Beheader Of Girls || Psikopat...

By wittelily

5.2K 2.5K 3.7K

Seorang psikopat yang tidak percaya adanya Tuhan, dia membunuh wanita hanya untuk mencari keberadaan yang mah... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34_END

Chapter 9

206 117 159
By wittelily

Denzel keluar dari kantor polisi dengan langkahnya yang tak bergairah karena rasa kantuknya.

Baru saja ia keluar dari kantor polisi, tiba-tiba seseorang memeluknya dengan erat sambil berkata, "Putraku..."

Denzel sontak terkejut karena sebelumnya ia tak menyadari kehadiran pria yang memeluknya ini.

"Ayah?" Tanya Denzel sedikit bingung.

Pria berbadan kekar dan yang memiliki nama Charles itu lalu melepaskan pelukannya. Kemudian Charles memegang kedua bahu Denzel sambil menebarkan senyum hangatnya. "Syukurlah kamu tak bersalah." Ucap Charles.

"Bagaimana Ayah tau tentang ini?" Tanya Denzel.

Charles lalu menjawab jika dirinya diberi tau oleh pihak kepolisian jika putra semata wayangnya itu ditahan atas kasus penyerangan. Charles juga berkata pada Denzel jika dirinya sangat khawatir pada Denzel.

"Ayah meninggalkan pekerjaan hanya karena aku?" Tanya Denzel lagi yang tak enak hati karena ayahnya rela datang jauh-jauh dari Chicago ke California dan rela meninggalkan pekerjaan hanya karena dirinya.

"Ayah sedang libur, karena itu ayah datang kemari." Jawab Charles.

Setelah berbincang-bincang. Ayah dan anak itu lalu segera pergi dari kantor polisi menuju apartemen Denzel.

Sesampainya di sana Charles kemudian melihat-lihat keadaan apartemen yang di beli anaknya, sementara Denzel segera memasak makanan sederhana untuk dirinya dan ayahnya.

Denzel terus berbicara pada Charles sambil memasak, seperti, kapan ayahnya kembali ke Chicago, kabar ayahnya setelah dirinya pindah ke California.

Maklum saja, Denzel selalu bawel di depan ayahnya, karena mungkin Denzel merindukan Charles.

Berprofesi sebagai tentara memanglah sangat sibuk, hari libur mereka tidak menentu. Bahkan saat Denzel masih tinggal bersama ayahnya di Chicago pun mereka jarang sekali bertemu karena kesibukan Charles yang selalu mengabdi pada tugas negara.

Walaupun jarang bertemu, tak menjadikan jarak di antara keduanya renggang.
















































🔪☠️☠️🔪

















































Penyelidikan kasus di temukannya mayat wanita di Cascandel woods, California telah di buka, sejumlah polisi dan juga dua orang detektif tengah di sibukkan mencari petunjuk identitas korban dan juga pelaku pembunuhan tersebut.

Butuh waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk mengetahui hasil tes DNA dari pihak forensik. Sampai detik ini juga belum ada orang yang melapor kehilangan anggota keluarga mereka.


































































Usai kelas berakhir, Denzel dan Aaron datang ke lokasi penemuan mayat wanita itu. Mereka ingin sekali melihat bagaimana polisi mencari petunjuk.

Garis polisi di bentangkan di sekitar lokasi, tak sedikit warga juga ikut menyaksikan penyelidikan itu.

"Kita pulang saja. Kamu lihat 'kan? Garis polisi di bentangkan, kita tak bisa melihat penyelidikan itu dari dekat." Kata Denzel sedikit merasa kecewa.

"Jangan, kita bisa melihatnya dari dekat."

Aaron kemudian berteriak memanggil nama Aric.

Tak lama orang yang Aaron panggil menoleh ke arahnya, lalu pria bernama Aric itu menghampiri Aaron. "Hei, bro!" Sapa Aric pada Aaron sambil memeluk singkat Aaron.

Denzel hanya terdiam saat menyaksikan interaksi keduanya. Hingga kemudian Aaron memperkenalkan Aric pada Denzel. "Denzel, ini sepupuku, Aric. Dan Aric, ini sahabatku, Denzel."

Setelah di kenalkan satu sama lain, Aric dan Denzel lalu saling berjabat tangan agar keduanya merasa lebih akrab.

Aaron juga mengatakan jika Aric adalah salah satu detektif yang menyelidiki kasus di temukannya mayat wanita tersebut.

Mendengar penjelasan dari Aaron membuat Denzel memuji profesi Aric. Pasalnya Aric masih sangatlah muda, usianya baru saja menginjak 27 tahun tapi ia sudah menjadi detektif yang terbilang ahli. Sudah 3 tahun Aric berprofesi sebagai detektif, dan dirinya sudah banyak sekali memecahkan kasus.

Mengetahui jika sepupunya ingin melihat penyelidikan, lantas membuat Aric mempersilahkan Aaron dan juga Denzel untuk menyaksikan penyelidikan dari dekat.

Sangat teliti dan telaten, kalimat yang pantas untuk kedua detektif itu. Aric dan rekannya terus mencari petunjuk dengan menelusuri lokasi penemuan mayat itu.

"Sial! Kita belum menemukan apapun." Keluh Brian, rekan Aric.

Brian kemudian duduk di tanah, diikuti oleh Aric, Aaron dan Denzel. "Kenapa tidak mengotopsi mayat? Siapa tau ada sidik jari pelaku yang tertinggal di tubuh mayat itu." Denzel menyarankan.

Aric lalu terkekeh mendengar kalimat yang Denzel lontarkan, kemudian ia berkata, "Kami sudah melakukan itu. Tapi tetap saja kami tak menemukan apapun. Pelakunya menghilangkan jejak dengan sangat pandai, aku rasa dia seorang psikopat!"

"Waw! Psikopat? Ada psikopat di tempat kita!" Kata Denzel pada Aaron sambil menyikut lengan sahabatnya itu dengan girang.

"Apa kamu gila? Kamu senang jika ada psikopat? Bagaimana jika korban selanjutnya adalah dirimu?" Kesal Aaron pada tingkah sahabatnya yang terlihat excited.

Denzel lalu terdiam malu usai di ceramahi oleh Aaron.

Tak lama setelah itu mereka di kejutkan oleh bunyi nada dering ponsel Aric. Aric lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengangkat telepon yang masuk tersebut. Setelah berbicara di telepon, Aric kemudian berdiri dan membuat yang lain terheran-heran.

"Ada apa, Aric?" Tanya Brian.

"Pak Kevin bilang ada seorang nenek yang melapor jika dirinya kehilangan cucunya. Kita harus secepatnya pergi ke kantor polisi!" Jawab Aric.

"Aric, apa kami boleh ikut?" Aaron bertanya.

Aric menganggukan kepalanya merespon pertanyaan sepupunya itu. Kemudian mereka berempat segera pergi ke kantor polisi untuk menemui nenek tersebut.

Sesampainya di kantor polisi, Aric dan Brian langsung di perintahkan oleh pak Kevin untuk mengantar nenek tersebut ke rumah sakit.

Brian dan Aric mengantar nenek itu menggunakan mobil polisi yang di khususkan untuk bertugas. Sementara Aaron dan Denzel mengikuti dari belakang menggunakan mobil pribadi Aaron.

Begitu tiba di rumah sakit, nenek tersebut segera di bawa ke ruang otopsi.

Jika benar mayat itu adalah cucunya, nenek itu pasti akan mengenali tubuh cucunya tersebut.

Kain berwarna putih yang menutupi tubuh tanpa kepala si mayat perlahan di buka. Denzel dan Aaron sontak memalingkan wajahnya dari mayat karena ngeri melihat keadaan mayat tersebut.

Setengah dari leher mayat itu terpenggal, terlihat darah yang mulai kering, lapisan kulit, urat, tulang, serta daging yang sedikit kemerahan-merahan. Kondisi mayat itu benar-benar memprihatinkan.

Sementara Aric dan Brian terlihat biasa-biasa saja, mungkin karena mereka sering melihat kondisi mayat seperti ini dan bahkan mereka sering melihat kondisi mayat yang jauh lebih parah dari mayat tanpa kepala di hadapannya sekarang.

Nenek itu sontak menangis saat melihat tanda lahir yang terlihat seperti bentuk bintang yang berada di atas payudara mayat tersebut.

"Ini Alice, cucuku..." Tangis nenek itu seketika pecah, kemudian ia memeluk tubuh mayat yang ia yakini jika itu adalah Alice, cucunya.

Setelah berhasil menenangkan nenek tersebut. Aric, Brian dan ahli forensik kemudian mengambil sempel DNA nenek itu untuk di cocokan dengan DNA sang mayat. Tidak dalam waktu singkat tentunya, butuh waktu hingga berhari-hari atau mingguan untuk tau hasilnya. Aric dan timnya harus menunggu lebih lama lagi.
















































🔪☠️☠️🔪













































Satu minggu kemudian.

Denzel baru saja pulang dari kampusnya. Saat ia berjalan memasuki gedung apartemen, tiba-tiba ia di kejutkan setelah melihat anak kecil terjatuh dari sepeda.

Gadis kecil itu menangis karena kesakitan, Denzel sontak berlari ke arah gadis kecil itu untuk membantunya bangkit.

Denzel mengangkat tubuh mungil gadis kecil tersebut, setelah itu ia membantunya berdiri. Denzel lalu memegang kedua bahu gadis itu seraya bertanya, "Pasti sakit 'ya? Sudah, jangan menangis lagi."

Denzel kemudian menghapus air mata gadis kecil itu.

Tak lama datang ibu gadis itu, berlari ke arah Denzel dan putrinya. Ibu gadis itu terlihat sangat khawatir melihat putrinya terjatuh dari sepeda. Ia lalu memeriksa tubuh anaknya, takut jika anaknya itu terluka. Kemudian ia memeluknya dengan erat karena merasa bersalah membiarkan putrinya terjatuh.

Setelah itu ibu tersebut berdiri dan menghadap ke arah Denzel, mengucapkan terimakasih pada Denzel karena telah menolong putrinya. Ibu dan gadis kecil itu kemudian pergi meninggalkan Denzel yang masih memandang kepergian mereka dengan senyumnya yang ramah.

Masih tersenyum sambil melihat ke arah ibu dan anak itu. Denzel tiba-tiba di kejutkan oleh kedatangan seseorang yang menepuk bahunya dari belakang. Denzel lalu menoleh untuk melihat siapa orang yang menepuk bahunya itu.

"Kamu sedang apa?" Tanya Charles.

Denzel semakin terkejut begitu melihat ayahnya berada di hadapannya kini. Pasalnya yang Denzel tau, Charles sedang sibuk bekerja. Sebelumnya juga Charles tidak memberi kabar pada Denzel jika dirinya akan datang ke California.

"Kenapa Ayah disini?" Denzel balik bertanya.

"Ini hari libur ayah di minggu ini. Jadi ayah memutuskan untuk datang menemuimu." Jawab Charles yang tentunya dengan senyum hangatnya.

"Tadi kamu sedang apa?" Charles mengulang pertanyaan yang belum di jawab oleh Denzel.

"Ooh, itu! Tadi aku menolong seorang gadis kecil yang terjatuh." Jawab Denzel.

Charles kemudian mengusap kepala putra semata wayangnya itu dengan lembut. "Kamu sangat mirip dengan ibumu, selalu baik hati pada siapapun. Hatimu sangat lembut, Denzel."

Mendengar pujian dari ayahnya membuat Denzel menundukan kepalanya sambil tersipu malu. "Sudahlah, Ayah! Tak usah memujiku..."

"Baiklah. Ayo kita masak bersama!" Ujar Charles yang kemudian mengangkat barang belanjaan yang sedari tadi di pegangnya, menunjukan pada Denzel jika Charles membawa sesuatu. Charles dan Denzel lalu kembali berjalan memasuki gedung apartemen.

Baru saja berjalan, Denzel di buat berhenti melangkah karena Aaron yang meneleponnya. Dalam telepon, Aaron berkata jika hasil tes DNA mayat tanpa kepala yang di temukan di Cascandel woods California telah keluar.

Aaron juga bekata jika penyelidikan telah di buka kembali.

Hal yang selama ini menjadi pertanyaan di benak Denzel, hal yang di tunggu-tunggu Denzel, dan hal yang membuatnya sangat tertarik dengan kasus itu. Tentunya Denzel tak akan melewatkan moment ini. Apapun yang terjadi, dirinya harus ikut melihat proses penyelidikan yang di lakukan oleh Aric dan Brian sekarang juga.

Namun disisi lain, Charles datang jauh jauh dari Chicago untuk menemuinya. Denzel merasa tak enak hati jika ia harus meninggalkan ayahnya yang ingin menghabiskan hari libur dengannya.

Denzel memasang wajah bingungnya.

Charles lalu bertanya apa yang menyebabkan Denzel tampak bingung.

"Aaron mengajakku untuk ikut melihat penyelidikan kasus pembunuhan di Cascandel woods. Tapi..." Denzel tak melanjutkan kalimatnya karena tak enak hati.

"Pergilah, ayah akan menunggu. Tapi jangan pulang larut, ayah akan memasak untukmu. Oh iya, bawa Aaron kemari untuk makan bersama dengan kita." Kata Charles yang selalu menunjukkan senyum hangatnya.

Layaknya anak kecil yang di belikan mainan baru oleh ayahnya, Denzel terlihat sangat senang ketika ayahnya mengijinkan dirinya pergi. Sebelum pergi meninggalkan Charles, Denzel sempat berkata jika ia berjanji akan pulang tepat waktu sesuai yang di inginkan oleh Charles.














































🔪☠️☠️🔪








































Ke empat pria tampan itu tengah berkumpul di rumah sederhana milik Aric.

Dengan senang hati, Aric dan Brian mengijinkan Aaron dan Denzel untuk melihat penyelidikan yang mereka lakukan. Walaupun kedua detektif muda itu tau jika Aaron dan Denzel bukanlah anggota kepolisian, tapi mereka di ijinkan melihat proses penyelidikan selagi mereka tidak mengacau dan selagi atasan kedua detektif itu tak tau.

Bagaimana dengan Hugo? Pria dingin itu tengah sibuk bekerja, ia tak sempat mengurus hal yang di anggapnya tak penting bagi dirinya.










"Jadi mayat itu adalah Alice, cucu dari nenek itu." Ujar Brian membuka topik.

"Bagaimana Alice dibunuh? Siapa pelakunya?" Tanya Denzel yang menopang dagunya karena bingung.

"Mula-mula kita harus mencari tau apa yang terakhir kali Alice lakukan dan dimana terakhir kali Alice berada!" Kata Aric.

"Lalu bagaimana dengan kepala dan pakaian Alice yang hilang?" Tanya Aaron.

"Soal itu kami serahkan dulu pada detektif lain, biarkan mereka yang mencari tau. Jika yang di katakan Aric telah terpecahkan, maka kami akan turun tangan untuk mencari kepala dan pakaian Alice." Brian.

"Kita harus pergi ke kafe tempat Alice bekerja. Neneknya yakin jika Alice terakhir kali ada disana." Aric.

Denzel kembali menopang dagunya. "Kalau tidak salah...hari dimana Alice di bunuh sama dengan hari dimana Lea di serang, apa mungkin kedua wanita itu di serang oleh orang yang sama?"

"Entahlah, kita akan mengetahuinya setelah kita tau siapa pelakunya." Aaron.

Brian lalu berdiri. "Ayo kita pergi!"

Ke empat pria tersebut kemudian segera pergi ke kafe dimana Alice bekerja. Mereka berniat memeriksa rekaman CCTV di hari dimana Alice terbunuh.

Sesampainya di kafe tersebut. Aric, Aaron, Denzel dan Brian segera memasuki kafe itu dan segera mendatangi petugas kafe untuk melihat rekaman CCTV di tanggal 21 juli. Karena Aric dan Brian dari pihak kepolisian, petugas kafe itu lantas mengijinkan keduanya untuk memeriksa CCTV.

Rekaman CCTV telah di tunjukan, layar hitam putih itu menunjukan Alice tengah berdiri menunggu sesuatu di depan kafe sekitar pukul 20:45. Tak lama setelah itu CCTV yang berada di depan kafe memperlihatkan jika Alice menaiki sebuah taxi dengan plat nomor 5LAN052.

"Haruskah kita mencurigai supir taxinya?" Tanya Brian.

"Tunggu, sepertinya aku merasa tak asing dengan plat nomor taxi ini." Kata Denzel yang kemudian tampak berpikir keras.

"Hugo! Itu taxi yang Hugo gunakan untuk bekerja!" Kata Aaron yang juga menyadari jika plat nomor itu tampak tak asing baginya.

Continue Reading

You'll Also Like

208K 5.8K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
1M 32.7K 200
[ Selesai ] quotes overdosa Cuma sekedar kata-kata, tapi artinya cukup buat kamu tersindir. Rank. #14 dalam poetry. [ 11 mei 2018 ] #12 dalam poetry...
3.8K 618 55
Hidup bukanlah perkara yang mudah untuk di jalani oleh sebagian orang.Salah satunya,Valeria Chloe Etherlyn. Gadis toxic yang hidupnya sudah hancur se...
563K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...