Tentang Jayyida

By muti3536

138 33 68

Jayyida sangat menyukai sekolah. Tapi ia harus berhenti sekolah karena masalah keluarganya. Namun, Sekolah me... More

Bab 1 Ini Jayyida
Bab 2 Nilai 100
Bab 3 Aku Akan Berhenti Sekolah
Bab 4 Cahaya Kelabu
Bab 5 Cahaya Terang
Bab 6 Mencari Cahaya
Bab 7 Mendekati Cahaya
Bab 8 Menyusuri Cahaya
Bab 9 Cahaya yang Hilang

Bab 10 Jayyida Kenapa?

9 1 1
By muti3536

            "Ngos-ngossan begitu dari mana, sih, Ri? Jayyida terheran melihat Sari memburu napas. Ia baru melihat sahabatnya sejak semalam. Saat subuh pun ia tak melihatnya ikut berjamaah di majelis.

"Aku bangun kesiangan, Ay. Jam setengah 7 baru bangun. Asli. Panik banget, aku." Sari membetulkan kerudungnya yang berubah meleyot karena tamparan angin saat berlari.

"Enggak jamaah Subuh?" Jayyida membantu Sari merapikah kerudungnya. Ia pula keringat tipis yang keluar dari pori-pori kulit dahinya.

"Aku lagi enggak solat. Si bulan datang tadi malam pas mau tidur. Jadi keenakan, deh. PR juga belum aku kerjain. Masih ada waktu, kan?" Sari panic.

"Masih. Bahasa Indonesia di jam ketiga. Rapi," ucap Jayyida.

"Ah, Thank you. Aku enggak bisa rapiin sendiri. Lihat, tanganku penuh." Sari mengangkat kedua tangannya di depan Jayyida. Tangan kiri memegnag tumbler dan tangan kanannya menenteng buku paket Bahasa Indonesia. "Hampir aja buku ini ketinggalan. Fiuh!"

"Hectic banget." Jayyida kembali duduk di kursi yang dibawanya dari dalam kelas. Udara pagi terlalu sayang untuk dilewatkan.

Para siswa mulai berdatangan memenuhi sekolah. Pukul 7.10 akan segera datang dan itu artinya kelas tak lama lagi dimulai. Jayyida selalu menjadi pengamat gerakan sekolah mulai pagi hari sampai saat pulang. Duduk di depan kelas sambil memandangi tingkah laku siswa Fatihah menjadi kebiasaannya. Ia tak bisa bercengkerama berisik seperti yang lain.

"Cobain, Ay, aku bawa the panas. Enggak sempat sarapan di asrama jadi aku minta dibuatin teh manis sama Mbok Uti." Sari menyodorkan tumbler-nya pada Jayyida.

Jayyida langsung menerimanya karena kebetulan ia ingin minum.

"Ay!" seru Sari. "Itu teh panas banget." Kedua mata sari membelalak melihat Jayyida begitu saja meminum teh panasnya. "Coba buka mulutnya. Lidahmu pasti kebakar itu." Sari menyentuh bibir Jayyida, memaksa sahabatnya membuka mulut.

Jayyida terpaku. Teh itu masuk dengan lancer melewati lidah dan tenggorokannya. Ia tidak sadar telah meminumnya di depan Sari.

"Aku enggak apa-apa." Jayyida membuka mulutnya lebar. "Jangan panik. Berisik." Ia segera melarikan diri ke dalam kelas.

"Rud, kamu lihat dia minum the panasku begitu aja, kan?" tanya Sari pada Rudi yang baru sampai.

Rudi dan Syafi menghentikan langkahnya. Dahinya berkerut. Mereka melihat Jayyida minum dari botol air itu. Tapi mereka tidak tahu kalau di dalamnya air panas.

"Udah dingin kali tehnya," jawab Rudi cuek. Ia kemudian melengos begitu saja.

"Kamu pikir dia Wonder Woman, minum teh panas," celetuk Syafi.

Sementara Sari masih terpana sendirian. Dihidunya lagi si botol air, masi mengepul uap teh panas itu.

***

"We are going to learn about Narative text." Miss Indah siap dengan materi pelajaran Bahasa Inggris pada jam kedua. Bahasa yang digunakan ketika belajar ada bilingual, dua bahasa. Jadi, siswa di kelas akan mudah memahami meskipun pengantar utamanya menggunakan Bahasa Inggris. "Hari ini kita akan belajar tentang Narative teks. What is Narative text?"

"Narrative text adalah cerita non fiksi yang bisa berbentuk dongeng, mitos, cerita rakyat, cerita binatang, dan lain sebagainya. Narrative text lebih bersifat cerita khayalan. The purpose of narrative text is giving people entertainment or amuzing people. Tujuannya adalah untuk menghibur orang dengan cerita."

"Contoh Narative teks apa, bu?" tanya Sifa.

"Anyone knows? Ada yang tahu? Boleh sebutkan." Miss Indah memberikan kesempatan siswa menjawab.

Suara siswa mulai riuh memberikan jawaban. Hampir setengah siswa di kelas menjawab pertanyaan Sifa. Setengahnya lagi hanya diam memperhatikan, termasuk Jayyida.

"Snow White, Cinderella, Kancil dan Buaya, Bawang Merah Bawang putih." Segala macam judul cerita disebutkan hingga Miss Indah tersenyum dengan kegaduhan ini.

"Upin Ipin!" Teriak Syafi. Ia menggaruk kupingnya.

Semua terdiam akhirnya dan menoleh padanya.

Dua bola mata Syafi bergerak. Ia kikuk ditatap teman-teman sekelasnya. "Upin Ipin, bener, kan, bu? Kak rulisan karangan tujuannya buat menghibur.

"Upin Ipin itu film kartun, Syaf," tepis Syafira. "Ngaco."

"Secara story, Upin-Ipin itu Narasi, but it is different types of narrative." Miss Indah tersenyum pada Syafi. Ia tahu Syafi asal menjawab.

"Jayyida, tell me in English the example of Narative text," pinta Miss Indah. "Kamu diam saja sejak tadi."

Jayyida gelagapan. Ia memang terus terdiam sejak tadi, tidak seperti teman-temannya yang aktif belajar.

"Sama seperti yang telah disebutkan,.."

"In English, Please!" potong Miss Indah.

"As what my friends have mentioned. Ciderella, Snow white, Malin Kundang, The legend of Lake Toba, The Cat and The Rat, and the rest," jawab Jayyida dengan perlahan. Ia terlalu malu untuk menjawab sebenarnya. Tapi, karena permintaan guru, mau tidak mau ia harus memenuhi perintah.

"Wah, nice." Rudi bertepuk tangan sendirian hingga membuatnya malu.

"Thank you, Jayyida." Miss Indah kebali ke hadapan papan tulis. "Bagaimana Sifa? Sudah tahu?"

Sifa mengangguk.

Miss Indah melanjutkan pembahasan selanjutnya

There are four structures of Narative text. Orientation, complication, resolution, dan reorientation.

Orientation is about who, when, dan where. Who, siapa tokoh dalam cerita tersebut. When, latar waktu. Terakhir, where, dimana tempat yang melatar belakangi cerita. Orientation is always written in the first paragraph.

Pelajaran Bahasa Inggris bergulir dengan baik dan terasa hidup, karena Miss Indah tidak membiarkan dirinya ceramah sendirian, tapi melibatkan para siswanya. Namun, tak biasanya Jayyida begitu berat membuka kedua matanya. Pasukan kantuk menyerangnya. Berkali-kali Sari membangunkannya, tapi kantuk tak bisa pergi. Tidak hanya Sari, Syafi pun ikut membuatnya terjaga dengan menggoyangkan kaki meja dengan kakinya.

"Ya Allah, ngantuk banget hari ini," gumamnya. Ia mencoba untuk membuka lebar mata dengan tangannya, tapi sulit dilakukan. Tiba-tiba ia berdiri dan mengangkat tangannya," I'm so sorry, Miss. I need to go rest room. May I"

"Please."

Syafi penasaran dengan kantuk Jayyida yang belum pernah dilihatnya. Ia menanyakan pada Sari dengan Isyarat. Sari tidak bisa menjawab, ia hanya membalas dengan isyarat tidur.

***

"Kantin, yuk," ajak Sari begitu Jayyida sampai di bangkunya.

"Lama banget, Ay di toilet. Kamu tidur?" tanya Rudi. Ia heran, Jayyida tak pernah melewatkan kelas.

"Ia," jawab Jayyida singkat.

"Mandi kali," tepis Syafi. "Liat aja, muka basah begitu. Dikeringin kek, pake apa gitu. Becek begitu tuh muka."

Jayyida selalu malas meladeni ocehan Syafi. Entah kenapa anak itu selalu menyebalkan jika berbicara kepadanya. Terkadang ia merasa sedih dengan kalimat ketus Syafi untuknya. Lebih baik Syafi tidak berbicara sama sekali padanya, dari pada disinisin seperti ini. Namun, ia lebih banyak memilih untuk tidak peduli pada ledekannya, sinisannya, atau lainnya. Seperti saat ini, ia tak menyahuti ucapan Syafi dan langsung duduk di bangkunya.

Sebenarnya Jayyida bukan orang judes, seperti tanggapanya pada kalimat Syafi. Namun karena Syafi terus memprovokasinya dengan kata-kata pedas dan jahil kepadanya, Jayyida tidak bisa hanya diam terus menyahuti. Ia tidak mau menjadi objek bulan-bulanan Syafi.

"Ay, ayo ke kantin." Sari menarik tangan Jayyida. "Aku laper, dari pagi belum sarapan."

"Kamu aja, ya," tolak Jayyida. "Tadi ketinggalan banyak materi Bahasa Inggris. Aku pinjam catatanmu, ya?" Jayyida meraih buku Sari.

Sari manyun menunjukkan kekecewaannya. Jayyida selalu tidak mau jika diajak ke kantin. Belum pernah sama sekali. Setiap istirahat, ia hanya melihat Jayyida di kelas atau pergi ke perpustakaan. Satu lagi, belakang sekolah. Tapi, Sari tidak bisa memaksa banyak.

"Oh, ya. Lidahmu baik-baik saja? Sakit? Kebakar, kah?" Sari baru ingat pasal the panasnya.

Jayyida terkejut, Sari masih ingat teh yang diminumnya tadi pagi.

"Aku enggak apa-apa. Enggak usah dipikirin. Itu cuma teh, buka timah." Jayyida mendorong Sari agar segera pergi. Ia takut Sari bertanya banyak tentang lidahnya. Lidahnya baik-baik saja. Dan itu akan terlihat aneh bagi Sari.

"Dasar aneh," celetuk Syafi sambil berlalu meninggalkan kelas.

***

"Aku yakin teh itu panas banget. Masa dia enggak ngerasa sakit sama sekali," gumam Sari. Ia tak bisa berhenti memikirkannya. "Ah, aku berlebihan lagi. Mungkin memang udah gak panas tehnya." Sari membuang pikiran jauhnya. Toh, sahabatnya keukeuh mengatakan tidak apa-apa.

"Kenapa temenmu?" Syafi menyejajarkan langkahnya di samping Sari.

"Ayi?" tanya Sari. Ia sedikit mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah Syafi yang begitu jauh.

"Siapa lagi? Emang temen lo ada yang lain?"

"Kenapa sih kamu? Bete banget mukanya. Biasanya bad boy mode on songong." Ia melihat raut wajah Syafi yang tak biasa juga.

"Jawab dulu pertanyaan gue." Syafi tidak mungkin menjawab kenapa ia masih merasa tidak baik-baik saja. Sampai-sampai bola yang ditawarkan Rudi dan teman lain pun tak tampak menarik. Ia masih kesal pada ibunya.

"Jayyida udah mulai sibuk sekarang. Dia masuk kelas tahfidz dan mulai hapalannya gitu. Semalem aja dia selesai jam 11 sama Ustadzah Maula. Kasihan Jayyida," ungkap Sari.

"Bagus dong," sahut Syafi. Ia berjalan sendirian begitu saja tanpa menghiraukan Sari yang telah bercerita dengan sendu.

"Dasar Sapi Keriting," umpat Sari. "Ngapain jalan bareng kalau mau ditinggalin begini."

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...
915K 64.2K 63
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.8M 195K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
686K 20K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...