Hujan Rinduku (Keluarga, Cint...

Por FitriaImraatul

6.2K 833 369

Asyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mim... Más

🌈Kenalan dengan Penulis🌈
🌈Prolog🌈
🌈Bab 1- Keluarga Sumber Kebahagiaan🌈
🌈Bab 2- Semua Berubah🌈
🌈Cast🌈
🌈Bab-3 Bertahan atau Menyerah?🌈
🌈Bab-4 Rahasia Aldo dan Fikri🌈
🌈Bab 5- Katanya Peduli🌈
🌈Bab 6 - Merencanakan Misi 🌈
🌈Bab 7 - Kamu dan Rasa Bersalahku🌈
🌈Bab 8 - Ke Rumah Ayah🌈
🌈Bab 9 - Pengkhianatan Cinta🌈
☔Bab 10 - Kamu dan Hujan ☔
🌈Bab 11 - Dilemaku🌈
🌈Bab 12 - Salah Paham Lagi🌈
🌈Bab 13 - Persembahanku di Acara Perpisahan🌈
🌈Bab 14 - Ungkapan Cinta🌈
🌈Bab 15 - Misi Kita🌈
🌈Bab 16 - Ungkapan Kekecewaan🌈
🌈Bab 17 - Kamu Pergi🌈
🌈Bab 18 - Perpisahan🌈
🌈Bab 19 - Sebuah Pengakuan Ibu🌈
🌈Bab 20 - Misi Terakhir🌈
🌈Bab 21 - Ada Apa Dengan Fikri?🌈
🌈Bab 22 - Surat Fikri🌈
🌈Bab 23 - Pernikahan Aldo🌈
🌈Bab 24 - Datang Untuk Pergi🌈
🌈Bab 25 - Tahun-Tahun Tanpamu🌈
🌈Bab 26 - Pertemuan🌈
🌈Bab 27 - Rindu (END PART I) 🌈
🌈EPILOG🌈

🌈Bab 28 - Hujan Rinduku (END PART II)🌈

257 14 133
Por FitriaImraatul


Benaran siap dengan ending kisah Syifa dan Fikri?

Kalau siap lanjutkan bacanya sampai habis!

Spam dulu, boleh, loh!
#DukungHujanRindukuSampaiSukses

Happy Reading 🥰

***

Ada banyak rahasia-rahasia yang tidak kita pahami dalam hidup. Cukup percayakan semua hanya kepadaNya. Karna apapun yang terjadi sudah diatur dengan skenario paling indah oleh yang Maha Kuasa.

~Hujan Rinduku~
Watpadd @fitriaimraatul

***

Akhirnya kita pergi ketempat pernah hujan-hujan sekitar 4 tahun lalu, zaman masih jadi anak SMA. Dia memandangku.

"Masih ingat, nggak, tempat ini?" Dia menatapku.

Aku tersenyum, "Terlalu indah untuk dilupakan. " Jawabku singkat.

Dia mendekat, "Oke, Baiklah, Fa. Beri aku waktu 15 menit untuk menjelaskan apa alasanku menghilang 4 tahun lalu. " Suara Fikri terdengar serius. Wajahnya juga terlihat serius.

"Saat kamu bilang juga memiliki perasaan yang sama padaku, aku merasa orang yang paling beruntung. Kenyataannya, aku bukanlah laki-laki baik. Beda sama kamu, perempuan muslimah yang sedang proses hijrah." Dia menatapku.

Aku berusaha tenang mendengarnya bicara.

"Mangka dari itu, tidak terbesit sedikitpun dihatiku untuk mengajakmu pacaran, karna aku tau kamu bukanlah perempuan yang mau diajak pacaran."

Aku menatapnya, memperhatikan cara bicaranya yang tetap meneduhkan. Dia tetaplah Fikri yang kukenal 4 tahun lalu.

"Saat aku pergi keluar kota untuk kuliah, aku berpikir telah melakukan kesalahan besar karna menaruh harapan kepada perempuan yang begitu aku muliakan. Aku takut rasa cinta dan penantianmu padaku mengalahkan rasa cintamu pada Allah."

Dia menarik napas dalam, "Untuk itu, aku hentikan semuanya sebelum terlambat. Aku hentikan semua sebelum kita terlalu saling mengharapkan dan melanggar syariat."

Aku kagum mendengar ucapannya. Tiba-tiba saja air mataku meleleh.

"Aku tidak ingin menodai cinta ini sebelum bisa menghalalkanmu dan mengikat cinta suci kita dalam ikatan pernikahan yang sah."

Air mataku kembali menetes mendengar penjelasannya, ternyata itu alasan kenapa dia menghilang selama ini, untuk menjaga hati yang belum halal baginya."

"Selama 4 tahun ini aku memikirkan cara untuk bisa menghalalkan cinta suci ini, karna semua itu butuh modal dan persiapan lahir dan batin."

Aku semakin tak sanggup menahan air mata, sehingga air mataku semakin turun deras.

"Alhamdulillah, disaat aku bicara sekarang ini, aku sudah mampu mempertanggung jawabkan semua yang kukatakan."

Ternyata hatiku memang tak salah menaruh cinta pada seseorang, bahkan sampai sekarang, cinta dan hatiku hanya milik Fikri seutuhnya.

"Meski aku sudah terlambat melangkah dan didahului orang lain. Yang penting bagiku, aku sudah mengatakan sejujur-jujurnya tulus dari hatiku yang paling dalam. Sekarang perasaanku sudah lega. Aku harap kamu paham dan berhenti membenciku."

Aku menatapnya dalam, "aku sama sekali tidak membencimu, Fik. Waktu itu, aku hanya sedikit kecewa." Aku berusaha meluruskan.

"Aku do'akan yang terbaik agar kamu bahagia dengan calon tunanganmu sampai hari H pernikahan kalian." Dia seperti menahan tangis dan kembali tersenyum.

Aku tersenyum memandangnya.

"Kok kamu malah senyum?" Dia menatapku kesal.

Aku kembali tersenyum lebar, "Tidak ada pertunangan. Tidak ada pernikahan. Kamu belum terlambat."

"Maksudnya? Berarti kamu bohong?"

"Bukan itu maksudku, Ayah sama Ibu memang ingin aku menikah secepatnya, bahkan aku dijodohkan dengan anak temannya. Tapi aku menolak dijodohkan. Sekarang mereka membebaskan aku untuk menentukan pilihanku sendiri." Aku menatapnya sambil tersenyum lagi.

"Itu artinya?" Dia menatapku.

"Iya, Fik. Kita masih punya kesempatan."

"beneran, nggak, sih?" Dia menatapku.

Aku mengangguk sambil tersenyum, "menurut kamu?"

Kita saling tersenyum bahagia dibawah rintik hujan.

"Aku ingin ke rumahmu, untuk melamarmu sekarang. Aku tidak mau menunda-nunda lagi." Dia seperti sangat bersemangat.

"Tunggu dulu. Memang kamu pikir aku menerimamu begitu saja, dengan semua perlakuanmu sudah meninggalkan aku 4 tahun tanpa penjelasan."

Dia menatapku kaget, "kan sudah ku jelaskan semuanya, gak paham juga?"

"Kamu bayangin rasanya jadi aku, sakit hatiku, Fik."

"Memang kamu pikir aku juga nggak menahan sakit melakukan semua itu? ucapnya dengan nada kesal.

Aku menatapnya, "memang seperti itu caramu melamar seseorang?" Aku bertanya agak lantang.

"Oke, baik, aku serius sekarang. Asyifa Safitri, apa kamu mau menyempurnakan separuh agamaku. Menjadi imam yang siap membimbingmu ke surgaNya? Bersama kita bangun rumah tangga kecil kita? Bersama kita hadapi suka dan dukanya kehidupan ini?"

Aku meneteskan air mata kebahagiaan mendengar kalimat indah yang diucapkan oleh orang yang terindah. Aku benar-benar merasa jadi perempuan yang paling bahagia di dunia ini.

Aku mengangguk sambil tersenyum, dan tak kuasa menahan air mata.

Dia pun tersenyum.

Hujan perlahan berhenti, seperti mengetahui kesedihanku telah berakhir, dan kebahagiaanku telah datang bersama Fikri.

"Ayuk! sekarang ke rumahmu! Ajaknya agak memaksa.

"Tunggu dulu, kenapa enggak sabaran sekali, sih? Kesalku.

Fikri menahan tawa melihat reaksiku.

"Itu lihat ada pelangi!" Aku menunjuk pelangi yang tiba-tiba muncul didepan kita saat ini.

"Oh, iya, ada pelangi, cantik sekali kayak kamu!" Dia mulai gombal.

Aku meliriknya dan jadi tersenyum malu.

Kita memandang pelangi itu sambil tersenyum. Itu pelangi terindah yang pernah kulihat. Tapi seindah-indahnya pelangi itu, lebih indah orang yang bersamaku saat ini. Dia terlalu indah dan sangat indah.

Ada banyak hal yang kupelajari dari semua ini, tentang kesabaran, tentang penantian, keikhlasan yang memang tak selalu berjalan mulus. Namun tersimpan banyak pelajaran dari setiap momennya. Maka dari itu, aku akan mensyukuri apapun jalan hidup yang telah berhasil dilalui maupun sedang proses dilalui. Karna dari semua itu, setiap hari kita akan menemukan pelajaran untuk bisa lebih kuat.

***

Sore itu, Fikri dan keluarganya jadi datang ke rumahku untuk melamar. Keluargaku menerima lamarannya. Ayah dan Ibu percaya kalau dia bisa menjadi imam yang baik untukku nantinya.

Di acara lamaran tersebut sudah ditentukan resepsi pernikahan kita yaitu dua bulan lagi, lebih tepatnya, selesai aku dan Fikri diwisuda.

Fikri juga mengatakan, untuk izin kembali ke Jakarta sementara waktu untuk menghadiri acara wisudanya seminggu lagi. Dia juga memutuskan untuk resign dari pekerjaannya disana, dan ingin mengembangkan bisnis disini setelah kita menikah nanti.

Ayah dan Ibuku kelihatan tidak mempermasalahkan, dan sangat mendukung apapun keputusan Fikri. Aku juga sangat mendukung apapun rencana calon suamiku itu.

***

Hari yang kutunggu-tunggu telah datang, hari dimana aku resmi menjadi seorang sarjana, setelah menempuh pendidikan 4 tahun lamanya di Universitas Negeri Padang. Inilah saatnya aku diresmikan menjadi lulusan dan bukan seorang mahasiswa lagi. Mudah-mudahan ini awalku menempuh masa depan yang cerah di kemudian hari.. Amin

Seseorang laki-laki terlihat memegang bunga mawar merah indah dan sedang berjalan kearahku, Lagi-lagi wajahnya terlihat tidak asing, namun tidak mungkin juga itu Fikri, dia bilang tadi tidak bisa pulang karna kehabisan tiket pesawat.

"Fikri!" Ternyata dia benar-benar Fikri.
"Kok bisa? Aku benar-benar shock melihat kedatangannya begitu saja. Kemarin dia bilang nggak bisa pulang.

"Dasar, ya! Tukang prank! Aku berteriak padanya.

"Tapi sayang, kan?" Godanya sambil tersenyum.

"Belum bisa dibilang sayang, sih! Selama belum ada ikatan."

"Ya, sebentar lagi juga ada ikatan, kok!" ucapnya tersenyum manis dan malah memperlihatkan gigi rapinya itu.

"Oh, ya! Ini bunga yang paling cantik, spesial untuk orang yang paling cantik dan anggun disini." dia tersenyum menatapku dan menyerahkan bunga yang dipegangnya tadi.

"Wah, makasi banyak, kesayangan!" Aku tersipu malu.

"Kan, kan! kamu yang mancing aku kayak gini. Senyum kamu itu manis banget! Bikin diabetes orang yang lihat." Godaannya masih berlanjut.

"Fik! Bisa hentikan semua ini." Geramku menatapnya tajam.

"Oke, maaf, deh!" ucapnya dengan ekspresi mengemaskan kayak bocah yang lagu dimarahin ortu. Dia ganteng menurutku setelah sebulan di Jakarta, kedatangannya benar-benar mengobati kerinduan yang lumayan menyiksa ini.

***

Satu bulan kemudian. Hari yang sakral itu telah datang, hari dimana aku dan Kak Nasya resmi melepas status lajang. Aku merasa sangat gugup dan juga bahagia bisa menikah di hari yang sama dengan Kak Nasya. Mudah-mudahan acara pernikahan ini berjalan lancar.

Fikri dan calonnya Kak Nasya sudah datang, kita dinikahkan satu persatu, mulai dari Kak Nasya, baru aku dan Fikri dengan walinya Ayahku sendiri.

Acara pernikahan kita berlangsung khidmat, para tamu undangan memberikan kami ucapan selamat.

Acaranya berlangsung sampai malam, tapi aku dan Fikri sudah boleh meninggalkan resepsi pada sorenya, kita berdua lelah sekali, dan menuju kamar pengantin.

Setibanya kami dikamar pengantin, dering handphone ku tiba-tiba berbunyi, ternyata ada panggilan telfon. Aku menatap layar handphone, dan memandang Fikri.

Fikri menghampiriku, "siapa sayang?"

"Nggak tau, nomor baru!"

"Yaudah angkat aja, siapa tau penting!" Fikri menatapku.

"Angkat, nih?"

"Iya angkat aja."

"Iya, hallo. Iya betul aku Shifa. Ada Apa? Ini beneran? Besok berarti, ya? Oke! Pasti aku datang. Makasi infonya, ya!

"Siapa? Kok girang?"

"Tebak, deh! Besok aku mau ngapain?"

"Besok kita bulan madu, kan?"

"Bukan... Barusan aku dapat telfon dari gramedia, katanya besok diadakan acara lounching novel aku. Hujan rinduku besok lounching, sayang?

"Ah, yang bener?" Emang kapan kamu kirim naskah ke gramedia?

"2 bulan lalu, bertepatan aku lagi nyusun skripsi waktu itu. Akhirnya dapat panggilan launching. Ya Allah ini kayak mimpi. Terimakasih ya Allah.

Sekali lagi Allah membuktikan kebesarannya, buah kesabaran dan keyakinan yang sudah ku pendam dari lama, akhirnya Allah jawab tuntas di hari ini. Menikah dengan pria idamanku. Berhasil menyelesaikan novel pertamaku dan terbit di penerbit besar. Ya Allah, maka nikmatMu mana lagi yang kudustakan?

"Keren banget kamu!" Fikri menatapku dan malah berjalan ke arah kasur, kenapa dia malah kelihatan murung?

Aku menatap Fikri, "kamu kenapa?"

"Sekarang kita malam pertama, loh! Kamu nggak lupa, kan?"

"Ya ampun, ya nggak mungkin lupa, lah! Kamu ada-ada aja.

"Yuk! kita sholat dulu!" ajak Fikri dan setelahnya tersenyum menggoda.

Aku jadi tersenyum malu menatapnya, aku nggak menyangka, sekarang sudah resmi menikah dengan Fikri, laki-laki yang sangat kucintai. Laki-laki idamanku. Ternyata memang benar, ketulusan dan kesabaran akan berbuah manis.

Di kamar pengantin itu, kita saling berjanji, untuk menjaga pernikahan kita, menjaga cinta kita. Cinta kita yang suci. Cinta kita yang beretika. Cinta kita yang telah teruji oleh jarak dan waktu. Cinta kita yang datangnya justru bukan dari pandangan pertama, tapi dari hubungan yang terjaga dimasa lalu. Tidak ada ada yang memisahkan kita lagi, hingga maut memisahkan.

Aku Shifa, sudah membuktikan sendiri kekuatan, kebesaran dan kebaikan Allah SWT itu nyata, dengan semua perjalanan yang kualami, hingga sampai pada titik ini. Ada banyak rahasia-rahasia yang terjadi dalam hidup, yang kita tidak tau akan berakhir seperti apa. Karna kita hanya manusia biasa, yang cuma bisa menjalankan, dan berusaha melakukan yang terbaik. Tapi satu hal yang harus kita yakini. Apapun yang terjadi dalam hidup, sudah diatur sedemikian rupa dengan skenario paling terbaik dan paling indah oleh Allah SWT. Perlukah kita meragukan pemilik semesta? Perlukah kita meragukan skenario Allah? Jawab sendiri menurutmu. Karna jawabanmu tergantung seberapa besar kamu dekat dan mencintai Allah. Aku Ashifa, percaya bahwa cinta dan pertolongan Allah selalu tepat waktu dan tepat bila sudah saatnya. Tunggu saja!

"S E L E S A I"

Pariaman
Minggu, 25 Rabiul Awal 1443 H
Minggu, 31 Oktober 2021
Salam hangat, Imraatul Fitria

***
Tidak bisa berkata-kata lagi

Bismillah, dengan segenap rasa aku ucapkan terimakasih untuk para reader kesayangan, karna sudah menyemangati ku menyelesaikan cerita ini sampai ending.
#DukungHujanRindukuSampaiSukses

Love you All❤

Sampai jumpa di judul ceritaku berikutnya! Kalau aku ada niat ya!
Kalau dalam waktu dekat kayaknya nggak ada niat dulu.

Jangan lupa lebih dekat dengan aku
Melalui instagram @imraatulfitria04

Semoga impian kalian tercapai. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.

Bye.. 🥺👋👋

Seguir leyendo

También te gustarán

1.7K 135 9
A very short story. Read it, and you'll find out..
1.1M 59.7K 38
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
1.5K 73 17
Eira Arunika, si cewek tangguh dan tidak mengenal kata kalah, bertemu dengan seorang cowok menyebalkan bernama Jevrio Adrian. Kepribadian cowok jangk...
85.1K 2.7K 29
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...