Trap The Senator

By Ladybozhan

24.1K 2.7K 206

Xiao Zhan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen saat krisis kepercayaan melanda Dernia. Untuk mendapat d... More

PROLOG
Bab 1
Kesepakatan
Zhan
Sweet
Tua
Pesta
Hadiah
Pertanyaan Rumit
Planning
Negosiasi
Hot Zhan
Seduce
Blowjob
death
Kampanye
Sialan
Haipan
Adu Pedang
Negosiasi
Pertemuan
Pesan yang Tertukar
Pembalasan

Keras

969 113 6
By Ladybozhan

Matahari mulai beringsut pergi, malu-malu melambaikan tangan pada bumi. Tubuh tua terbaring di sebuah ranjang dekat jendela. Matanya melihat ke luar, pada barisan awan yang mulai beriringan, mengucapkan selamat tinggal pada sang surya.

Seorang pemuda bersurai hitam, mengikuti arah pandang mata tua yang mulai dipenuhi kerutan. Ia menggenggam tangan yang mulai kehilangan urat kekarnya.

"Kakek, aku akan kembali lagi besok. Malam ini aku akan melakukan hal yang sangat penting. Restui aku!"

Pria tua menoleh, tatapannya tak seganas dulu. Mata itu menyimpan banyak luka. Ia tidak mengangguk, juga tidak menggeleng. Tangannya yang mulai lemah, mengusap kepala cucunya.

"Jangan bertindak karena emosi apalagi di bawah intimidasi. Ingat, pencapaian dan dendam itu berbeda. Satunya waras, satunya gila. Aku ingin melihatmu mengejar impianmu, bukan keinginanmu." Sang kakek tersenyum getir. Sisa-sisa kebijakannya mengalir dari ucapannya.

Pemuda itu terdiam sebentar, menatap lantai yang sudah retak di beberapa bagian.

"Aku lupa jika punya impian. Aku hanya ingin kakek melihat bagaimana mereka hancur."

Pemuda bekulit tan, meletakkan kembali tangan tua itu di kepalanya. Seakan itu adalah sumpahnya. Ia bergegas pergi, sebelum hatinya melemah, lalu menyerah. Di dalam ruangan, si kakek bergumam pada dirinya sendiri.

"Dasar, keras kepala!"

.
.

Xiao Zhan pernah mendengar kisah threemusketeer yang dulu sering kakeknya ceritakan. Xiao Zhan mengetahui pula, jika di dunia nyata cerita itu memiliki duplikatnya.

Xiao Zhan bisa melihat itu dari mata sang ayah. Selalu ada harapan di mata tua itu, juga penyesalan yang Xiao Zhan tidak pahami penyebabnya. Hanya saja Zhan selalu mengingat, saat ia akan dilantik menjadi pengurus partai waktu itu.

Jika memilih sesuatu, lakukan seolah itu hidupmu. Jika tidak, maka jangan sekali-kali mencobanya.

Xiao Zhan membuka lemari pakaiannya, ia bersiap untuk menemui Yibo malam ini. Dengan sangat kurang ajarnya, Yibo meminta Zhan bertemu dengannya di klub malam yang sangat terkenal di Dernia.

Xiao Zhan benar-benar ingin mencekik Yibo jika nanti mereka bertemu.

Di bawah tumpukan pakaian yang tersusun rapi. Terdapat sebuah amplop warna peach yang usianya mungkin hampir sewindu. Di dalam amplop itu, sebuah gambar seseorang dengan seragam olahraga. Celana pendek yang membuat pahanya terlihat. Memegang basket dengan sangat kerennya.

Xiao Zhan tersenyum melihat gambar itu. Tapi senyumnya langsung menciut saat mengingat semua. Ia buru-buru menyelipkan kembali amplop misterius itu ke bawah tumpukan pakaiannya.

Ia sendiri berjalan ke ruang ganti khusus, yang berisikan pakaian mahal dari produsen terkenal. Xiao Zhan sangat menyukai merk pakaian chanel yang klasik. Itu membuat tampilannya terlihat elegan. Tapi malam ini ia akan menggunakan sesuatu yang berbeda.

Ia tidak ingin seorang pun mengenalinya sebagai calon wali kota dari partai besar di Dernia. Ia harap, jangankan bartender, Yibo pun akan ia buat pangling dengan penampilannya kali ini.

.
.

Yibo mengira dengan bakatnya sebagai wartawan yang punya naluri tajam. Xiao Zhan akan datang bersama para pengawalnya, memakai pakaian formal dan menutup wajahnya menggunakan masker medis berikut kacamata putih selayaknya milik seorang profesor.

Yibo datang lebih awal, ia tak ingin Zhan yang menunggunya seperti tadi pagi. Ia juga bisa menikmati musik lebih lama, juga menikmati goyangan dua wanita yang menari tak jauh dari tempatnya.

Yibo menyesap rokoknya, dengan kedua netra yang tak lepas dari lantai dansa yang dipenuhi orang-orang dengan gerak tubuh mengikuti irama. Sesekali ia akan melirik ke arah pintu, menunggu kedatangan tamu spesialnya malam ini.

Yibo melirik jam tangan sport-nya, waktu berlalu dengan cepat. Ini sudah lebih 10 menit dari waktu yang ditentukan. Seseorang berpakaian formal bersama dua pengawal, sudah melewatinya sejak tadi. Yibo berpikir mungkin Zhan sengaja membatalkan janji.

Yibo mengeluarkan ponselnya, ia dengan tergesa mencari nomor Zhan di daftar kontaknya. Ia tentu tak ingin menjadi orang bodoh, yang menunggu ketidakpastian sepanjang malam.

Yibo memanggil nomor Zhan, tangannya mengetuk-ngetuk meja bartender tak sabar. Saat sambungan telepon diangkat, Yibo justru terbelalak.

"Mencariku?" Suaranya terdengar begitu dekat, Yibo berbalik dari kursinya. Tepat di kursi belakang, seseorang berpakaian sedikit terbuka, dan wajah yang ditutupi topi berjaring, pierce yang menghiasi hidung. Membuat Yibo mundur dan hampir melompat saking terkejutnya.

"Xiao Zhan?" Yibo goyah, hanya dengan melihat wajah lain dari seorang anggota partai. Yibo tak bisa mengendalikan keterkejutannya, juga rasa gugupnya.

"Apa benar itu kau Xiao Zhan? Atau kembarannya?" Yibo menggeser kursinya, menjauh satu langkah. Waspada.

Pria yang mengaku Zhan berpenampilan sedikit binal, tertawa dengan satu sudut mata yang memicing ke arah Yibo.

"Ayo, tunjukkan di mana tempat pertemuan kita. Aku tak ingin siapapun mengenaliku sebagai politikus di tempat ini." Tak menghiraukan mulut Yibo yang masih tak terkatup rapat, Zhan menyeret lengan Yibo masuk ke dalam.

Yibo hanya mengarahkan Zhan melewati koridor ruangan vip. Ia masih merasa sedikit ling lung dengan penampilan Zhan yang membuat hatinya bingung.

.
.

Suara hingar bingar musik yang keras teredam, di sebuah ruang 3x3 meter. Cahaya lampu warna jingga menyorot seorang lelaki yang duduk mengangkang dengan gelas dan rokok di kedua tangannya.

Ia memusatkan pandangannya pada pintu masuk, menunggu seseorang yang sangat ia inginkan keberadaannya.

Tangannya menuangkan minuman di gelas yang lain, tanpa melepaskan rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Sepertinya ia sudah ahli dalam melakukan itu semua.

Knop pintu dibuka perlahan, pemuda itu mengubah posisi duduknya. Menekan rokoknya ke asbak agar nyalanya padam. Ia merapikan beberapa helai rambut yang jatuh ke dahinya.

Seorang pria dengan setelan formal, berdiri di balik pintu, bersama dua pria berbadan kekar yang mengikutinya di belakang.

"Kim Taehyung?" tanya pria berdasi yang membawa tas jinjing.

"Silakan duduk!" Pemuda tadi mengangguk, bersama senyuman tak tulus yang ia pancarkan.

"Baik. Langsung saja ke intinya!"

Pria berdasi, langsung menodongkan tas jinjing ke hadapan Taehyung yang masih tak mengerti.

.
.

"Kau bisa mendengar percakapan mereka?" Yibo menggeser duduknya, mendekat ke arah Zhan.

Suara musik dari luar ruangan yang ditempati Yibo dan Zhan tak terdengar. Tapi suara di ruangan sebelah mereka, bisa dengan jelas mereka simak.

Wang Yibo dengan liciknya memasang kamera tersembunyi yang ia letakkan, di salah satu botol vodka yang berada di atas meja.

Taehyung dengan santai menjawab semua pertanyaan juru bicara wali kota. Tak nampak sama sekali raut ketakutan di wajahnya, seolah ini bukanlah hal yang baru baginya.

Yibo mencuri kesempatannya malam ini, ia membetulkan letak earphone di telinga Zhan menggunakan dua jarinya. Kulit telinga yang halus, membuat jari Yibo tergelincir, hingga melesat turun ke bagian leher.

Xiao Zhan menoleh dengan cepat, menatap Yibo dengan raut muka masam.

"Jangan menatapku seperti itu. Seolah aku sudah mencabulimu!!" Yibo mengerutkan dahinya.

"Diam! Jangan banyak bicara, aku ingin fokus mendengar pembicaraan mereka!"

"Tentu!"

Yibo bergeser menjauh, melepaskan earphone yang melekat di telinganya. Suhu ruangan terasa dingin, ac menyala terlalu tinggi volumenya.

Sepuntung rokok ia selipkan di antara jemarinya, menyalakannya dengan pemantik yang ia selalu bawa kemana-mana. Sementara tangan kirinya sibuk memasukkan gabus rokok ke dalam mulut. Tangan kanan Yibo menuang vodka ke dalam gelas.

Ia butuh kehangatan. Lebih  dari sekadar kepulan asap rokok dan vodka. Kehangatan sesungguhnya yang berada tak jauh darinya.

"Jangan lupakan kesepakatan kita di awal. Satu info yang kuberikan, ditukar dengan satu desahan sepanjang malam."

Xiao Zhan tak menoleh, pura-pura tuli dari ucapan Yibo yang mencemari otaknya. Dalam hati ia telah memiliki rencana, merebut informasi tanpa harus memuaskan birahi.

Rencana apakah itu?









Tbc








Uhuy negosiasinya mantap!!!

Continue Reading

You'll Also Like

101K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
462K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
460K 4.8K 85
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote