Husband In Second Life ✓

By FebbFbrynt

8.7M 1.1M 65.2K

(Up ulang) [Follow Authornya dulu ya] _____ Vernatha Aira Lexandra, atau yang di panggil Natha--dia terlahir... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 27
Part 28
Visual Cast
Part 29
Part 30
Part 31
part 32
info penting! wajib baca!
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Epilog
Extra Part 1
Extra Part II
Extra Part III [End]

Part 26

127K 15.5K 390
By FebbFbrynt

Happy Reading💕

•••

"Jika Bibi ingin melihatnya sekarang. Bibi bisa bertanya kepadanya."

Sonia menoleh. Seluruh tubuhnya langsung gemetar. Sonia menggeleng dengan senyum paksa dan mata berkilat takut. "Ah, ti-dak perlu! Bibi tidak perlu melihatnya!"

Natha mengangguk mengerti. Ucapannya tidak bohong. Kalung itu memang ada di leher Abyan. Pria itu sendiri yang memintanya yang tidak Natha tolak. Lagipula, ia sudah mempercayainya dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Natha juga sudah menduga mereka akan menanyakan tentang peninggalan orang tuanya. Seberani apapun mereka, jika kalung itu berada di tangan Abyan mereka tidak akan pernah berani.

Sonia menjadi lebih emosional. Ketakutan dan kesabarannya menghilang. Wajahnya diliputi kekesalan. "Baiklah. Aku tidak akan peduli tentang itu! Yang terpenting, aku tidak akan pernah memberikan saham putriku kepadamu! Seharusnya, pada awalnya kakek tidak akan memberikan 30% saham kepadamu! Dia mengambil setengah dari saham dan memberikannya kepada Nhita. Dengan cara ini, saham Nhita tidak berubah! Kenapa kamu begitu serakah?! Sahammu tidaklah kecil. Dan sekarang ingin mengambil saham putriku?!"

"Heh." Natha tertawa dengan ironis seraya membuang muka ke arah lain. Lalu, tatapannya kembali pada Sonia dengan tenang. Natha memiringkan kepalanya dengan mencibir. "Serakah?"

Sonia tidak mengerti makna dari ekspresi Natha sekarang. Tapi di sisi lain, Abyan yang sempat melihatnya sangat tahu. Sepertinya wanita itu membuat istrinya marah.

Lalu, Abyan menoleh kembali ke depan seraya memberikan peringatan terakhir. Matanya sangat tajam dengan suara sedingin es. "Besok pagi sebelum jam 9, saham putrimu harus sudah kulihat atas nama Natha. Kalau tidak--"

"... kalian sendiri yang akan mendapatkan konsekuensinya."

Abyan menjalankan kursi rodanya meninggalkan kedua orang itu.

Andre beranjak berniat mengejarnya. Mulutnya ternganga ingin mengatakan sesuatu, namun ia tergagap sehingga tidak ada satu patah katapun yang keluar mulutnya.

"Maaf, Tuan Lumian. Tolong tetap di sini." Andre yang masih bersikeras mengajar, dihalangi oleh Briyan. Sikap Briyan sangatlah tidak ramah yang membuat Andre menyerah.

Mengambil kesempatan, Nhita pergi dari sana menghampiri Galen. Tidak peduli seberapa dingin wajah pria berstatus suaminya itu, Nhita menarik tangannya. "Ayo, pulang!"

Galen tetap diam di posisi duduknya. Sebenarnya ia juga sudah sangat ingin pulang sedari tadi. Keluarga Nhita yang terlihat memiliki masalah, serta dirinya yang terlibat pertukaran pengantin, sama sekali tidak bebas. Ia hanyalah anak haram yang mempermalukan keluarganya.

Melihat ekspresi ayahnya yang tidak bagus sedari tadi menatapnya, Galen tahu ia sudah kelewatan. Walaupun tidak tahu apa yang di pikirkan ayahnya itu.

Melihatnya tetap diam, Nhita semakin jengkel dan kasar. "Galen! Ayo pulang!"

Perilakunya serta teriakannya menarik perhatian sebagian orang. Mereka menatap aneh pada keduanya. Wajah Galen memerah karena malu dan marah. Keduanya langsung menundukan kepalanya.

"Apa masalahmu, hah?! Jangan membuatku malu!" marah Ginanjar menatap tajam keduanya. Sedari tadi ia menahan amarah, namun sekarang ia tidak bisa menahannya lagi.

Untuk pertama kalinya, Ginanjar menyesal membawa Galen ke rumahnya. Awalnya ia mengira Galen akan membawa keberuntungan dan membawa nama baik keluarganya. Namun, belum mencapai apapun, Galen sudah mempermalukan keluarganya.

Secara tidak sadar, Ginanjar meragukannya. Apakah Galen dengan sengaja melakukannya untuk membalas dendam ketidakpeduliannya terhadap ibu Galen?

"Ayah, maafkan aku!" Melihat mata sinis Ginanjar, Galen semakin malu. Apalagi tegurannya di depan umum.

Galen menggertakkan gigi menahan semua penghinaan yang ia derita. Lihat saja! Suatu hari Dirgantara akan menjadi milikku! Dan aku akan menjadi pewaris sebenarnya!

"Heh, 'Maaf'? Apa gunanya kata 'maaf'? Apakah kamu tidak melihat sikap Abyan? Bahkan dia tidak melihat kami sedikit pun! Itu di sebabkan olehmu dan gadis ini!" tunjuknya bergantian pada Galen dan Nitha.

Ginanjar berusaha menahan amarahnya lebih banyak. Karena perjamuan masih belum selesai. Ia tidak ingin membuat keributan dan tontonan. Apalagi sekarang sebagian besar perhatian menuju ke arahnya.

Nhita semakin menunduk. Ia tidak menduga reaksi mertuanya begitu besar. Walaupun keluarganya bermasalah dengan keluarga Grissham, ia tidak pernah berniat melibatkan keluarga Dirgantara. Padahal ia sudah memberitahu lebih awal identitasnya dan keadaan baik-baik saja. Tapi kenapa makin sekarang mereka tidak menyukainya? Apa salahnya menikahi Galen?

Briyan masih berdiri dihadapan Andre yang terlihat linglung. Meskipun ia memerhatikan keributan yang tidak jauh, ada sesuatu yang lebih penting.

Briyan tersenyum sopan, namun nadanya dingin. "Sepertinya Anda bingung kapan seharusnya Anda menyerahkan saham Nhita. Dalam hal ini, saya akan membantu." Tatapan Briyan melintasi Nhita yang tidak jauh.

Andre merasakan firasat buruk. Lalu ia mengikuti tatapan Briyan. Andre melihat kurang dari 7 pengawal tegap di belakang putrinya. Pakaian mereka semua berwarna hitam. Itu adalah pengawal Abyan. Andre pernah melihatnya saat mereka mengikuti di belakang Abyan.

Dengan wajah cemas, Andre langsung berlari menghampiri putrinya.

Sonia yang masih mengobrol dengan Natha juga melihatnya. dengan tergesa ia langsung berlari untuk menghentikan mereka, tapi Nhita terlanjur diseret pengawal itu sebelum mereka mendekat.

"Natha! Selamatkan Nhita!" teriak Sonia cemas sambil menghampiri dan meraih tangan Natha.

"Maaf, Bibi. Aku tidak punya hak untuk melakukannya." Sambil mendorong lengan Sonia, entah kebetulan atau apa, Abyan ada di dekatnya, Natha langsung berlindung dan berdiri di belakang Abyan.

Sonia melihat ke arah Nhita pergi. Lalu, kembali pada Abyan dengan tatapan memohon. "Tu-Tuan, tolong ...."

Abyan melihatnya acuh tak acuh. Lalu mengalihkan pandangan pada Galen yang tidak jauh dan berkata dengan nada aneh. "Kupikir, Tuan Muda Dirgantara akan menghentikannya. Ternyata akan berjalan mulus."

Sonia membeku. Ia ikut menoleh mengikuti pandangan Abyan. Sonia langsung merasa marah, menantunya benar-benar tidak bergerak sedikit pun membantu putrinya

Andre mendekati Galen dan bertanya dengan khawatir. "Kenapa? Apa yang akan mereka lakukan?"

Tanpa raut wajah apapun atau kecemasan, Galen meliriknya tak acuh. "Tidak tahu."

Andre meraih kerah bajunya. Membuat kaget Galen dan orang yang melihatnya. Andre berkata dengan marah. "Dia istrimu, Galen! Kenapa kau begitu acuh tak acuh, hah?!"

Raut kaget Galen menjadi dingin dan berkata dengan tajam. "Kupikir Anda tahu kenapa Nhita di bawa mereka. Walaupun dia istriku, masalah yang menjadi sebab mereka membawa Nhita bukanlah masalahku. Semua ini di luar kendaliku!"

Galen langsung melepas cekalannya dengan kasar. Lalu, memperbaiki bajunya yang kusut.

"Kamu ...." Andre menggertakkan gigi. Tapi, tidak bisa apa-apa. Dia sudah lama mengetahui bagaimana sikap Galen kepada putrinya, hanya saja dirinya sama sekali tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga mereka.

***

Nitha dibawa keruangan yang asing. Pintu tertutup dari luar. Ketika dirinya tiba-tiba di seret, tentu saja Nhita sangat kaget. Tidak peduli bagaimana ia berteriak dan mengumpat, tidak ada yang peduli. Suaminya tidak bergerak sedikitpun untuk membantunya. Kedua orang tuanya berjarak jauh. Saat ini, kecemasan bercampur rasa takut menghampirinya. Nhita sama sekali tidak bisa menahan tangis.

"Keluarkan aku!"

Ruangannya sangat sunyi. Teriakannya bergema dan dibalas dengan keheningan. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka menampilkan seorang gadis yang 90% mirip dengannya.

Tangisan Nhita berhenti. Ketakutannya menjadi amarah. Wajahnya galak. "Natha!"

Nhita langsung beranjak menghampirinya. "Kenapa kau melakukan ini padaku, hah?! Untuk apa kau menangkapku dan mengurungku di sini?! Kau gila?!"

Saat sudah di depan Natha, Nhita mengangkat tangannya berniat menampar. Namun, pengawal di belakang Natha langsung menahan dan mencekal tangannya dengan erat menimbulkan rasa sakit

Di sela itu ....

Plak!

Plak!

Natha langsung menampar kedua pipinya.

Wajah Nhita mengarah ke samping karena tamparan. Lalu, menatap Natha dengan terperangah. Mulutnya menganga dengan sedikit darah di sudut bibirnya.

Setelah bebarapa detik, Nhita langsung bereaksi dengan wajah menyeramkan. Ia terlihat ingin menerkam Natha dengan kuku-kuku merahnya yang panjang. Namun, Nhita ditahan oleh pengawal yang masih mencekal tangannya.

"S*ALAN! BERANINYA KAU MEMUKULKU, NATHA!" Nhita meronta dan menggila. Rasa sakit di tangan dan pipinya sangat terasa. Matanya melototi pengawal itu. "LEPASKAN AKU, BERENGSEK!"

Natha menggelengkan kepalanya seraya menatapnya miris dan iba. Tapi, terdapat senyum di sudut mulutnya. "Sayang sekali mereka pengawal Abyan. Mereka tidak akan mendengar dan mematuhi perintahku. Apalagi dirimu."

"Omong kosong! Lalu kenapa mereka menghalangiku untuk menamparmu?! Sedangkan kau menamparku seenaknya tanpa mereka cegah?!" Jeritan melengking Nhita membuat telinga Natha sakit.

Karena malas berdebat, Natha mengangkat tangannya. Pengawal yang lain di belakangnya segera menyerahkan sebuah dokumen yang sudah di siapkan sebelumnya.

Natha mendekati Nhita yang sudah di paksa duduk di sebuah kursi dengan meja di depannya. Setelah meletakkan sebuah kertas di meja itu, Natha mengeluarkan pena dan menyerahkan kepada Nitha.

"Cepat! Tandatangani!" titahnya dingin.

Nhita merasakan firasat buruk. Nhita mengamati kertas di hadapannya dengan raut tidak mengerti. Merasakan firasatnya, Nhita langsung menolak. "Apa yang aku tandatangani?! Aku tidak mau!"

Ekspresi Natha semakin dingin. "Ini surat transfer saham Lexandra yang ada tanganmu, karena ayahmu tidak mau memberikannya, keluarga Grissham membantuku untuk mempermudah." Karena penolakannya, dengan paksa Natha meletakan pena hitam itu di tangan Nhita. "Jika kau tidak mau, aku akan memanggil Abyan untuk menangani ini."

Mendengar itu, Nitha langsung panik. Ia melihat sekeliling dan menghela nafas lega karena tidak mendapati Abyan.

Natha terkekeh sinis. "Walaupun Abyan tidak ada di sini, tapi dialah yang ngirim semua pengawal yang ada di sini."

"... salahmu sendiri, 'keluargaku' sama sekali tidak ngirim undangan untuk keluargamu. Dan berakhir sekarang. Menjadi risikomu karena sudah menyinggung keluarga ini. Bahkan, Galen sekalipun tidak membantumu sama sekali."

Mendengar ejekannya, Nhita semakin marah. Penahanan pengawal di sampingnya sangat kuat. Ia tidak bisa bergerak sedikitpun. Ia hanya menatap Natha tajam. "Dasar Jal*ng! Kau sengaja mendorong keluarga Grissham untuk berurusan denganku! Aku tahu kau hanya membalas dendam karena aku yang menikah dengan Galen, bukan? Aku peringatkan kau! Galen milikku! Dan kau tidak akan berhasil mengambil dia dariku!" Nhita terlihat percaya diri.

Natha mengangkat sebelah alis. Lalu ia tertawa lepas membuat Nhita mengernyit.

"Oh, benarkah?" Natha bersedekap dada.

Lalu Natha sedikit membungkuk mendekati Nhita. Tanpa sadar, Nhita sedikit menjauh ke belakang dengan waswas. Kepercayaan dirinya entah kemana menghilang.

"Hmm ... kalau begitu, haruskah aku menjawab, Abyan--suamiku, pria yang sangat kamu cintai sudah jadi milikku sekarang. Bahkan dia membantuku untuk mengambil sahammu. Menurutmu, siapa yang paling beruntung di sini?" Natha terkikik dengan satu tangan menutup mulutnya.

Nhita sangat tertohok. Kedua tangan mengepal. Ia ingin mengatakan dengan sinis bahwa Abyan cacat. Dia sudah tidak menyukainya! Tapi, kata-katanya memang terlontar di bibir. Tapi tidak bisa bersuara.

***

Tbc

____

29 September 2021

Vote, Comment, And Share☺️♥️

Continue Reading

You'll Also Like

9.1M 1.1M 67
Tidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada r...
4.3M 292K 55
(ENDING) "APA YANG KAMU UCAPKAN, VINCENT!?" Dadaku terasa sangat sesak, bagai terhimpit benda berat tak kasat mata. Dia, orang yang berada di depan...
651K 51K 47
Anggita Prasasti, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang menengah, tidak membuat Anggi, panggilan namanya, menjadi anak manja. An...
1.4K 95 26
seorang lelaki remaja yang memiliki kanker paru paru dan memiliki orang tua tetapi selalu menyalahkan nya. ya, dia memiliki orang tua tetapi dia kehi...