Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!
Happy Reading!!
••••
Suasana di rumah ini terasa panas, Amel rasa keluh untuk berbicara. Dia hanya bisa diam, dan mendengarkan amarah-amarah yang dilontarkan setiap orang kepadanya.
Sedangkan Umi dan Abi Saddam tidak bisa membantu, mereka tidak tau kronologis cerita yang sebenarnya. Bahkan Saddam tidak tau betul kejadian sebenarnya seperti apa.
Saddam menarik nafas panjang, dia merasa iba dengan Amel, "Sebaiknya kita denger penjelasan dari Amel dulu," ... "Mel jelasin,"
"Tapi-"
"Kamu gak mau kan masalah ini berlarut-larut," mendengar itu, Amel berpikir akan menceritakan semua kronologis kejadian malam itu. Saat bercerita, semua di mendengar, tidak ada yang mencela.
"Hekm, paling ini karangan dari cerita dia. Tidak mungkin ada laki-laki melecehkan gadis yang baru saja ditemui," ujar Arman.
"Abi, udah. Jangan su'uzon," bisik Arumi disampingnya.
"Jadi, kalian membatalkan perjodohan ini?"
"Iya Pak," sahut Saddam.
"Suut, Saddam," bisik Uminya.
"Dengan berat hati, saya ucapkan iya Pak Arman. Dengan segenap hati, keluarga kami mohon maaf,"
Arman berdiri, tangannya terkepal, "Arumi ambil barang-barang kamu jangan ngajar di sini lagi," titah Arman penuh amarah.
"Arumi masih mau di sini Bi,"
"Arumi!"
"Umi, Rumi masih mau di sini,"
"Ambil barang-barang kamu sayang,"
"Mi-" Arumi melirik Umi Bilqis, dia menganggukan kepalanya.
"Baiklah," gumam Arumi.
"Permisi," cicit Arman keluar dari rumah keluarga Ndalem itu, diikuti Aisyah dibelakangnya.
"Nak, Umi mau tanya," ujar Umi Bilqis lembut.
"Tanya apa Bu,"
"Sebelum itu panggil Umi saja,"
"Iya U-umi,"
"Kamu orang mana? Keluarga kamu tinggal di mana?"
"Aku dari Bandung Umi, aku ke sini mau ke rumah kerabat," ucapnya menundukkan kepala.
"Mi, Saddam pamit pergi dulu yah,"
"Tunggu, Abi mau bicara sama kamu Dam. Tapi tidak di sini,"
"Mm, iya Bi. Mi, Mel pamit yah," dua wanita itu hanya mengangguk kecil.
Dirasa suami dan putranya menjauh Umi Bilqis melanjutkan ucapannya, "Nanti kita ke rumah kerabat kamu, kita bakalan bicarakan tentang pernikahan ini,"
"Umi,"
"Kenapa sayang?"
"Sebaiknya pernikahan ini jangan dilangsungkan,"
"Kenapa? Ini semua mungkin jalan terbaik dari Allah sayang,"
"Tapi Mi-"
"Sudah, sebaiknya kamu istirahat,"
"Aku bantu Umi saja," sahutnya cepat.
"Sudah, istirahat saja. Kamu pasti capek,"
"Emm, iya Umi,"
•••
Semua santri sudah memasuki kelas, mereka sudah siap untuk melanjutkan pelajaran hari ini. Seperti biasa, sebelum ada guru atau ustadzah yang masuk, pasti setiap siswa akan berceloteh terlebih dahulu. Begitu pula dengan santri di sini.
"Ehh, denger-denger Gus Saddam gak jadi nikah sama Ustadzah Arumi," ujar santri wati yang baru datang. Dia adalah sosok santri yang gemar membawa berita.
"Ahh iya, ana juga denger. Emang bener yah?"
"Katanya si iya, soalnya malam kemarin Gus Saddam bonceng cewek, ceweknya nangis-nangis lagi,"
"Atau jangan-jangan--"
"Hekm, gibah orang terus," dehem Athira berjalan ke meja yang biasa ditempatinya. Di belakangnya ada Kia dan Anggi, sedangkan di sampingnya ada Dira.
"Iya tuh, padahal kan dosa gibah gede kan yh, neraka jaminannya," timpal Dira.
"Buset, diem kalian. Sok suci,"
Athira diam, dia berusaha mengontrol emosinya. Dia menarik nafas dalam, "Dari pada situ, udah tau berlumuran dosa, masih aja bikin dosa malu sahabat,"
"Ehh, berani yah. Anak baru juga," ujar santri itu menghampiri Athira. Tangan kanannya melayang menuju pipi Athira.
"BERHENTI!"
Santri itu melirik ke sumber suara, "Gus Saddam," cicitnya.
"Di sini tidak diajarkan kekerasan kan,"
"Maaf Gus," ujarnya tertunduk.
"Kalian berdua ikut saya,"
Setibanya disebuah ruangan, mereka diintrogasi oleh Saddam. "Ada masalah apa?"
"Dia duluan Gus," sahut santri tadi.
"Enggak kok, dia duluan Gus," bantah Athira.
"Coba jelaskan kronologi kejadian,"
"Jadi-"
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang memasuki ruangan.
"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh," kompak mereka yang berada diruanagn itu.
"Ada apa ini Gus?" tanya seseorang itu.
"Ini Ustadz ada santri yang bermasalah, Ustadz Yusuf baru datang?"
"Iya Gus, ini mau ambil barang di meja saya,"
"Ohh, iya. Silahkan Ustadz,"
"Sekarang jelaskan,"
Setelah beberapa menit menghabiskan waktu u tuk bercerita, mereka tidak diberi hukuman hanya diberi beberapa wejangan.
"Apa yang dibilang Athira itu benar, kita tidak boleh gibah. Tapi caranya salah,"
"Dan kamu, kan kamu santri lama. Pasti tau hukumnya gibah itu gimana. Lalu kenapa masih dilakuin, saya bilang gini bukan karena kamu gibahin saya, tapi memang benar. Gibah itu tidak boleh, Nauzubillah,"
"Iya Gus maaf," santri itu tertunduk dalam.
"Ini gegara santri baru ini dah, dapet masalah kan ana,"
"Sudah kalian kembali ke kelas,"
"Iya Gus,"
"Eh, tunggu,"
"Kenapa Gus?" tanya santri itu, sedangkan Athira hanya menghadap ke arahnya. Dia lebih memilih menikmati pemandangan gratis.
"Kalian nanti jadi panitia dipernikahan saya,"
"Tapi Gus,"
"Tidak ada tapi-tapian, sudah kembali ke kelas,"
Santri itu langsung pergi, dia terlihat kesal. Sedangkan Athira masih di posisi yang sama. Menatap Gus Saddam.
"Kamu kenapa masih di sini? Astagfirullahulazim, Athira! Saya lapor ke Abang mu yah,"
"Ehh, Astagfirullahulazim. Maaf Gus, aku permisi, maaf sekli lagi," Saddam hanya bisa menggelengkan kepala.
•••
"Gue gak habis pikir yah Kay, tingkah bejat lo selama ini,"
"An-"
"Udah, bukti yang dikasij Irgi udah jelas. Sekarang Athira hilang, dan tingkah lo gini. Kalo Athira sampai tau tingkah loh gini, apa kata dia,"
"Plis, maafin gue," ujar Kayla menangis, tangannya tertangkup di depan dada, meminta maaf.
"Enggak, pergi lo. Gue mau sekolah," usir Ani.
"An! Ani!"
"Awas! Irgi udah nunggu,"
"Ayo Gi," ucap Ani menaiki motor Irgi.
"Pasang helm dulu,"
"Pasengin,"
"Manja,"
"DIEM LO!"
"Buset, kalem,"
"Dahhh Kayla!" ucap Irgi tersenyum miring.
Kayla menghapus air matanya, dia tersenyum. "Lihat aja nanti,"
"Gi, Athira udah pulang?"
"HAH?"
"ATHIRA UDAH PULANG!!??"
"HAH? APAA!?"
"DAH LAH BUDEG,"
"GUE GAK BUDEG,"
"BACOT LU!"
•••
"Perhatian untuk semua santri diharapakan kumpul di lapangan!" terdengar ada suara laki-laki dari pengeras suara untuk menyuruh semua santri berkumpul.
Di lapangan setiap santri telah berkumpul, di barisan kanan laki-laki dan barisan kiri perempuan. Di tengah-tengah ada jarak yang membatasi keduanya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Ustadz Yusuf di atas mimbar.
"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh," kompak semua santri.
"Maaf sebelumnya mengganggu aktivitas kalian, tapi hari ini dan beberapa hari kedepan kita stop dulu aktivitas belajar mengajar, karena apa? Karena saya baru dapat kabar dari Umi dan Kiyai kalau putra sulung mereka akan menikah lusa nanti,"
"Nahh, loh Gus-nya hampir sold out nih. Jadi kesempatan santri wati-nya udah hilang, tali Ning-nya belum dipinang tuh,"
Sarah hanya tertunduk malu, mengapa Ustadz Yusuf sangat gemar menggoda-nya. "Udah berumur, genit lagi. Om-om pedofil," batin Sarah.
"Jadi sekarang tidak belajar nih Ustadz?" tanya santri dibarisan laki-laki.
"Iya, kita mulai hari ini mempersiapkan acara pernikahan Gus Saddam,"
"Yehhhh!! Gak belajar, lumayan lah,"
"Yess!"
"Alhamdulillah,"
Begitulah sorak dari berbagai macam santri Kun Anta itu.
"Sekarang bubar, ganti pakaian," titsh Ustadz Yusuf.
"Iya Ustadz,"
•••
Semua santri terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ada yang mengelap kaca, ada yang mencari model undangan, ada yang membuat dekorasi dan masih banyak lagi.
Sedangkan Athira hanya bisa menonton, dia duduk meratapi nasibnya. "Niat ke sini mau ngejar Gus doi, eh malah dibikin terkejut doi nya mau nikah,"
"Jangan ngomong sendiri nanti ada setan masuk,"
"Astagfirullahulazim, Gus ngagetin,"
"Lagian. Sudah kamu kan panitia inti. Seharusnya kamu ikut serta,"
"Gus si, malah nikah, kan aku jadi galau," ceplos Athira. Matanya membola, tangannya terulur untuk menutupi mulutnya.
"Maksudnya?"
"Ehh, enggak Gus. Permisi,"
"Maafkan saya Athira,"
"Iya dimaafin, kan mau nikah," cicit Erga yang baru saja datang.
"Selamat yah Gus Saddam,"
"Apa sih,"
"Ente liat Athira?"
"Baru aja pergi,"
"Yaudah, ane permisi,"
•••
"Athira!!"
"Kenapa?"
"Mami tadi telpon gue, dia nangis-nangis bilang kalau lo kabur,"
"Terus lo bilang gue di sini?"
"Enggak lah, udah janji gue,"
"Bagus,"
"Jadi lo gak mau pulang?"
"Enggak, masa gue gak dibolehin pakaian kek gini,"
Erga menghela nafas, "Lo pakaian kek gini dari hati atau ada paksaan atau ada apa gitu,"
"Umm, diem deh lo Bang males gue. Sejak kapan lo cerewet gini," ... "Lagian sono, ntar ada yang li-"
"Kalian berdua kenapa di sini berduaan?" tanya Ustadz Yusuf.
"Jangan bilang kalian-" Ustad Yusuf menaikkan alisnya.
"Ikut saya!"
••••
Hallo semua ...
Apa kabar?
See next part 👋
Vote, komen, share yah!!
Lov you 100000 dirham ❤️