lala" Karina memperkenalkan mainannya.

"Uwa~" ekspresi Winter kini berubah, terlukis sebuah senyuman diwajahnya.

Merekapun bermain untuk beberapa saat, hingga tak lama Winter terdiam dan teringat sesuatu. ia mengedarkan pandangannya dan tampak bingung. Ia bangkit dan pergi tanpa sepengetahuan Karina yang tengah fokus dengan mainannya.

"Lalalala~ Win-" ucapannya terhenti ketika ia tak menemukan Winter disebelahnya. Karinapun bangkit dan mencari. Dan ketika ia mencari didalam rumah, ia melihat sang Eomma yang tengah berbicara dengan seseorang ditelepon.

"Taeyeon dan Tiffany kecelakaan, mereka tidak bisa diselamatkan. Aku akan mengadakan upacara pemakanan untuk mereka secepatnya. Mulai hari ini Winter akan tinggal bersamaku"

Winterpun pergi tanpa membuat suara, melanjutkan kembali niatnya mencari Winter. Karina melihat pintu luar yang terbuka dan memutuskan mencari diluar.

"Winter!" panggilnya. Tiba-tiba sebuah tangisan terdengar. Karinapun bergegas menuju asal suara dan dilihatnya Winter yang terduduk ditanah sambil menangis.

"Winter ada apa? Kenapa menangis?"

"Hua~" ia masih menangis.

"Kau terluka?"

"Eomma.. dimana mereka? Aku ingin Eomma hiks-"

"Em.. begini, mulai sekarang aku akan menjadi Kakakmu. Kita akan tinggal bersama-sama disini. Kita akan bermain bersama, tidur bersama, makan bersama. Aku akan berada disampingmu agar kau tidak kesepian"

"Ya, aku akan selalu bersamamu, disampingmu" ucap Karina.

"Benarkah itu?"

"Em" Karina menganggup mantap sambil tersenyum.

"Tapi Bagaimana dengan Eomma?"

"Eomma sedang berlibur dan pergi ketempat yang indah"

"Kenapa Eomma tidak mengajakku?"

"Em.." Karina terlihat berfikir.

"Karena kau masih kecil. Winter ingin Eomma Bahagia, kan?"

Winter mengangguk.

"Kalau begitu biarkan Eomma berlibur"

"Lalu kapan Eomma akan kembali?"

"Saat kau sudah dewasa. Jadi Winter mau kan jadi adikku mulai sekarang?"

Winter mengangguk.

"Kalau begitu berhenti menangis dan tersenyumlah" Karina hapus air matanya. Winter menurut dan mulai memperlihatkan senyumnya, Karina ikut tersenyum.

"Mulai sekarang kita akan selalu bersama"

"Ne!"

Waktu tak pernah berhenti dan terus berjalan. Sejak hari itu Winter tak pernah bertanya lagi mengenai keberadaan kedua orang tuanya. Ia juga sudah mulai terbiasa dan ceria kembali. Ia selalu tertawa ketika bersama Karina. dan Karina benar-benar bersikap hangat dan penyayang pada Winter, membuat Winter melupakan sang Eomma.

'Kemanapun aku pergi Winter akan mengikutiku, dia sangat lucu, benar-benar menggemaskan'

'Dan aku sangat menyayanginya..'

***

Winter berdiri didepan sebuah lemari berukuran besar.

"Karina Unnie" panggil Karina.

"....."

"Karina Unnie ada apa?" tanyanya sekali lagi pada Karina yang berada didalam lemari.

"Jangan dibuka!-hiks" ujar Karina.

"Kalau kau membukanya akan ada monster keluar dari lemari ini dan akan memakanmu, kau mengerti?!"

Winter melengkungkan bibirnya kebawah mendengar tuturan dari Karina itu.

"Kalau kau mengerti, cepat pergi!"

"Karina Unnie" lirihnya sedih yang kemudian berjalan menjauh dan duduk dilantai menatap lemari itu sambil bersandar pada kaki ranjang.

'Disaat seperti ini.. Karina Unnie terlihat dingin dan menakutkan'

'Dan juga.. kesepian'

***

8 tahun kemudian..

Kringg~

Suara alarm berbunyi membuat pemilik kamar yang tengah terlelap akhirnya bangun, ia matikan alarm tersebut. Masih dengan kelinglungannya ia bangkit duduk.

"Mataku tidak bisa terbuka" gumamnya, namun matanya tiba-tiba terbuka 100% ketika ia melihat gundukkan dalam selimut. Seketika ia merasa merinding, perlahan ia mencoba membuka selimut itu untuk melihat apa yang ada dibaliknya dan-

"Uwa!!"

"Aaaa! Gabjagiya!!" teriak Karina karena sosok dibalik selimutnya membuat kejutan yang hampir membuat jantungnya berhenti.

"Choeun achim (Selamat pagi)" sapa Winter dengan senyum manisnya. Namun bagi karina itu justru tampak menyebalkan.

"Ya' Winter!! Apa yang kau lakukan disana, hah?" teriak Karina sambil mengelus dadanya akan sikap adiknya itu.

"Menyapa" jawab polos Winter.

"Bukankah sudah kubilang berkali-kali jangan masuk kekamar orang sembarangan" dengan kesal Karina bangkit.

"Unnie, kau tadi mengigau, kau juga memanggil-manggil namaku" Winter mengintil.

Ah, benar. Karina memang memimpikan masa kecil mereka. Terkadang ia memang merindukan masa-masa itu. Saat itu Winter benar-benar menggemaskan, tapi sekarang.. mungkin ini melebihi dari kata menggemaskan.

"Kau jadi tampak kesepian" ucap Winter.

"Aku tidak kesepian!" ketus Karina menggebrak pintu toilet membuat Winter refleks terpaksa berhenti.

"Hampir saja" kaget Winter menyentuh hidungnya, pintu itu hampir saja menghajar hidungnya.

Karina menggeleng kepalanya melihat kelakukan adiknya itu. tak ingin terus ambil pusing Karina segera membuka pakaiannya dan mandi. Karina membersihkan diri sambil bersiul menyanyikan sesuatu. namun ia berhenti bersiul dan mengerutkan keningnya ketika ia merasa diperhatikan. Dan benar saja, Karina terlihat tengah mengintip dari celah pintu.

"Apa yang kau lakukan! Jangan mengintip! Cepat tutup pintunya!" teriak Karina.

"Aku hanya mengawasi" polos Winter.

"Aish anak ini" Karina mendumel menghampiri dan menutup pintu keras lalu menguncinya.

Kini Karina dan Winter berada dimeja makan untuk sarapan. Raut wajah Karian masih tampak masam.

"Ya' Winter, berhenti mengintipku mandi setiap pagi, seperti orang mesum saja" ujar Karina.

"Aku tidak mengintip. Aku hanya mengawasi Unnie tercintaku"

"Itu mengganggu! Aish" dengan kesal Karina mulai memakan sarapannya.

"Kalau Winter terus menempel bagaimana Unniemu bisa punya kekasih?" Sang Eomma, Irene terkekeh.

"Karina Unnie memang tidak berminat pacaran, ya kan?" Tanya Winter. Yang ditanya meresponnya dengan memalingkan wajahnya dengan jutek.

"Ish" rutuk Winter melihat sikap Karina.

'Lagipula aku memang tidak akan membiarkannya punya kekasih. Hari demi hari Karina Unnie selalu semakin keren dan cantik' Winter menatap Karina yang sedang sarapan.

"Jangan melamun ayo cepat makan sarapanmu Winter" ujar sang Eomma.

"Ne Eomma"

"Terimakasih sarapannya" ucap Karina sambil bangkit.

"Sudah selesai? Kenapa cepat sekali" Winter bahkan belum memakannya sesuappun.

Karina tak menjawab dan berjalan pergi. Melihat Karina yang pergi Winterpun bergegas untuk berangkat juga.

"Winter kau belum sarapan!"

"Aku akan sarapan disekolah!" Jawab Winter sambil mengejar Karina.

"Unnie tunggu!" Akhirnya Winter berhasil mengejar. Merekapun berjalan bersama beriringan dan menaiki bus yang sama karena sekolah mereka satu jalur.

Karina lirik Winter yang sedang mendengarkan music melalui earphone sambil memandang keluar jendela. Sebuah ide hinggap dipikiran Winter untuk mengalihkan perhatian Karina, ia cabut sebelah earphonenya membuat Karina menatapnya.

"Mendengarkan lagu apa? Owh, Girls Generation?"

"Em, aku suka mereka"

"Nado!" Semangat Winter karena mereka menyukai girl band yang sama. Merekapun mendengarkan lagu bersama, hingga tak terasa Karina sudah harus turun.

"Aku hampir sampai" Karina melepaskan earphone yang ia dan Winter pakai dan bergegas bangkit menuju supir. Ya mereka bersekolah ditempat yang berbeda karena jenjang mereka. Karina berada dijenjang SMA, sedang Winter berada dijenjang SMP. Karinapun turun begitu pintu bus terbuka.

Pandangan Winter terus mengarah pada Karina, bahkan ketika bus kembali melaju ia masih saja memandang Karina bahkan sampai ia berlari kekursi belakang hanya untuk memandangnya.

'Kenapa sih kami harus menjadi kakak-adik? Kenapa juga aku harus menjadi wanita' cemberut Winter sambil mendudukkan dirinya dengan normal karena Karina sudah tak bisa terlihat lagi.

*

*

Treeeng!

Jam istirahat berbunyi, Winter terlihat memilih duduk dimejanya dari pada berlari menuju kantin. Nafsu makannya mendadak hilang karena perkataan Irene tadi pagi.

"Kalau Winter terus menempel bagaimana Unniemu bisa punya kekasih?"

"Aish, gara-gara Eomma aku jadi tidak bisa berhenti memikirkannya" rutuk Winter.

"Ya' ada apa dengan ekspresimu?" tanya Ningning menghampiri.

"Aniya (Tidak), amugeotdo (Tidak ada)"

"Winter-ya, kemarin Kakakku membawa kekasihnya kerumah. Dan uwah~ sulit dipercaya. Dia benar-benar tidak sopan"

"Kakakmu? Bukankah dia baru kelas satu SMA sama dengan Karina Unnie?"

"Eoh, memangnya kenapa? SMA itu sudah cukup dewasa, wajar jika memiliki kekasih"

"Tapi.." ucapan Winter terhenti raut wajahnya berubah cemberut.

'Tapi Karina Unnie juga kelas satu SMA' hati Winter tetap menolak pernyataan Ningning.

"Itu normal, yang tidak normal itu yang tidak pernah berpacaran dan menolak mentah-mentah para pria tampan dan popular disekolah"

"Mwo(Kenapa)? Kenapa menatapku seperti itu?" ujar Winter karena Ningning terasa menyindirnya.

"Ckckck, ya' aku tidak mengerti dengan pikiranmu"

"Mwo(Apa)"

"Setidaknya kau pikirkan dahulu, tapi kau menolak dengan mentah dan dingin, heol"

"Aku tidak suka mereka" Winter membuat pembelaan.

"Satupun? Apa yang tidak kau suka? Mereka semua tampan, ada yang popular dan ada juga yang pintar bahkan preman"

"Aniya (Tidak)~ mereka bukan tipeku"

"Jadi seperti apa tipemu?" tanya Ningning yang membuat Winter terdiam berfikir.

"Em.. orang yang setiap harinya semakin bersinar, yang selalu bermain denganku, memelukku saat tidur" Winter mengatakan itu sambil membayangkan Karina dan dirinya ketika kecil.

"Mana ada yang seperti itu? semua itu terjadi jika sudah berstatus bodoh"

"Aniya~ (Tidak). Kau tahu apa" gumam Winter diakhir kalimatnya.

"Winter" sapa seorang pria kemejanya. Tertulis nama Lucas di name tagenya.

"Aku tidak melihatmu dikantin jadi aku kemari dan membelikan ini" ia memberikan susu dan roti.

"Gomawo" ucap Winter menyantapnya.

"Ckckck, kenapa tidak kau tolak?" Ningning memutar matanya. Winter selalu menerima pemberian orang lain tapi ketika mereka menyatakan perasaan mereka Winter selalu menolak

"Kau menolaknya tapi menerima pemberiannya?"

"Kenapa ditolak? Aku lapar" polos Winter.

"Heol"

Lucas hanya tersenyum memandang Winter yang makan dengan lucu hingga mulutnya penuh.

"Winter, kenalkan aku dengan kakakmu itu, Karina Nuna"

"Uhuk-uhukk!" Winter tersedak. Mereka tampak terkejut dan memberinya susu.

"Kau menyuapku? Bawa kembali, bawa semuanya!" ujar Winter.

"Ei~ Joke! Aku hanya bercanda haha. Kau tahu aku hanya akan menyukaimu" ia tersenyum lebar seperti orang bodoh. Sudah 1 tahun Lucas menyatakan cintanya namun Winter menolaknya. Tapi meski sudah ditolak Lucas masih saja mencoba untuk dekat.

"Kau mau mati, hah?" Winter memberikan tatapan kesalnya.

"Oh ayolah, kau tahu kalau aku setia selama satu tahun ini"

"Ka (pergi)" sebuah tanduk seolah tumbuh dikepala Winter.

"Arasseo-arasseo" Lucas tak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya pergi dari kelas Winter.

Winter memang cukup popular, Winter dikenal seorang yang priang, terkadang ia tampak polos yang membuatnya tampak lucu. Winter juga dikenal cukup pinter terutama didalam pelajaran berhitung.

"Jangan menerima pemberian mereka jika kau tidak mau memberi mereka kesempatan. Mereka semua akan salah faham dan mengira kau memberi lampu hijau untuk mereka"

"Arasseo (Aku mengerti), takkan kulakukan lagi"

*

*

Tak terasa kini Winter sudah sampai dirumah, hari ini ia pulang sedikit terlambat karena harus mengerjakan tugas kelompok.

"Aku pulang" sapa Winter berjalan masuk kedalam rumah.

"Kau pulang terlambat" ucap Karina yang datang dari arah dapur. Kening Winter berkerut ketika Karina membawa nampan yang berisikan gelas dan air.

"Siapa yang datang? Laku-laki atau perempuan?" tanya Winter mengikuti.

"Tidak perlu tahu" saat Karina hendak menutup pintu kamarnya, Winter bergegas menahannya dan membuka paksa pintu dan dilihatnya dua orang wanita disana.

"Dia adikmu Karin? Hai, aku Giselle"

"Hai, aku Seulgi"

"Ne (Ya), Winter" Winter memperkenalkan diri dengan tersenyum manis.

"Omona! Adikmu manis dan cantik" puji Giselle.

"Benarkah? Tapi Karina Unnie selalu bilang kalau aku jelek" Karina yang mendengar itu hanya memutar matanya.

"Mungkin dia merasa terancam"

"Terancam?"

"Yap, dia cukup popular disekolah"

Dheg-

Entah mengapa tapi mendengar itu bukannya senang tapi bagaikan sebuah hantaman keras dihatinya.

"Jangan bicara yang tidak-tidak, ayo cepat keluar kami harus mengerjakan sesuatu" Karina mendorong Winter keluar.

Blam.

Winter terdiam menatap pintu yang menutup itu.

"Populer?" gumam Winter.

'Bukankah itu..'

Seketika pikiran Winter melayang pada apa yang pernah ia alami. Banyak surat cinta, hadiah dan pernyataan cinta.

"Andwae.." lirih Winter dengan syok membayangkan itu Karina. Mungkinkah Karina juga sudah memiliki kekasih?

"Aniya aku harus mencari tahu!" Winter bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sesuatu.

Beberapa saat kemudian..

Tok tok

Semua perhatian kini mengarah pada seseorang yang berdiri dipintu.

"Aku membawakan makanan"

"Ouh Yeah!" antuasias Giselle dan Seulgi.

"Woah cake"

"Aku membuatnya sendiri!" bangga Winter.

"Jinja (Benarkah)?"

"Ne, aku dan Karina Unnie dulu sering membuat cake bersama"

"Kalian sangat dekat ya"

"Kami bahkan lebih dari dekat, iyakan Unnie?"

"Hah~ ne. sekarang cepat keluar" jawab Karina yang tampak malas.

"Jadi bagaimana Karina Unnie disekolah? Apa dia nakal? Menyusahkan para Unnie? Apa dia sering murung? Kalau tidak ada aku biasanya Karina Unnie merasa kesepian"

"Ya' Winter" panggil Karina memperingati untuk berhenti mengganggu dan keluar dari kamarnya.

"Berhenti mengganggu dan keluarlah" ucap Karina.

"Biarkan dia disini, rasanya lebih seru jika dia disini" ucap Giselle membuat Winter kembali tersenyum.

"Dia lucu, tidak apa-apa" imbuh Seulgi.

"Kau tidak boleh jahat seperti itu atau aku akan beritahu Kai Oppa"

'Kai.. siapa dia?' pikir Winter begitu mendengar itu.

"Ya'" Karina memperingati.

"Wae? Orang-orang bilang kau dan Kai Oppa sangat serasi, menurutku dia juga menyukaimu" Giselle menggoda Karina.

"Maj-a, sudah jelas menyukaimu. Bukankah kau juga pernah bilang kalau Kai Oppa itu oke?" imbuh Seulgi.

"Itu.."

"Not Bad" lanjut Karina dengan ekspresi malu, Mata Winter sedikit membulat ketika menyadari Karina yang tampak merona.

"Jika dia mengajakmu pergi, jangan kau tolak. Dia pasti akan menyatakan cintanya padamu"

Winter kini tak bersuara. Hatinya terasa begitu ngilu mendengar percakapan ini. Ia tidak tahan lagi.

"Permisi" pamit Winter keluar. Karina menatap pintu yang kini sudah tertutup kembali.

*

*

Karina menyimpan semua cucian piring dan gelas didapur. Ia kembali keatas untuk mempereskan apa yang belum, dan saat itu Winter keluar kamar.

"Mereka Sudah pulang?"

"Em" jawab Karina hendak masuk kekamar.

"Oh ya aku lupa bilang sesuatu" ucap Karina yang gurungkan niatnya.

"Cake buatanmu itu, aku menyukainya. Itu enak" senyum Karina membuat senyum Winter refleks ikut terukir.

'Senyumnya membuatku meleleh'

"Unnie"

"Em?"

"Aku tidak tahu kalau Unnie sedang menyukai seseorang, aku sama sekali tidak menyadarinya"

"Ne?"

"Padahal aku selalu memperhatikan Unnie"

"Seperti apa dia? Apa dia baik? Pintar memasak? Pasti dia sangat tampan" Winter mengatakan itu dengan menunduk, ia tak berani menatap Karina karena itu membuatnya ingin menangis. Sejujurnya Winter tak ingin menanyakannya, itu hanya membuat perasaannya sakit saja. tapi ia juga tak bisa menolak bahwa dirinyapun penasaran seperti apa sosok yang Karina sukai itu.

"Winter?" bingung Karina karena tiba-tiba Winter mengatakan itu.

"Tapi.." Winter menghentikan ucapannya sejenak.

"Aku pasti.. jauh menyayangi Unnie dibanding dia" Kali ini Winter menatap Karina. raut wajah Karina terlihat terkejut.

"....."

"Ah," Winter tersadar akan apa yang dikatakannya itu.

"Ahahaha tentu saja aku pasti sangat menyayangi Unnie, aku kan adikmu! ahaha"

"Aku jadi penasaran dia seperti apa, lain kali kenalkan padaku Un-" ucapan Winter terhenti ketika Karina memeluknya begitu saja.

"Aku juga menyayangimu, bukankah sejak dulu kita memang seperti itu?"

"Ahaha tentu saja" Winter melepaskan pelukan itu.

"Aku kekamar dulu, ada yang harus aku kerjakan" tanpa menunggu jawaban Winter bergegas masuk kekamarnya dan menyandarkan punggungnya dipintu.

Perlahan ia terduduk dan memeluk lututnya.

"Hiks-"

'Bagaimana ini..'

'Karina Unnie yang sangat aku sayangi dan cintai, sekarang..'

'Bukan lagi milikku'

"Hiks-"

Sepertinya kata Aku mencintaimu itu hanya bisa ia simpan dan kubur dilubuk hatinya yang terdalam.

Winter tenggelamkan wajahnya dan membiarkan dirinya terisak.

***

Kring~!

Dengan malas Karina matikan alarmnya. Ia bangkin duduk dan alisnya naik ketika ia melihat gundukan didalam selimutnya.

"Ya' Winter!" panggilnya sambil mengenyahkan selimutnya, namun Karina sedikit terkejut ketika yang berada disana ternyata anjing mereka.

"Hahh~"

Karina bangkit dan bergegas membersihkan diri. Saat membersihkan diri Karina menoleh kearah pintu yang ternyata tertutup rapat. Ya, taka da gadis mesum yang selalu mengintipnya.

"Hm" Karina terdiam.

Karina telah selesai membersihkan diri dan turun menuju meja makan, dilihatnya sang Winter yang tengah memasak menyiapkan sarapan. Irene sedang berada diluar kota untuk dinas kerjanya dan akan pulang sore ini. Karena itu Winter yang lebih tahu cara memasak mengambil tugas untuk memasak.

"Choeun achim (Selamat pagi)" sapa Winter.

"Mwoya ige (Apa ini)?" kaget Karina melihat sarapan yang tersaji.

"Bukankah ini terlalu banyak?" ada berbagai macam jenis daging dan sayur.

"Ayo makan yang banyak! Tubuh adalah hal terpenting bagi manusia!"

"Bagaimana mungkin sarapan sebanyak ini?" gumam Karina.

'Ya Tuhan makanan berat semua'

"Pokoknya ayo habiskan!" teriak riang Winter yang kembali kedapur. Sejujurnya Winter tidak berniat untuk memasak sebanyak ini. Ia ingin mengalihkan pikirannya dengan memasak. Namun pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Karina yang sekarang menjadi milik orang lain.

"Aniya, mundur, mundur. Aku pasti bisa!" gumam Winter menyemangati dirinya.

'Aku tidak boleh keras kepala lagi. aku sudah memutuskan untuk menyerah. Bagaimanapun ini takkan berhasil. Karina Unnie adalah kakakku, kami keluarga. Meski kami bukan saudara sedarah tapi Karina Unnie pasti takkan menerima ini jika aku mengungkapkannya'

'Aku memutuskan untuk mendukung Karina Unnie"

"Kau pasti bisa Winter"

Winter kembali dan bergabung untuk sarapan bersama.

"Makan yang banyak, habiskan. Kalau tidak itu kegagalan bagiku menjadi seorang adik dan keluarga" ucap Winter.

'Ada apa dengannya? 'pikir Karina yang melihat sikap tak biasa Winter sejak ia bangun.

Haruskah ia senang karena sekarang Winter berhenti menguntil dan mengganggunya? Mungkin semua ini karena kejadian kemarin yang membahas mengenai Kai? Tapi memangnya kenapa?

Sejujurnya saat Karina berkata bahwa ia juga menyayangi Winter semalam, itu adalah kebenaran dan tulus. Ia sangat menyayangi Winter melebihi apapun. Tapi sikap Winter yang selalu mengintilinya hingga sekarang sedikit membuatnya terganggu, terutama ketika Winter mengintipnya mandi. Dulu saat kecil mereka mungkin sering mandi bersama bahkan saling memandikan, tapi sekarang mereka sudah semakin dewasa tentu itu akan memalukan ketika tubuhnya terlihat oleh yang disayangi. Karina juga membutuhkan privasi, terutama untuk perasaannya.

*

Karena Hari ini adalah Weekend, Winter memutuskan untuk membuat rencana untuk Karina bersama Giselle dan Seulgi. Mereka membuat rencana untuk melancarkan hubungan Karina Unnie dan pria itu dengan cara mempertemukan mereka.

"Penampilanmu sedikit berlebihan Winter" Giselle dan Seulgi terkekeh melihat penampilan Winter yang memakai topi, kacamata hitam dan masker. Itu tampak mencolok.

"Aku harus menutupi diriku agar Karina Unnie tidak mengenaliku sedikitpun"

"Ah~ baiklah terserah kau saja" Giselle kembali terkekeh melihat sikap polos dan lucu Winter itu.

"Kalian mengajaknya bertemu di Café ini?" Winter menunjukkan Café diseberang.

"Yap, Kai Oppa berkerja disini dan selesai bekerja dijam 9, Jadi kami mengajaknya bertemu jam 8 malam"

"Kalau begitu tinggal 30 menit lagi"

"Okay ayo masuk" ajak Seulgi, mereka bertigapun masuk dan mengambil meja yang baik untuk penyamaran mereka agar bisa memantau.

Winter lihat jam tangannya yang kini menyisakan waktu 10 menit lagi.

Winter POV

Semakin menyempitnya waktu rasanya semakin menyempitnya juga hatiku, rasanya terasa menyesakkan dan sulit bernafas. Membayangkan mereka bertemu benar-benar membuat hatiku merasa hancur berkeping-keping, lalu bagaimana jika mereka bertemu sungguhan? Apa yang akan hatiku rasakan?

Haruskah aku membatalkan ini?

Aniya!

Aku tidak boleh egois karena perasaanku. Aku harus merelakan, asal Karina Unnie bahagia itu sudah cukup untukku meski kebahagiaannya itu bukan aku.

Ya, setidaknya sebagai seorang adik aku ingin membuatnya bahagia, untuk membalas apa yang dilakukannya saat kecil hingga sekarang. Ya, sejak kecil Karina Unnie selalu membuatku senang dan tak kesepian. Sekarangpun begitu meski aku akui Karina Unnie sedikit jutek sekarang, ya.. aku pasti hanya menganggunya saja.

Bodoh.

"Pria itu, kau lihat?" suara Giselle Unnie menyadarkanku. Ku alihkan pandanganku seperti yang ditunjuknya.

"Itu Kai Oppa"

Kuperhatikan dia dari atas hingga bawah.

"Wah" gumamku. Pria itu memang tampan, tinggi dan tubuhnyapun terlihat bagus. Benar-benar Good Looking.

"Hei Karina datang!" ucap Seulgi Unnie dan kamipun refleks menunduk bersama untuk menutupi diri kami.

Treng~

Suara lonceng pintu terdengar menandakan suara bahwa ada yang masuk.

"O' Karina" sapa Kai.

"Oppa? Kenapa kau.."

"Ah, aku membantu Kakakku. Café ini milik kakakku"

"Ah begitu ya"

Kuperhatikan mereka yang sedang berbincang. Benar, mereka tampak serasi. Membuatku ingin melempar pria itu kesamudra antartika saja, aniya! Apa yang kau bicarakan hey Winter!

Benar-benar waktunya untuk menyerah.

Treng~

"Kai Oppa!" Seorang gadis datang.

"Huff~ aku pikir aku terlambat" lanjut gadis itu berkata.

"Aish apaa-apaan gadis itu!" rutukku dan bangkit menghampiri gadis itu.

Author POV

"Ya'! Winter!" panggil Giselle hendak menahannya namun terlambat, Winter terlanjut pergi.

"Unnie, menyingkirlah jangan ganggu mereka!"

"W-Winter" terkejut Karina akan kehadiran Winter.

'Aku tidak boleh menyerah, ini semua untuk kebahagiaan Karina Unnie!'

"Kalau Unnie mengerti maksudku, lebih baik pergi sekarang" ujar Winter.

Gadis itu dan Kai tampak bingung.

"Siapa kau?" tanya gadis itu.

"Apa Unnie tidak lihat situasinya? Mereka sedang masa pendekatan"

"Apa maksudmu? Aku ini pacarnya"

Dheg-

Winter refleks menatap Giselle dan Seulgi yang juga tampak menganga terkejut.

"Aku rasa ada kesalahpahaman" ucap Kai.

"M-Maafkan aku!!" ucap Winter membungkuk menyesali.

"Aku sungguh tidak tahu, maafkan aku!" ucap Winter sekali lagi dan kembali membungkuk. Karina hanya menunduk memalingkan wajahnya melihat itu.

*

*

"Aku pulang!" sapa Karina.

"Kau sendirian? Dimana Winter?"

"Dia belum pulang?"

"Eomma belum melihatnya sejak tadi, O' tapi sepatunya ada" ucap Irene.

Karina terdiam sejenak.

"Biar aku periksa Eomma"

"Tolong ya"

Karinapun menuju kamar Winter. Karina mengetuk pintu.

"....."

Tok tok

Diketuknya sekali lagi, namun tak ada sahutan dari pemilik kamar. Karina putuskan untuk membuka pintu dan masuk.

"Winter?" Panggilnya karena tak ada siapapun disana. Pandangan Karina kini mengarah pada lemari besar itu. Karina mendekat dan ketika tangannya terulur menyentuh gagang lemari-

"Jangan dibuka! Kalau melanggarnya monster akan keluar dan memakanmu!-hiks" terdengar suara dari dalam lemari itu.

Karina tersenyum ketika mendengar apa yang Winter katakan. Sejenak ia kembali teringat akan masa kecil mereka. Dimana dirinya yang pernah mengatakan itu. Dan Karina masih ingat dengan jelas sejak hari itu Winter mengikutinya, ia akan masuk kedalam lemari jika menangis dan Karina sungguh tak percaya bahwa Winter masih melakukan hal kekanakkan itu.

Bukankah dia benar-benar polos dan menggemaskan?

"Monster ya" Karina mengangguk, namun yang dilakukan Karina selanjutnya ada membuka lemari itu.

Dilihatnya Winter yang duduk didalam sana, memeluk lutut sambil menenggelamkan wajahnya diantara lutut dan lengannya itu.

"Mana monsternya? Mana? Kau bilang kalau aku buka monster akan keluar"

Winter menegakkan wajahnya menatap Karina. Terlihat wajahnya yang penuh dengan air mata.

"Unnie-hiks"

"Maafkan aku, aku.. aku tidak tahu apa-apa mengenai Kai Oppa-hiks, aku tidak tahu kalau dia sudah punya pacar"

"Aku sudah mencampuri urusanmu-hiks. Maafkan aku" sesal Winter dengan deras air mata yang menetes. Ia sungguh menyesali perbuatannya yang bodoh dan tergesa-gesa. Jika saja ia mencari tahu lebih dulu mengenai pria itu mungkin takkan terjadi dan Karinapun takkan dibuat malu olehnya.

"Maaf karena mempermalukanmu Unnie, aku benar-benar adik yang tak berguna!" Karina tersenyum mendengar itu.

"Kau memang bodoh. Dan selalu ceroboh" ucap Karina membuat Winter semakin melengkungkan bibirnya kebawah.

"Tapi kau tidak perlu mengkhawatirkan itu pria itu" Karina mendekat, membiarkan lututnya menyentuh dasar lemari.

"Aku sudah tahu sejak 6 bulan lalu kalau dia sudah punya kekasih"

"Eh?" Tangis Winter seketika berhenti.

"Aku memang pernah berfikir kalau dia menarik, tapi itu hanya selintas. Aku tidak bisa punya perasaan lebih dari itu. Karena dia bukan tipeku juga"

"Bukan.. tipemu?"

"Em, aku suka orang yang lugu, polos dan ceria"

"Yang selalu mengikutiku kemanapun dan bersikap manja padaku hingga tidak tahu waktu dan tempat"

"Eh?" Winter dibuat bingung dengan perkataan Karina itu.

"Mana ada yang seperti itu? Itu bisa dilakukan kalau sudah berhub-" ucapan Winter terhenti ketika ia teringat akan pembicaraannya dengan Ningning.

"Em.. orang yang setiap harinya semakin bersinar, yang selalu bermain denganku, memelukku saat tidur"

"Mana ada yang seperti itu? Semua itu terjadi jika sudah berstatus bodoh"

Dengan mata yang membulat Winter menatap Karina yang tengah tersenyum menatapnya.

'Aniya, itu tidak mungkin. Orang itu bukan aku' ucap Winter dalam hati mengingat bahwa Karina justru lebih sering kesal dan jutek padanya.

"A-aku harap Unnie bisa cepat bertemu dengannya" Winter mengatakan itu sambil menundukkan pandangannya.

Tiba-tiba Karina semakin mendekat, menjadikan sebelah tangannya sebagai menyangga tubuhnya, sedang tangannya yang bebas ia bawa dagu Winter untuk menatapnya.

"Aku sudah bertemu dengannya, setiap hari"

Dheg-


Degdeg


Degdeg


Degdeg

Bisa Winter rasakan jantungnya yang berdegub kencang. Wajah mereka cukup dekat membuat Winter bisa melihat jelas wajah cantik dan mulus Karina.

"Kalau kau merasa tak beguna menjadi adik, kenapa tidak jadi kekasih saja?" ucap Karina membuat Winter semakin membelalak terkejut.

Apa ia tidak salah dengar?

"Ne (Ya)?"

"Aku menyayangimu melebihi apapun, melebihi seorang kakak. Apa kau juga seperti itu?"

Tiba-tiba Winter merasa sulit untuk membuka suaranya. Ia hanya bisa menggangguk pelan dengan hati yang berdebar. Karina tersenyum dan menghapus bekas jejak-jejak air mata Winter lalu mengecup keningnya.

"Ayo keluar" Karina bantu agar Winter keluar dari lemari.

Karina rentangkan tangannya meminta Winter masuk kedalam pelukannya. Dengan senyum merekah Winter berlari kedalam pelukan Karina dan memeluknya erat. Ia sungguh tidak percaya ini. Rasa semua ini seperti mimpi sementara saja.

"Aku ingin tidur bersama Unnie" ucap Winter membuat Karina refleks melepaskan pelukannya dan menatap Winter dengan terkejut.

***

Karina telah selesai mencuci piring-piring kotor bekas makan malam mereka. Karinapun menuju kamarnya, dan ketika ia masuk dilihatnya Winter yang sedang duduk diranjangnya sambil memainkan smartphonenya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Tentu saja untuk tidur"

"Ne?" kaget Karina.

"Sudah kubilang tidak. Pergi kekamarmu sekarang" usir Karina.

"Sirheo (Tidak mau)"

"Ya' kita tidak boleh tidur bersama" ucapan Karina itu membuat Winter berhenti bermain gamenya dan menatap Karina bingung.

"Waeyo (Kenapa)? Kenapa tidak boleh?" bingung Winter.

"Heol. Pokoknya tidak boleh, cepat keluar" tampaknya Winter benar-benar polos. Tentu saja mereka tidak bisa tidur bersama karena mereka punya perasaan satu sama lain, dan karena mereka sepasang kekasih.

"Kenapa tidak boleh? Aku tidak mengerti kenapa Unnie selalu melarangku menginap padahal dulu aku sering menginap dan tidur bersama"

"Tentu saja itu berbeda, kita sudah dewasa dan punya perasaan"

"Memangnya kenapa kalau sudah dewasa dan punya perasaan? Kita kan hanya tidur seperti biaanya"

"Kau tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?"

"Memangnya Unnie mau melakukan apa?"

Glek-

Karina dibuat tak bisa menjawab lagi. Ia tidak tahu lagi harus menjelaskannya seperti apa. Sepertinya Winter memang anak yang benar-benar lugu dan polos.

"Tentu saja, dia belum pernah berpacaran" gumam Karina.

"Geurae (Baik), kau boleh tidur disini"

"Yeay!" girang Winter dan kembali pada gamesnya. Karina baringkan dirinya disamping Winter. Ia menoleh kearah Winter yang tampak sedang fokus.

"Andwae- ya'! kenapa darahnya tidak berkurang" rutuk Winter membuat Karina tertawa kecil.

"Lihat saja kau, akan kubalas nanti" terlihat api membara dimata Winter.

"Game online?" tanya Karina sambil bangkit untuk melihat apa yang dilakukan Winter.

"Em" jawab Winter singkat karena ia sedang fokus. Karina diam menonton.

"Kemari kau-kemari kau, kena kau, mati, mati mati mati!"

"Yey!!" refleks Winter dan Karina berteriak karena Winter berhasil membunuh lawan. Karina dan Winter tertawa bersama.

"Cukup seru juga"

"Cobalah bermain juga Unnie. Kita bisa bermain bersama nanti" ucap Winter tanpa mengalihkan kefokusannya.

"Geurae (Baik)" Tiba-tiba pandangan Karina kini beralih menatap leher jenjang Winter yang terekspos.

'Putih dan mulus'

Karina tersadar dan segera menggelengkan kepalanya dan kembali menonton. Namun Karina tak bisa fokus menonton, ia lirik Winter. Bisa ia lihat dengan jelas wajah Winter dari dekat sini. Winter memiliki kulit yang sangat putih, Bulu mata yang panjang, dan hidung yang mancung. Pandangan Karina kini berhenti dibibir Winter.

Glek-

Karina menelan air liurnya sendiri.

"A-aku tidur duluan" ujar Karina membaringkan diri memunggungi Winter.

Inilah mengapa ia tak pernah mengijinkan Winter menginap. Siapa yang tidak ingin melakukan sesuatu jika sedang bersama dengan orang yang dicintai? Teruma ketika hanya berdua saja didalam kamar, tentu setidaknya ia ingin menyicipi bibir itu.

"Sadarlah" gumam Karina pada dirinya sendiri.

"Kau bilang apa Unnie?"

"Ne? aniya (Tidak), amugeotdo (Tidak ada)"

Karina coba pejamkan matanya mencoba tidur. Lima menit kemudian Winter telah menyelesaikan gamesnya, ia simpan smartphonenya dan membaringkan diri menghadap Karina.

"Unnie jam (Tidur)?"

"....."

Winter menuliskan sesuatu dipunggung Karina. Dengan mata masih terpejam Karina membaca apa yang Winter tulis.

'Sa..'

'Ra..'

'Ng..'

'Hae'

Karina tersenyum.

"Nado" jawab Karina yang membuat Winter terkejut.

"Gabjagiya, aku pikir Unnie sudah tidur"

"Kau membangunkanku bodoh" bohong Karina.

"Baguslah, aku memang ingin membangunkan Unnie"

"Cepat tidur, kau tidak lihat ini sudah jam berapa?"

"Sebenarnya akhir-akhir ini aku sedikit sulit tidur. Karena itu aku selalu bermain game dan terkadang menonton untuk mengundang kantukku"

Karina berbalik menghadap Winter.

"Wae (Kenapa)? Apa ada sesuatu yang sedang pikirkan? Sesuatu mengganggumu?"

Winter menggeleng pelan.

"Aku tidak tahu, mungkin aku sedang merindukan masa-masa itu"

"Masa itu?" bingung Karina.

"Malam dimana Unnie tidur sambil memelukku. Unnie selalu melakukan itu setiap malam"

Karina sedikit terkejut.

"Aku merindukan masa itu. bisakah Unnie melakukannya malam ini? Aku pikir aku bisa tidur dengan nyenyak jika Unnie melakukannya" cemberut Winter.

"......" Karina terdiam.

"Aku anggap Unnie mengiyakannya" Winter mendekat dan memeluk Karina.

"Hangatnya. Aku merindukannya" senyum Winter sambil memejamkan matanya.

Degdeg

Degdeg

Degdeg

Bisa Karina rasakan jantungnya yang berdetak kencang, hatinya benar-benar berdebar hingga membuatnya membatu. Refleks Karina sedikit menaikkan kepalanya ketika Winter semakin mendesak mendekat.

Karina rasa mala mini akan menjadi malam yang sangat Panjang baginya.

'O my god'

.

.

.

To Be Continue.

Annyeong ma Lelo! yang kangen cerita2 author yok merapat! 😆

Tebak deh hari ini hari apa? wkwk

Jadi hari ini tuh hari special Author, alias hari lahirnya Author kedunia ini guys. Yaelah menua deh gue wkwk.

Karena hari ini adalah hari special buat Author jadi Author comeback gandeng 3 FF sekaligus, alias 1 kapal 1 ff wkwk. TaeNy dengan Twoshoot 'Secret Teacher', JenSoo dengan Twoshoot 'JENNIE', dan terakhir WinRina dengan 'I Want You'. Karena semuanya Twoshoot pastinya chapter endingnya bakal di up minggu depan. Mudah-mudahan sih semuanya beres jadi bisa Up sekaligus kaya sekarang. Jadi berdoalah ma Lelo semoga guenya bisa selesein semua dengan cepet 😂 wkwk.

So, gimana cerita WinRina yang ini? menarikkah? ayo-ayo kash tau pendapat kalian tentang ff ini! jangan lupa kasih dukungannya dengan vote dan comment. Typo everywhere karena memang bukan ahli dibidangnya jadi mohon dimaklumi 🙃.

okay, so.. see u next time!

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

15.5K 1.5K 27
it's a love story between Seulgi Kang and Irene Bae, so baby just say "yes" WARN! gxg toprene G!P Irene highest rank so far: #01 bae #02 kang #12 gir...
9.6K 188 21
"Who are you?" He asked, tipping his head. "Bakugo Y/n. Shinsou's your name, right? Aizawa's talked about you sometimes." She said tiredly, cross leg...
590K 21.4K 96
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...
154K 3.7K 27
Mikami Satoru was an ordinary 43 years old contracter but he died when saving his kohai from certain death by a criminal who was running with a knife...