Waiting for You || Hyouka (Or...

By Mizuraaaa

49.8K 7.6K 3.6K

Menjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku me... More

Note
END
(A/N)
Author's Side
(Y/n)'s Side (bagian 1)
(Y/n)'s Side (bagian 2)
(Y/n)'s Side (bagian 3)
Oreki's Side (bagian 1)
Oreki's Side (bagian 2)
Oreki's Side (bagian 3)
Fukube's Side (bagian 1)
Fukube's Side (bagian 2)
Fukube's Side (bagian 3)
Waiting for You
After All
After All (2)
After All (last)
Credit Story + Promotion

432 73 169
By Mizuraaaa

PLAKK

"Eh?"

Gadis itu membatu. Dalam beberapa waktu, dirinya tak mampu memproses apa yang terjadi, hingga kemudian sensasi panas mulai menjalar di pipi kanannya. Wajah yang sempat terpaling di sentuh, masih bingung dengan situasi ini.

"Chitanda-san." ia menatap gadis bersurai hitam legam itu. "Kenapa ...?"

"Kenapa?" alih-alih menjawab, Chitanda membalikkan pertanyaan (Y/n). Gadis itu menunduk dengan bahu bergetar, menyembunyikan kekehan mirisnya. "Kau bilang kenapa? Harusnya aku yang bertanya begitu!"

Bentakan itu berhasil membuat (Y/n) tersentak, menatap Chitanda bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa? (Y/n) tidak mengerti, rasanya ia tak pernah melakukan kesalahan pada Chitanda. Meski begitu, bukankah bisa dibicarakan baik-baik? Kenapa tiba-tiba seperti ini?

Di detik berikutnya permata (e/c) melebar besar. Ketika Chitanda mengangkat kepala, apa yang menghiasi wajahnya hanya air mata. Gadis itu terisak, menatap (Y/n) dengan pandangan bingung tak terkira.

"Kenapa, (Y/n)-chan, kenapa?" ia bertanya lirih. "Kenapa Oreki lebih dekat denganmu? Kenapa dia tidak pernah sedikitpun melirik padaku?"

Deretan kata 'kenapa' yang memasuki pendengarannya membuat (Y/n) melangkah mundur, menatap tidak percaya terhadap Chitanda yang terlihat teramat putus asa. "Chitanda-san." (Y/n) mengangkat tangannya untuk menutupi celah bibir. "Kau menyukai Oreki-san?"

Chitanda diam, yang ia lakukan hanya menekan dahinya agar tidak jatuh bersamaan dengan air matanya. Dada gadis itu sesak luar biasa, tenggorokannya tercekat, bahkan untuk berdiri pun ia kesulitan.

Entah sebab apa, melihat pemandangan seperti ini menyayat hati (Y/n) hingga membuat matanya memanas. Tetapi ia tak bodoh, ia tak bisa bersikap seperti orang lemah yang menerima perlakuan apapun. Berubah, bukankah itu yang ia inginkan?

Seketika wajah (Y/n) menggelap, ia terdiam membiarkan angin menerpa kulitnya lembut. "Kau tidak bisa menyalahkan siapapun atas kedekatan seseorang." ia menundukkan kepala, mengepalkan tangan erat. "Mereka punya hak untuk dekat dengan siapapun."

"Aku tau!" bentak Chitanda. "Aku sangat tau tentang hal itu!" teriakannya terdengar serak, sementara beberapa helai rambut mulai menempel di wajahnya karena terkena air mata, tampak begitu berantakan. "(Y/n)-chan, beritahu aku." Chitanda melangkah maju, menepuk pundak (Y/n) pelan.

"Kita sama-sama berjuang, kan?" tanyanya dengan suara bergetar, berhasil membuat (Y/n) mengangkat kepala. "Kita sama-sama menginginkannya, tetapi kenapa hanya kau yang unggul? Apa yang salah denganku?"

Pandangan Chitanda menggelap, genggaman tangan yang ia simpan di atas bahu (Y/n) mengerat. Ia terkekeh putus asa. "Tolong beritahu aku, (Y/n)-chan, apa yang salah denganku?!" Chitanda menggigit bibir bagian dalam. "Apa yang salah?! Aku juga menginginkannya! Tetapi kenapa hanya kau yang mendapatkannya?!"

(Y/n) bergerak panik ketika genggaman Chitanda semakin kuat, bahkan sampai menyakitinya. Dengan paksa ia melepas pegangan Chitanda, lalu mengusap bahunya yang sedikit perih terkena kuku jari gadis itu.

Tangan Chitanda terangkat, menutup sebelah matanya yang masih mengalirkan air mata deras, dengan isak tangis yang tak henti lolos dari celah bibirnya. "Aku tidak mengerti," ujarnya bergetar.

"Aku bahkan mengenal Oreki lebih dulu! Aku melalui hari bersamanya terlebih dahulu! Kau tidak mengetahui apapun! Kau hanya tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan kami dan menghancurkan segalanya!!"

(Y/n) membeku. Gadis itu terdiam, membiarkan surainya terhempas oleh desiran angin yang berlalu. Pupil matanya tampak mengecil, berlanjut pada gigi bergemeletuk kuat. Ia terkekeh hambar, lantas bertanya, "Aku, menghancurkan segalanya?"

Hening.

Keduanya saling bertatapan dengan nafas terengah. Chitanda yang memang sudah terpancing emosi, pula (Y/n) yang,

PLAKK

Hal itu terjadi begitu saja.

Chitanda tak mampu bereaksi sedikitpun, ketika wajahnya terpaling dan pipinya mulai memanas. Ia menoleh, menatap (Y/n) dengan sorot ketidakpercayaan yang terlalu kentara. Untuk pertama kalinya, Chitanda merasa,

Terintimidasi.

"Dari tadi kau bicara omong kosong, Chitanda-san." wajah (Y/n) menggelap, di balik poni yang menutupi ia menatap tajam. "Aku? Menghancurkan segalanya? Pakai otakmu, bodoh!!"

Chitanda tersentak, dengan reflek melangkah mundur ketika mendapat bentakan tak terduga itu. Bahu (Y/n) naik turun menahan emosi, berusaha agar dirinya tak lepas kendali.

"Kau pikir hanya kau yang memiliki perasaan, hah?!" (Y/n) mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh air mata, seketika membuat Chitanda terkejut. "Sebagai sesama perempuan seharusnya kau sadar bahwa aku juga memiliki perasaan, dan aku punya hak menggunakan perasaan itu untuk menyukai siapapun orang yang aku mau!!"

Sudah cukup, (Y/n) muak menahan segala perasaannya. Sedari dulu ia selalu diam. Ketika dibenci, ketika dikucilkan, bahkan ketika hatinya hancur berkeping-keping karena kisah cinta pertamanya tak berjalan sebagai mestinya. (Y/n) lelah.

"Aku juga ingin. Jika sama-sama ingin, kenapa jadi aku yang salah? Bukankah dengan begitu aku juga bisa menyalahkanmu?" (Y/n) menatap Chitanda tajam. "Kau tidak tau seberapa sakitnya hatiku saat Oreki-san sangat dekat denganmu!"

"Dan ketika kau menyadarinya, seharusnya kau menyerah saja!!" teriak Chitanda tak kalah keras, melangkah maju dengan ego masing-masing. "Aku, aku mengenal Oreki jauh lebih baik." ia menunjuk dirinya sendiri, matanya semakin memanas meski cairan bening terus bercucuran. "Tapi kenapa harus aku yang kalah? Aku bahkan berjuang lebih keras darimu."

Chitanda melangkah mundur dengan kepala menggeleng-geleng, lantas tangannya terangkat untuk menepuk dahi frustasi. Ia ingin berteriak sekeras mungkin, tetapi tidak bisa. Andai ada satu orang saja yang mengerti penderitaannya.

Chitanda hanya memiliki satu harapan. Ia teramat mencintai Oreki, hari-harinya berlalu dengan luar biasa ketika Oreki ada di sampingnya, meskipun laki-laki itu terlihat tak peduli Chitanda tetap menyukainya.

Cintanya tulus, tapi tak mampu terbalaskan.

Sejujurnya ia tak pernah ingin melakukan hal ini. (Y/n) orang baik, Chitanda tau itu, tetapi ia putus asa dan butuh seseorang untuk ia benci, hatinya benar-benar hancur berkeping-keping.

"Jika saja," gumam Chitanda, tertawa hambar. "Jika saja kau tidak pernah datang, mungkin aku bisa tetap menjalani kehidupanku dengan normal." air matanya kian deras, meski tak lagi terdengar isak tangis. "Aku juga, mungkin bisa memperjuangkan cintaku lebih keras lagi."

Chitanda meremat dadanya kuat-kuat. Hatinya sakit luar biasa, ia seakan tak lagi memiliki kesempatan. Orang-orang memiliki hak untuk mencintai siapapun, tetapi tak semua orang sanggup melepas ketika cintanya kandas tak berbekas.

"Aku tidak mengerti, aku lebih baik darimu, apa yang salah dengan itu?" suara Chitanda semakin kecil, menundukkan kepalanya dalam.

"Perempuan yang baik, tidak akan menyeret saingannya ke tempat sepi dan menamparnya hanya karena takdir tak berjalan sesuai dengan keinginannya!"

Hening. Chitanda terdiam mendengar perkataan tegas dari sang lawan bicara. Mengangkat kepala, ia kembali tertawa hambar, menatap wajah serius (Y/n) yang tak lagi meneteskan air mata.

"Lucu sekali kau mengatakan itu." Chitanda menunjuk pipinya yang memerah. "Kau juga menamparku, sial."

"Itu karena kau sendiri yang memulainya!!"

Bahu (Y/n) masih naik turun, terengah-engah setelah mengatakan banyak hal. Kini ia berusaha menghembuskan nafas, menenangkan dirinya dari api emosi yang semakin mendominasi.

"Chitanda-san," panggilnya, melangkah maju. "Jika kau bisa mencintai Oreki-san sepuasnya, kenapa aku tidak?" ia terus melangkah maju, mendekat pada lawan bicara. "Apa salah jika aku mencintai seseorang?"

Langkah gadis itu akhirnya terhenti, ketika Chitanda sudah berada setengah meter di hadapannya. Ia menatap dalam diam, sementara angin berdesir kencang dari arah jendela yang terbuka.

"Tidak ada yang salah diantara kita berdua." (Y/n) menatap Chitanda dalam, sementara gadis pemilik surai hitam itu menggetarkan manik matanya. "Kita hanya melepas rasa, bukan? Sampai kapanpun, rasa tak bisa diatur."

"Kau pikir aku mau mencintai orang yang sama yang dicintai temanku sendiri?" tanya (Y/n), menunggu jawaban yang tak kunjung keluar dari bibir Chitanda. "Bukan hanya memberi rasa sakit padaku, tetapi padamu juga. Aku tidak pernah ingin membuat drama seperti itu."

"Kau tidak bisa memilih untuk mencintai siapa, dan kau juga tidak bisa memaksa orang lain untuk balas mencintaimu."

Chitanda tersentak, seketika mengeraskan rahangnya emosi. Kedua netranya berkilat tajam ketika amarahnya kain memuncak. Dengan itu ia mengepalkan tangan, lalu di detik kemudian bersiap melayang ke hadapan.

(Y/n) yang tidak siap melebarkan netra, setelah itu memejamkan mata erat, bersiap menahan rasa sakit yang akan terasa di pipinya.

Hap

"Hei, bukankah ini sudah terlalu jauh?"

Kedua gadis yang berada dalam ruangan itu membeku, seketika menatap ke arah yang sama, di mana seseorang langsung masuk dalam konflik dan menghentikannya. "Oreki," lirih Chitanda pelan, terlihat tidak percaya.

Oreki menghempaskan tangan Chitanda sedikit keras, hingga membuat gadis itu oleng ke belakang karena lemas. "Kalian ini sedang apa?" ia menatap kedua gadis bergantian, tak kunjung mendapat jawaban. "Aku tidak mengerti apa yang kalian perdebatkan, tapi bukankah itu bisa dibicarakan baik-baik?"

Kini perhatiannya terfokus pada salah satu yang menundukkan kepala, meremas rok sekolah dengan kuat. "Dan Chitanda, tidak seharusnya kau bersikap kasar, kalian ini sama-sama perempuan, harusnya saling mengerti."

Chitanda terdiam dengan mata melebar tajam. Hah? Apa-apaan? Pikirnya, kenapa hanya dia yang disalahkan sementara ada dua orang gadis yang terlibat dalam perdebatan ini? Lucu sekali, lagi-lagi (Y/n) unggul, huh?

"Oreki, bukan hanya aku-"

"Atau jangan jangan," potong Oreki cepat, menatap Chitanda curiga. "Kau juga sengaja saat kejadian Shimizu-san tenggelam di kolam renang?"

Chitanda tersentak, seketika mengangkat kepalanya. "A-apa?!" pekiknya tidak percaya. "Aku? Mana mungkin! Oreki, kejadian saat itu murni kecelakaan, kau harus percaya! Aku tidak-"

"Bukan tidak mungkin jika seseorang yang menampar temannya sendiri ingin mencelakai orang yang sama, bukan?"

"Oreki ...." Chitanda menatap Oreki berkaca-kaca, dengan pandangan tidak percaya yang tersirat pada netra. Bibirnya mengatup rapat, sedang perlahan kakinya mengambil langkah mundur.

Di detik berikutnya mata gadis itu menyipit, lantas menumpahkan tetes di tetesan cairan bening yang mengalir melewati wajah. Kepalanya menggeleng pelan, seketika menutup wajah dengan lengannya seiring kaki melaju meninggalkan tempat itu dalam isak tangis.

Oreki menatap kepergian gadis itu dalam diam. Pertanyaan masih memenuhi benak, meski begitu ia memutuskan untuk tetap menutup mulut.

Di belakangnya (Y/n) mengacak rambut bagian depan dengan wajah menggelap, terlihat begitu frustasi. "Sial, begini lagi." (Y/n) menghela nafas pasrah, tanpa menyadari ucapannya telah menarik perhatian Oreki.

Laki-laki itu berbalik. "Shimizu-san, kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir, tetap menyembunyikan intonasi suaranya.

Oreki mencoba merapikan helaian rambut (Y/n), tetapi ditolak sehingga membuat Oreki sedikit terkejut. "Aku tidak apa-apaan, sudahlah." (Y/n) menyingkirkan tangan Oreki yang hendak menyentuh wajahnya, menghindari kontak mata.

"Aku harus segera meluruskan kesalahpahaman ini." gadis itu bergumam dengan pasrah, kembali menghela nafas. "Sial, katanya ingin memiliki banyak teman, tapi malah menambah masalah, dasar (Y/n) bodoh," hinanya pada diri sendiri.

Gadis itu melangkahkan kaki, berniat menyusul Chitanda yang sudah pergi dari tadi, sebelum akhirnya ia harus terhenti karena tangannya tercekal. Menoleh ke belakang, ia mendapati Oreki menahannya untuk pergi.

"Oreki-san, tolong lepas."

"Tidak, pipimu merah, kita harus obati dulu."

(Y/n) menatap tajam Oreki, mengepalkan tangannya kuat. "Aku bilang lepas, tolong jangan membuat kesabaran ku habis."

"Tapi Shimizu-san, kau harus-"

"Lepas!!" (Y/n) menarik tangannya kuat hingga berhasil terlepas dari cekalan Oreki. Tanpa mengindahkan ia menghempaskan kepala ke depan, kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti, membiarkan Oreki di belakang membatin seorang diri.

Tidakkah (Y/n) sadar bahwa Oreki khawatir? Ia tidak tau permasalahan yang kedua gadis itu lewati, karena itu ia teramat cemas. Tapi di sisi lain ia serasa tak memiliki hak untuk menghentikan, (Y/n) punya pilihan sendiri untuk mengejar Chitanda.

'Shimizu, Shimizu, Shimizu, Shi-'

Seketika, menatanya melebar.

"Mizu,-chan?"

Dan langkah kaki sang gadis pun, terhenti.

.
.
.
.
.
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚TBC˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Note: gatau, chapter ini jelek banget pokoknya.

Tadi lupa revisi, up ulang, hehe

Continue Reading

You'll Also Like

35.7K 4.4K 45
Rival? Direbutin sama 4 orang secara diam diam, hmm menarik, berawal dari suka dengan diam diam kepadanya, saat menyukainya tiba tiba satu persatu ri...
1M 86.2K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
13.2K 2.1K 7
Season 2 Berlanjutnya kisah Wang Yibo yang ingin memperbaiki kesalahannya pada istrinya setelah reinkarnasi. Setelah mendapatkan kembali ingatan masa...
9.9K 760 18
Suatu hari terjadi penyebaran virus yang dimana banyak yang mati secara mendadak sehingga hanya tersisa anak-anak kecil. seorang gadis Yang berawal h...