Trap The Senator

By Ladybozhan

24.1K 2.7K 206

Xiao Zhan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen saat krisis kepercayaan melanda Dernia. Untuk mendapat d... More

PROLOG
Bab 1
Kesepakatan
Zhan
Sweet
Tua
Pesta
Hadiah
Pertanyaan Rumit
Planning
Negosiasi
Keras
Seduce
Blowjob
death
Kampanye
Sialan
Haipan
Adu Pedang
Negosiasi
Pertemuan
Pesan yang Tertukar
Pembalasan

Hot Zhan

1.1K 108 1
By Ladybozhan

Pintu kamar ayahnya tidak terkunci. Setelah bertanya pada pelayan, apakah ayahnya makan tadi pagi dan meminum obatnya. Xiao Zhan ingin melihat sendiri keadaan ayahnya. Usia beliau yang sudah berada di angka 5. Mulai lemah, karena penyakit darah tinggi yang ia derita. Sedikit saja masalah yang ia dengar, membuatnya berpikir keras dan berakhir dengan tensi darahnya yang meningkat.

Pagi tadi, Zhan memang curiga, tiba-tiba ayahnya tidak turun untuk sarapan. Jadi, sebelum Zhan berangkat untuk menemui Yibo. Ia menelpon dokter keluarga, untuk memeriksa kondisi ayahnya.

Xiao Zhan mendorong daun pintu dengan sangat hati-hati agar tak membuat suara. Ia tak ingin mengganggu waktu istirahat ayahnya.

Di ranjang yang tidak terlalu besar, sprei putih dan bantal dengan warna yang sama. Seorang pria setengah baya, berbaring dengan posisi miring, membelakangi Zhan.

Ia berjalan cukup pelan, mendekati ayahnya yang sedang tertidur. Dengan gerakan halus, Xiao Zhan duduk di pinggir ranjang, tangannya mengelus pundak orang terkasihnya.

"Apa kau sudah dengar berita itu?" Tuan Xiao tiba-tiba bersuara.

Xiao Zhan terdiam, masih terkejut dan berusaha mengumpulkan kata yang tepat agar ucapannya tidak membuat beban bagi ayahnya.

"Aku sedang mencari informasi yang valid. Kita tidak bisa percaya pada rumor begitu saja, mungkin itu hanyalah perangkap yang dipasang, sebelum pemilu dilangsungkan."

Tuan Xiao berbalik perlahan, tubuhnya menghadap Zhan. Ia terlihat kacau, matanya memadang putera semata wayangnya penuh harap.

"Lakukan yang terbaik untuk partai kita. Jangan sampai nama baik yang kakekmu bangun dengan susah payah hancur hanya karena fitnah."

Tangan tuan Xiao yang mulai menampakkan tanda penuaan, memegang punggung tangan Zhan. Tangan itu terasa dingin, tapi wajah tuan Xiao terlihat berkeringat.

Itu adalah reaksi yang dialami tuan Xiao setiap kali memikirkan sesuatu atau mendengar sesuatu yang mengguncang jiwanya. Zhan tahu ayahnya tidak baik-baik saja. Ia harus mengambil langkah berani untuk menyelamatkan nama baik partainya, terutama nama baik keluarganya.

.
.

Barisan pemuda yang membara di jalanan kota Deria. Mulai mengurangi amunisinya. Jam menunjukkan pukul 10.30 siang, panas matahari semakin membakar. Aspal yang dilapis timah, memanas di bawah kaki mereka.

Seorang pemuda yang memegang pengeras suara, turun dari kap mobil yang menjadi tempatnya berdiri dan memaki-maki ketidak adilan.

Ia meberi isyarat bagi anggotanya untuk beristirahat. Air mineral kemasan, dan nasi bungkusan yang dibawa bersama mereka di dalam mobil bak terbuka, diturunkan.

Salah satu dari mereka, yang berstatus sebagai wakil dari pemimpin tadi. Mengarahkan anggotanya untuk tertib saat menerima makanan.

Taehyung sebagai pemimpin yang sejak tadi berteriak paling nyaring, mulai lelah. Ia duduk di bawah pohon di halaman kantor kepala daerah, dengan sebotol air mineral di tangannya.

Taehyung meletakkan pengeras suara yang ia pegang, di atas kap mobil yang membawa mereka. Ia ingin duduk sejenak dan memeriksa sesuatu. Juga mengabarkan pada kekasihnya. Bahwa ia baik-baik saja.

--Hari ini berjalan lancar, juru bicara wali kota meminta bertemu perwakilan mahasiswa nanti malam.

Dikirim ke nomor tanpa nama, tanpa foto profil dan langsung dihapus begitu ada tanda centang dua.

--Sore ini aku free, kapan pemotretanmu selesai? Aku sudah merindukanmu.

Dikirimkan ke nomor My Jeonie dengan dua emoticon love warna ungu.

Kim Taehyung menyelonjorkan kakinya yang terasa pegal. Ia membuka tutup aqua dan meneguk isi di dalamnya hingga tinggal separuh.

Bungkusan makanan juga ia dapatkan, berada tak jauh darinya. Dalam kardus putih, lengkap dengan sendok dan buah pencuci mulut. Satu buah pisang dan 5 butir anggur merah.

Pelit sekali. Gumam Taehyung yang dengan cepat menghabiskan nasi, berikut lauk yang menurut Taehyung ukurannya terlalu kecil untuk perutnya yang sedang kelaparan.

Taehyung menghentikan suapan terakhirnya, saat pesan balasan ia dapat dari kekasihnya Jeon Jungkook.

--pemotretan dan syuting hingga jam 5 sore. Bagaimana jika kita bertemu malam hari saja? Aku juga merindukanmu.

Hum, jadi waktu yang begitu panjang semalam, tidak cukup menekan rindu mereka berdua?

Jari Taehyung yang masih dipenuhi bumbu merah, ingin segera membalas pesan kekasihnya. Mengabaikan casing ponselnya yang mulai dinodai bumbu ayam bakar taliwang. Belum selesai jari-jari itu mengetikkan sesuatu. Pesan balasan dari nomor misterius diterima Taehyung.

--Berhati-hatilah, aku akan mengawasimu dan mengirim seseorang untuk menjagamu. Jangan sampai gagal memeras mereka.

Taehyung bimbang, dua hal yang merupakan tujuan hidupnya, memberinya pilihan yang penting malam ini. Bisakah ia memilih dengan bijaksana?

.
.

Setiap menapaki tangga, kaki Zhan terasa berat. Ia menghitung sisa anak tangga yang akan ia pijaki untuk sampai ke bawah. Meninggalkan ayahnya untuk sementara waktu. Sedangkan Zhan sendiri, akan menyelesaikan apa yang telah dimulai oleh pamannya. Mencari kebenaran dan sebisa mungkin untuk meredam kabar agar tak meluas, jika sewaktu-waktu pamannya terbukti bersalah.

Ia sudah cukup dewasa untuk memutuskan sesuatu. Pengalaman hidup mengajarkannya, bahwa tidak ada tempat yang lebih kejam dari pada dunia politik.

Malam ini, demi sebuah nama yang sudah berkibar lama. Xiao Zhan harus rela mengikuti kesepakatan yang Yibo tawari.

.
.

Pucuk dicinta ulampun tiba, dengan senyum merekah Yibo membaca pesan dari Xiao Zhan semenit yang lalu. Perjuangannya tidak sia-sia. Ikan masuk dalam jaringnya.

Yibo mengetuk-ngetuk meja, mengikuti musik beat yang ia putar di ponselnya. Sesekali ia akan bangun dan menirukan gaya Michael Jackson.

Setelah dengan euphorianya, Yibo kembali duduk di kursi. Mengambil sebatang rokok yang selalu menjadi temannya dalam suka maupun duka.

Yibo melepaskan asap nikotin di udara, sambil tertawa. Sampai suara ketukan pintu yang sedikit tergesa, tidak sampai di telinganya.

Suara ketukan kembali terdengar, Yibo menurunkan sebelah kakinya yang berada di atas meja. Ia meletakkan rokok yang masih ia hisap sedikit ke asbak, tanpa memadamkannya.

Yibo berjalan ke arah pintu, mengintip dari tirai, siapa kiranya orang yang datang. Ia melihat rekan kerjanya yang selalu pesimis pada ambisi Yibo. Seorang jurnalis senior yang sudah memiliki surat kabar sendiri. Kim Jongin.

Yibo membuka pintu dan tersenyum pada Jongin yang memasang wajah khawatir. Tanpa salam, tanpa permisi. Jongin langsung masuk ke ruangan Yibo, mengabaikan alis Yibo yang berkerut.

"Apa-apaan kau ini?"
Jongin langsung mencerca Yibo dengan air mukanya yang masam.

Yibo menyodorkan sepuntung rokoknya pada Jongin, yang ditepis begitu saja oleh temannya itu.

"Kenapa kau mau mengirim bocah ingusan itu untuk menemui jubir wali kota?" Jongin mondar mandir.

Yibo tertawa mendengar pertanyaan Jongin yang diliputi emosi.

"Tenang saja, aku pastikan dia tidak akan merugikan kita." Yibo mengambil rokoknya yang sudah mati, karena masih tersisa separuh. Yibo membakar ujungnya lagi.

Yibo menyesap rokok itu, sambil melirik Jongin yang kini mulai duduk di kursi. Tangannya sibuk mencari rokok yang sempat ia tolak dari Yibo tadi.

Jongin mendengar suara ponsel yang membuat ia mengalihkan atensinya. Mencari benda pipih yang ada di meja. Sebuah panggilan yang terus terang membuat Jongin penasaran. Dengan nama yang ditulis dengan sangat tidak etisnya oleh Yibo.

"Hot Zhan"

Jongin menyatukan dua alisnya, kemudian menoleh ke arah Yibo yang tergesa-gesa mengambil ponsel di meja. Tanpa memperdulikan rokoknya yang jatuh dari genggaman.

"Yibo, jangan katakan itu adalah nomor ponsel politikus partai demokrasi, yang sedang kau incar."
Mata Jongin menatap Yibo penuh selidik.

Yibo tak menghiraukan pertanyaan Jongin. Ia masih berbicara dengan sangat manisnya, pada seseorang dengan nama Hot Zhan yang tertera di ponsel Yibo.

"Jika iya, memangnya kenapa?" Kini Yibo yang balik melempar pertanyaan pada Jongin, setelah ia selesai berbicara dengan seseorang yang menghubunginya.

"Kau menamainya Hot Zhan?" Jongin dengan segala keterkejutannya. Kedua tangan terangkat sejajar dagunya, dengan jari-jari yang terbuka dan mulut menganga.

"Dia memang hot." Yibo menjawab santai, dan kembali duduk sambil menyalakan rokoknya yang baru.







Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
239K 35.9K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
46.6K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...