Impian Athira

By arruntala

328K 27.8K 1.5K

Athira Annisa Dalbert, seorang gadis yang dipaksa Kakaknya menjadi mualaf. Panggil saja Athira, dia adalah so... More

••• ℙℝ𝕆𝕃𝕆𝔾 •••
Bab 01
Bab 02
Bab 03
Bab 04
Bab 05
Bab 06
Bab 07
Bab 08
Bab 09
••• Bab 10 •••
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
••• Bab 20 •••
Bab 21
Bab 22
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
••• Bab 30 •••
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
•••Akhir•••
Exstra Part
Impian Athira ada Squel?
New Story [unpublish]
⚠️URGEN⚠️
URGEN PART II

Bab 23

5.6K 585 15
By arruntala

Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

"Pi, Athira gak ada di rumah Pi," isak Yuli menelpon suaminya.

"Yang bener kamu, mungkin dia sekolah,"

"Gak ada Pi, Irgi udah cek tadi,"

"Kabur ke mana itu anak," cicit Erlan mengepalkan tangannya.

"Papi tutup dulu Mi,"

Tutt

Kondisi Yuli sangat mengenaskan, rambutnya urak-urakan, begitu pun kondisi kamarnya seperti kapal yang sebentar lagi akan pecah. Banyak perabotan rumah yang pecah, menghiasi kamar itu.

"Kamu di mana sayang," ... "Kalau kamu kembali, Mami janji gak bakalan larang kamu, kamu mau koleksi baju itu gak papa, kamu mau berubah Mami juga gak papa, asal kamu pulang sayang,"

Suara Yuli terdengar berat, tubuhnya terasa lemah karena terlalu lama menangis, matanya pun membengkak.

Ceklek

"Astagfirullahulazim, Nyonya,"

"Nyonya kenap? Aduh, Nyonya kalau Den Irgi tau, pasti saya kena marah,"

"Udah Bik gak papa, saya baik-baik saja. Saya cuma mau Athira pulang,"

"Neng Athira pasti pulang Nya, sekarang Nyonya bangun yah, cuci muka. Nanti Bibi buatin teh anget,"

"Enggak Bik, saya mau Athira,"

"Nya, gimana kalau nanti Neng Athira pulang terus liat kondisi Nyonya gini, pasti dia sedih," Yuli diam, tiba-tiba tubuhnya berdiri.

"Siapkan teh sama roti yah Bik,"

Asisten rumah tangganya itu tersenyum, "Iya Nya, permisi,"

•••

Erga diam menatap danau di depannya, dia tak habis pikir rahasianya terbongkar oleh adiknya sendiri, dan yang lebih mengejutkan lagi, adiknya kabur dari rumah dan tak sengaja bertemu dengan dirinya di sini.

"Sebenarnya apa yang terjadi selama gue pergi sih," 

"Apa gue harus pulang,"

"Tapi, janji gue,"

"Haa, gue benci dalam kondisi gini," teriak Erga melempar kerikil ke danau itu.

"Papi selalu marah waktu liat Athira pakai kerudung,"

"Mami, sama Bang Irgi juga nentang Athira Bang,"

"Cuma Bang Erga yang dukung Athira, seharusnya Bang Erga gak ke sini,"

Tiga kalimat itu selalu saja terngiang-ngiang di otak Erga. Dia bingung harus berbuat apa. Di sisi lain, keluarganya sedang terpecah, di sisi lain dirinya terikat janji lama, dan di sudut yang lainnya, pujaan hati akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Sungguh, hal itu sangat membuat Erga gila.

"Ada apa Ga?"

"Enggak,"

"Ente gak bisa bohong sama ane,"

"Humm, adik ane kabur ke sini," mendengar itu, mata Saddam membola.

"A-athira?"

"Iya, dia sekarang resmi jadi santri,"

"Jadi, dia,"

"Iya, dia udah tau semuanya,"

"Jadi gimana Ga?"

"Ane juga gak tau,"

"Ga,"

Saddam diam, awalnya dia berniat untuk memberi tahu kabar bahwa dirinya jadi menikahi ustadzah Arumi, tapi sepertinya keadaan tidak memungkinkan untuk bercerita.

"Mungkin ini yang terbaik," ucap Saddam menepuk pelan bahu Erga.

"Makasih Dam,"

•••

Malam sudah menghampiri lagi, kali ini suasana beda, tak seperti biasanya. Kamar yang dulunya luas, kamar yang sejuk, kasur yang empuk,  kenyamanan dalam tidur kini sudah sirna. Athira hanya bisa diam sembari menatap langit-langit. Sementara yang lain, mungkin sudah asyik dengan alam bawah sadarnya.

"Panas banget, sih," keluh Athira, dia memilih untuk turun dari kasurnya. Kakinya melangkah ke luar kamar kala itu.

"Duhh, sepi yah," komentar Athira, namun kakinya terus berjalan.

Kaki Athira melangkah di koridor gelap dan sedikit horor. Di sini, di tempat pertama kali dirinya bertemu dengan Saddam, "Masuk sini gak seindah ekspektasi gue ternyata," gumam Athira.

"Percuma tempat seluas ini, tapi tempat penampungannya kecil, rame-rame, panas lagi," keluhnya.

"Di sini diajarkan untuk menjadi mandiri, bukan bersenang-senang." Tubuh Athira tersentak, tiba-tiba ada suara menyahut omongannya.

"Gus Saddam," cicitnya menahan senyum.

Saddam tersenyum, lalu duduk di sampingnya, "Sebenarnya niat anti masuk ke sini buat apa?"

"Buat ketemu sama calon imam gue," batinnya.

"Ya Allah, kata Bang Erga engkau selalu mengabulkan doa orang-orang sedih. Kalau gitu hamba minta jodohkan hamba dengan orang di samping hamba ya Allah," batin Athira.

"Ra,"

"Raa,"

"Athira!"

"Eh, iya Gus? Btw kok tau nama gue, eh aku,"

"Karna saya peramal," ... "Jangan melamun, entar ada jin masuk ke tubuh anti loh," candanya beranjak untuk pergi.

"Ish, Gus bikin merinding!"

Saddan berhenti, ujung bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. Kepalanya pun menoleh sedikit, "Tidur! sudah malam," titahnya lalu pergi.

"Gus, tunggu!"

"Ada apa?"

"Bener Gus mau nikah?"

"Tau dari mana?"

"Ada aja,"

"Yaudah," ucap Saddam meninggalkan Athira sendiri.

"Awas ada sundel bolong," ucap Saddam sebelum tubuhnya lenyap ditelam kegelapan.

"Ish, kalo dipikir-pikir serem juga yah," gumam Athira lalu berlari menuju kamarnya.

Akhirnya Athira kembali ke kamarnya, walau pun dia tidak bisa tidur dengan nyaman, tapi matanya tetap berusaha tidur.

Tok tok tok

"Bangun! Waktunya sholat tahajud!" teriak seseorang dari luar kamar itu.

"Eumm, udah pagi aja," ucap Dira duduk diatas kasurnya, lalu menatap Anggi yang masih terlelap.

"Gi, Tahajaud Gi, Ya Tahajud, Raa Tahajud!"

"Hoamm,"

Kia dan Anggi telah bangun, mereka kompak mengucek matanya. Lalu beranjak untuk mengambil mukenah.

"Tolong ambilin mukenah ana Dir,"

"Iya Nggi,"

"Ehh, si Athira mana?"

Dira menepuk jidatnya, "Oh iya, kelupaan,"

Setelah menyelesaikan sholat malam para santri tadarusan sembari menunggu subuh. Para santri sangat berantusias, tapi tak menutup kemungkinan ada pula yang menahan kantuk, contohnya Athira. Buktinya sedari tadi dia tertidur lalu terbangun, tertidur terbangun lagi, kejadian itu terulang-ulang terus.

"Ra, wudhu ulang gih," saran Dira di sampingnya.

"Males, dingin,"

"Ett dah, biar gak ngantuk lagi,"

"Iya-iya,"

Sekarang waktu subuh telah masuk, adzan pun sudah dikumandangkan. Semua santri berdiri berada di shaf masing-masing. Sholat pun dimulai, tidak ada suara sedikit pun kecuali suara kipas angin. Walau pun dini hari tetapi di dalam masjid itu masih merasakan panas.

"Allahuakbar!"

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk sholat, kini imam sedang memimpin doa.

"Ya, Athira mana?"

"Gak tau tuh, tadi kan pamit ambil wudhu,"

"Mungkin di shaf belakang," ujar Anggi.

"Iya mungkin yah,"

"Ustadzah Arumi,"

"Ada apa Yanti?"

"Itu di shaf belakang ada santri wati sujud terus dari tadi, dipanggil-panggil gak nyaut-nyaut,"

"Siapa?"

"Gak kenal Ustadzah, mungkin santri baru,"

"Yasudah, tunjukkan ke Ustadzah tempat dia berada,"

"Dir, ana ngerasa itu Athira,"

"Bener, ana juga ngerasa gitu,"

"Samperin yuk,"

"Jangan, lagi doa," cegah Anggi.

"Yaudah,"

"Neng, Assalamu'alaikum," ujar Ustadzah Arumi menepuk bahu gadis itu.

"Dia pingsan, atau jangan-jangan meninggal lagi. Innalilahi,"

"Denger-denger, itu suara dengkuran bukan si,"

"Ah iya, dia mah molor,"

"Biarin aja Ustadzah jangan bangunin sampai kelar, biar dia bangun sendiri,"

"Huuss, gak boleh gitu,"

"Terus gimana Ustadzah, nanti ricuh,"

"Kita selesaikan doa dulu, baru bangunin dia,"

"Baik Ustadzah,"

Setelah beberapa saat imam memimpin doa, akhirnya para santri bubar untuk ke kamar masing-masing. Mempersiapkan sekolah pada hari ini, sedangkan Athira masih dalam posisi yang sama.

"Ini gimana Ustadzah?"

"Kalian ke kamar masing-masing saja, biar Ustadzah yang urus,"

"Baik Ustadzah," ujar santri itu lalu pergi dari hadapan ustadzah Arumi.

"Eumm, maaf Ustadzah, itu temen sekamar kami. Dia baru pindah kemarin,"

"Iya tidak apa-apa,"

"Permisi, ada apa rame-rame,"

"Eh, Gus Saddam,"

"Ini Gus, ada santri wati ketiduran waktu sholat subuh,"

"Dia Athira Gus,"

"Astagfirullahulazim,"

"Baiklah sepertinya temen kita, murid kita sekarang sudah tenang di alam sana, sebaiknya kita kirim Al-Fatihah kepada almarhum,"

"Ehh, jangan," ujar Athira bangkit dari sujudnya.

"Ehh, gak jadi meninggal?" tanya Dira polos, mendapatkan jitakan dari Anggi.

Saddam tersenyum, "Saya tau, anti sejak tadi sudah bangun. Tapi anti malu kan,"

Athira diam menatap Saddam, "Kok dia bisa tau,"

••••
Hallo semua ...
Apa kabar?

See next part 👋
Vote, komen, share yah!!

Lov you 100000 dirham ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

640K 28.9K 43
Ayana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berse...
78.5K 2.6K 17
Siapa yang cita-citanya pengin nikah sama cowo lumpuh, cung?! siapa sih yang mau? ayo bewan kalo ada. Pastinya sih ngga ada yang mau lah ya. Lah iya...
29.1K 1.1K 58
Story Publication Tanggal: 14 September 2022 By Author: Linda Ramadani •Follow ig: ndaendott •Follow TikTok: Daa ______________. •~• ._____...
1.9M 92.5K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...