Waiting for You || Hyouka (Or...

By Mizuraaaa

49.8K 7.6K 3.6K

Menjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku me... More

Note
END
(A/N)
Author's Side
(Y/n)'s Side (bagian 1)
(Y/n)'s Side (bagian 2)
(Y/n)'s Side (bagian 3)
Oreki's Side (bagian 1)
Oreki's Side (bagian 2)
Oreki's Side (bagian 3)
Fukube's Side (bagian 1)
Fukube's Side (bagian 2)
Fukube's Side (bagian 3)
Waiting for You
After All
After All (2)
After All (last)
Credit Story + Promotion

383 78 54
By Mizuraaaa

Note: Author mengambil latar Takayama, Jepang, untuk cerita ini, tetapi di sini author menambahkan lirik lagu yang berbahasa Indonesia (beberapa bahasa Inggris), anggap saja sebagai backsound, hehe. Kalian gak perlu baca sambil dengerin lagunya, cukup baca liriknya, pahami kalimatnya. Sekian, terima kasih.

***

"Fukube-kun! Ayo cepat, nanti terlambat!"

"Ck, apa sih? Masih pagi tau ini! Jangan ajak lari-lari!"

Di belakang, Fukube memutar bola mata malas, tidak biasanya (Y/n) berangkat pagi-pagi begini, pasti ada apa-apa. Sementara gadis yang kini di depan seraya menarik tangannya hanya cekikikan tidak jelas, malah jengkel mendengarnya.

"Aku tidak sabar menemui teman-temanku, Fukube-kun." (Y/n) menjawab sembari menoleh sejenak, menunjukkan senyum berseri-seri yang nyata pada wajahnya.

Selama ini ribuan hari ku dekat denganmu

"Fukube-kun, ayo cepat, nanti aku terlambat di hari pertamaku!"

Tanpa rasa bersalah, laki-laki di belakang malah menguap lebar, bahkan mengeluarkan cairan di sudut matanya. "(Y/n)-chan, jangan lari, aku masih ngantuk." ia menggosok mata ketika mulai merasakan gatal yang menjalar.

"Ish! Kamu mau latihan jadi mayat, apa?!" ejek sang gadis kecil, yang nyatanya tak diindahkan sama sekali oleh lawan bicaranya.

Mereka melanjutkan laju larinya, terus dipercepat ketika waktu kian berlalu. Hingga pada akhirnya, salah satu yang berada di depan menghentikan langkah, seketika merasa kakinya lemas tiada tara.

"F-Fukube-kun ...." suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca, hingga kemudian,

"UAAAAHHHHH GERBANGNYA UDAH DI TUTUP!! HUAAAAA!!!!"

Anak laki-laki di sampingnya panik luar biasa. Tangisan gadis itu teramat keras, bahkan mungkin bisa membuat telinganya tuli. Tetapi dengan kepeduliannya, ia memaksakan diri mendekat, lalu menepuk-nepuk kepala sang gadis.

"Cup cup, (Y/n)-chan jangan nangis." ia berusaha menenangkan. "Gapapa, Bibi Akita gak akan marah, jangan nangis."

Gadis itu menatap balik sahabatnya yang sudah ia kenal dari kecil. Wajahnya memerah karena diusap kasar menggunakan tangan, sementara ingus dan air matanya tercampur sudah.

"T-tapi, ini hari pertama aku masuk SD baru! Kalau mereka jadi gak suka sama aku karena aku terlambat gimana? HUAAA!!"

Tangisannya yang kian mengeras membuat laki-laki itu semakin bingung. Dia sendiri masih kecil, dan juga bukan hanya gadis itu yang terlambat, tapi dia juga. Tak tau lagi harus melakukan apa, ia pun membuka tangan lebar, dengan segera memeluk sahabatnya erat.

"Jangan nangis! Aku ada di sini!"

"Fukube-kun! Ngapain ngelamun?"

Matanya berkedip cepat, seketika menyadari situasi saat ini. Di mana kakinya masih berlari, dan tangannya tertarik erat, dengan pemandangan cantik di hadapannya. "Eh? (Y/n)-chan?"

Kini mata merotasi malas, diiringi dengusan menandakan tidak suka. "Kau tadi ngapain ngelamun?!"

"Ehehe, gapapa, cuma tiba-tiba keinget pas (Y/n)-chan baru pindah ke kota ini." Fukube menggaruk kepalanya ragu, walau tak ada yang terasa gatal di sana. Memiringkan kepala, raut wajah bingung terpasang, ia menautkan kedua alis.

"Jangan ngelamun, ah! Kalau kemasukan aku juga yang repot!"

"Idihh!"

Lewati berbagai hal ku ada di sisi mu

"Hahhh, hahhh, capekkk." gadis itu membungkuk lelah, membiarkan paru-parunya terisi penuh oleh oksigen, ketika kaki rehat sejenak setelah sampai di gerbang depan.

"Suruh siapa lari-lari!" ketus Fukube, yang sama-sama ikut capek karena ditarik.

"Ga ada yang nyuruh!" timpal (Y/n) lebih ketus.

(Y/n) kembali menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan tersimpan di pinggang. Wajahnya bercucuran keringat, sedang nafasnya masih terengah-engah. Di saat yang bersamaan, matanya menangkap sesuatu, yang  seketika memaku pandangannya.

Mematung di tempat, diri yang diam membuat seseorang di samping menyadarinya. Fukube mengikuti arah pandang sahabatnya, hingga menemukan seseorang yang dimaksud. Tatapan matanya, seketika meredup.

(Y/n) terperanjat saat pinggangnya disenggol oleh siku seseorang, dengan itu menolehkan kepala. "Samperin, gih." Fukube memberi saran, menggerakkan dagunya ke depan.

Gadis itu terdiam sejenak, hingga akhirnya timbul binar pada mata. Mengangguk kuat, ia pun segera menjawab. "Okey!!" ujarnya antusias, langsung berlari menuju laki-laki yang dimaksud keduanya.

Tanpa kau tahu perasaan ku padamu

Dalam diamnya ia memandangi (Y/n) yang mulai menjauh dari raga, pula semakin jauh dalam hal rasa. Tidak, bukan semakin jauh. Sedari dulu memang sudah jauh, bukan? Fukube tertawa dalam hati.

Ia dapat melihat sahabatnya berbincang dengan wajah yang teramat cerah, aura kebahagiaannya tersebar kemana-mana. Menarik sudut bibir tipis, setidaknya ada sisi baik dari hal ini, tidak masalah, bukan?

Sendiri ku berharap

"Sudahlah."

Memberi kasih walau tak kembali

.
.
.

I maybe not yours and you're not mine

Diri tengah menikmati makanan dengan santai, begitu membosankan, meski tak terlalu karena sahabatnya masih ada di samping, dengan segala ocehan bodohnya di saat mulut tengah penuh.

Diantara renungan yang panjang, matanya mendapati sesuatu, yang secara reflek membuat sebelah tangannya terangkat. "Oreki! Sini!" ajaknya ceria.

Oreki dapat mendengar suara yang tak asing itu, lantas menemukan Fukube dari sekian banyak murid yang berkerumun di kantin sekolah. Ia menghampiri meja keduanya duduk, lalu ikut bergabung.

But I'll be there for you when you need me

Namun, ketika laki-laki bermanik hijau itu duduk, di saat yang sama Fukube bangkit dari kursi.

"Loh? Kau udah selesai?" tanya Oreki bingung.

It is only me

Fukube mengangguk, lalu melenggang pergi seraya mengibaskan tangan santai. "Aku udah beres, duluan ya~! Masih ada urusan." senyum hangat datang bersamaan dengan kalimat pamit itu, Fukube masih menatap kedua temannya yang tampak bingung.

Ketika Oreki sudah tak mengindahkan, Fukube cepat-cepat mengangkat jempolnya, mengedipkan sebelah mata pada gadis yang kini melebarkan netra.

Believe me girl it's only me

"Semangat!" ucapnya melalui gerak bibir, bibir yang sama yang mengulas senyum lebar.

Yeah it's only me

.
.
.

I will always be the one who pull you up

"(Y/n)-chan! Bawa jaket, gak?"

Pertanyaan laki-laki itu membuat (Y/n) mengernyitkan alis, tetapi tak ada pilihan lain selain menjawabnya. "Bawa, kenapa?" tanyanya balik.

"Sini sini! Kasihin ke aku!"

Perintah Fukube ditanggapi bulatan mata dan mulut oleh sahabatnya. Apa-apaan? Kenapa tiba-tiba sekali? "Gak! Mau apa, sih? Aku masih butuh jaketnya, tau!" ucap gadis itu keras kepala, memeluk tas yang tersimpan jaket di dalamnya

"Cepet kasihin aja!"

"Eh eh! Woi!"

When everybody push you down

"Dingin." ia mengeratkan pelukan pada diri sendiri, menatap langit yang mulai abu, cuaca yang sungguh tak menentu. Ingin maju tetapi ragu, bagaimana jika hujan mengguyurnya di tengah jalan? Terlebih, rasa dingin ini terlalu hebat, seakan menusuk tulang belulangnya.

Netra melebar dengan cepat, ketika sebuah gerakan lembut menghadiri pundaknya. Menolehkan kepala, dalam seketika hangat menyapa, ketika sebuah jaket telah tersampir pada punggung, mencegah angin mengganggu.

"Oreki-san?"

Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, lantas menjawab, "Biar gak dingin."

And it's only me

Di sudut bangunan, tak jauh dari tempat kedua orang itu berada, seseorang bersandar pada dinding dengan wajah datar. Tak lama kedua tangannya terangkat, mulai menyilang depan dada, dengan senyum yang tercipta tipis.

Angin pun, menerbangkan surai coklatnya.

Believe me girl it's only me

"Kau tadi sempat ke kelasku, ya? Maaf, tadi aku harus ke ruang guru sebentar," sesalnya seraya membuang wajah, tak sanggup menahan raut wajahnya. "Kalau gitu," lanjutnya, kembali menatap sang gadis. "Aku anter pulang, ya?"

Yeah it's only me

.
.
.

Sekali pun kau tak pernah perdulikan rasa ku

"Bukan, kita kan pacar."

"Heh? Sejak kapan kau mengerti soal cinta cintaan?"

"Ibu bersedia, kan, memiliki menantu seperti (Y/n)-chan?"

"Pffttt, kau ini tak pandai melawak, Fukube-kun."

"Aku mencintainya! Aku sangat mencintainya, puas?!!"

"Jangan tidur terlalu larut, ya."

"Iya, maling yang mencuri hatimu."

"Jiahhh, jago gombal ternyata, hahahaha!"

"Kau tidak sendiri, aku selalu di sampingmu."

"Aku menyukai Oreki-san."

"Fukube-kun!"

Ku takkan acuhkan dirimu

"Eh?" diri seakan tersadar, seketika mengedipkan mata beberapa kali. Terlihat di hadapannya, (Y/n) tengah menggerutu sebal karena dirinya tak mendengar cerita gadis itu. "Ehehe, maaf, pelajaran tadi cukup sulit, aku jadi memikirkannya berlebihan." ia menggaruk kepala belakang canggung.

(Y/n) menghela nafas lelah, tetapi setelahnya kembali bersemangat setelah mengingat sesuatu. "Oh! Iya iya! Bagian ini gila banget, KYAAA! Masa sih, tadi Oreki-san ...blablabla."

Fukube tak memiliki pilihan lain selain memperhatikan. Ocehan penuh suka cita yang bukan hanya seakan merusak telinganya, tetapi juga menghancurkan jiwa yang berada dalam diri. Namun, satu yang pasti, senyumannya tak luntur.

"(Y/n)-chan kayaknya bahagia banget, ya?"

Gadis itu menolehkan, menatap Fukube dalam diam untuk sementara, sampai bibirnya mencipta lengkungan apik, dengan rona tipis yang mulai mendominasi.

Tapi kuharap suatu saat nanti kau tahu

"Banget!!"

Sendiri ku berharap

Fukube tersenyum lembut, lantas menopang kepalanya. "Aku juga ikut seneng, kalau kau seneng."

Memberi kasih walau tak kembali

.
.
.

I maybe not yours and you're not mine

"Oreki-san, halo!"

Kepalanya menjulur dari luar pintu, menunjukkan hanya sebagian tubuh dan rambutnya yang terurai panjang. Diantara semua murid yang tengah membereskan barang-barangnya, entah mengapa ia bisa menemukan, satu-satunya orang yang memikat mata.

Gadis itu mulai menunjukkan seluruh tubuhnya, lalu melambaikan tangan di udara. "Hai! Ayo pulang bersama!"

Sesaat wajahnya memerah tipis, ketika melihat Oreki membalas senyumannya secara singkat. Namun, tak lama setelah itu, bahunya tiba-tiba memberat, dan ia menyadari tangan seseorang mendarat di atasnya.

But I'll be there for you when you need me

"Wah, (Y/n)-chan akhir-akhir ini sering ke kelas Oreki, ya!" ungkapnya seraya merangkul pundak akrab.

Dadanya berdegup kencang, rasa takutnya terpancing begitu saja. Menoleh ke samping, ia mendapati senyuman lebar Chitanda dengan manik ungu lebarnya menatap cerah. Namun, entah mengapa, senyuman itu menyeramkan.

Dan kini, jantungnya serasa nyaris meledak ketika terdengar bisikan-bisikan di telinga. (Y/n) tidak tuli, apalagi tipikal gadis penggosip yang suka berbisik dengan volume besar, itu sungguh terdengar jelas di kepalanya.

"Y-yah, aku mencoba mengakrabkan diri." gadis itu menjawab gugup dengan kepala yang menunduk, mencoba tak menghiraukan bisikan-bisikan itu, sementara Chitanda menanggapi dengan anggukan.

'Tidak, tidak! Aku berencana memiliki banyak teman! Jangan berburuk sangka!' teriak (Y/n) dalam hati, sudah bertekad menghilangkan sifatnya yang mudah membenci orang.

"Kalau begitu, kita pulang bertiga, ya?" tanya Chitanda, menatap (Y/n) penuh harap. "Tentu saja! Tidak masalah."

Setelah menyetujui hal itu, (Y/n) segera memalingkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang menggelap. 'Gagal pulang berdua, deh,' keluhnya lesu dalam hati.

It is only me

Ketiganya berjalan beriringan menuju area luar sekolah. Tampak jelas dari wajah dan aura yang dikeluarkan, hanya satu orang yang menikmati perjalanan ini, sedang yang dua tidak terlalu.

"Ayo ayo! Kita pulang, aku juga tidak sabar menceritakan banyak hal!" seru Chitanda tanpa diminta.

(Y/n) hanya terkekeh kikuk dengan bulir keringat menetes di pelipisnya, merasa sedikit, terganggu.

"Chitanda!!"

Mereka bertiga terkesiap rendah mendengar panggilan dengan suara keras itu. Menoleh tak seirama, akhirnya mereka mengetahui siapa pelakunya, laki-laki itu berlari menghampiri dengan tangan melambai lebar.

Sampai diantara ketiganya, Fukube segera menyapa singkat, lalu memfokuskan perhatiannya pada satu orang. "Chitanda! Bisa ikut aku sebentar? Aku ada urusan denganmu."

Chitanda tampak bingung dan gelagapan. Menunjuk dirinya sendiri, lalu menatap teman-teman di sampingnya. "A-aku?" tanyanya meyakinkan. Fukube mengangguk, tetapi dapat terlihat Chitanda tidak menyukai jawaban itu, sehingga ia mencoba meminta bantuan.

"Tapi aku harus pulang, dan, urusan apa yang kita miliki? Nanti saja, ya? Atau kita bicarakan sambil pulang saja! Oh, ini pasti tentang ekskul, kan? Berarti Oreki juga perlu tahu! Oreki, ayo kita bicarakan!"

Chitanda menarik tangan Oreki, tak peduli akan raut wajahnya yang terlihat tidak nyaman. Terus memaksa, ia seakan tidak ingin berpisah dengan laki-laki itu, tetapi Fukube dengan sigap memisahkan.

"Hei, ayolah! Aku tidak memiliki urusan dengan Oreki. Chitanda, ayo, aku hanya ingin membicarakan beberapa hal, sebentar saja."

"Tapi tapi—" protesan Chitanda tak diindahkan. Fukube segera merangkul bahunya, dan menarik gadis itu untuk menjauh. Sempat menahan langkah, Fukube tetap memaksa dengan keras kepala, hingga akhirnya menurut saja.

Sebelum benar-benar pergi, Fukube menyempatkan diri menggerakkan kepala ke belakang. Dengan tangannya yang bebas, ia membentuk 'OK' pada jarinya, lalu mencetak senyum lebar pada bibir.

Believe me girl it's only me

"Nikmati waktu kalian!" bisik Fukube, tak membiarkan Chitanda mendengarnya.

Yeah it's only me

.
.
.

I will always be the one who pull you up

"Sudahlah, (Y/n)-chan, jangan dengarkan kata mereka."

Fukube sibuk memeluk gadis yang kini terisak hebat. Air matanya mengalir deras, sedang bahu bergetar kuat, ia tak bisa menahan dirinya sendiri. "Fukube-kun, yang aku takutkan selama ini terjadi, bagaimana ini? Aku takut."

Masih mengusap kepalanya lembut, Fukube mencoba menenangkan, setidaknya sampai pikiran gadis itu jernih. Karena traumanya juga terhadap masa yang lalu, wajar jika (Y/n) teramat sensitif dengan ini.

"Tak apa, mereka hanya iri padamu, kau itu lebih baik dari mereka, percayalah."

When everybody push you down

"Eh, itu cewek dari kelas sebelah, ya? Sering banget ke sini deh."

"Itu loh, ketemu Oreki. Ngomong-ngomong, gatel banget, ya? Masa nyamperin cowok, sih? Apa gak punya harga diri?"

"Iya sih, kalau aku malu, mendingan nungguin ternotice aja."

"Oreki lumayan ganteng deh, kayaknya sayang banget kalau sama cewek itu yang biasa aja. Ya kan? Ya kan?"

"Iya tuh, muka standar aja belagu."

"Masa sih? Tapi perasaan cewek itu lumayan cantik, deh."

"Yah, percuma cantik kalau ngejar-ngejar cowok, gatel!"

And it's only me

"Hey hey, (Y/n)-chan." Fukube yang mulai lelah mengangkat kepala gadis itu, memangku wajahnya. "Jangan.dengarkan.mereka. Mereka itu cuma ucapin omong kosong, tau. Kamu cantik, kok!"

Netra (e/c) itu berkedip beberapa kali, membersihkannya dari air mata. "Beneran?"

"He'em." Fukube mengangguk-anggukkan kepala cepat. Namun, tampaknya hal itu tak cukup membuat (Y/n) lega. Ia memalingkan wajahnya, menatap kedua kaki yang saling menaut, bergetar takut.

"Tapi bagaimana jika Oreki-san juga berfikiran seperti itu?" suaranya tertahan, tak kuasa akan tangis yang memaksa meloloskan diri. "Aku, aku benar-benar gadis yang konyol."

"Tidak."

Jawaban tegas Fukube membuat (Y/n) tersentak, seketika balas menatap laki-laki yang kini memandangnya dalam.

Believe me girl it's only me

"Oreki tidak mungkin berfikir begitu tentangmu."

Yeah it's only me

"Yo! Oreki, kau tau tentang gosip yang beredar di kelasmu? Ck, sekali-sekali dengarkanlah! Aku bukan mau bergosip, tapi orang yang terlibat gosip itu sahabatku sendiri. Yah, kau tau siapa, kan? Terserah kau mau menanggapi seperti apa, tapi kau tidak mungkin diam saja, kan?"

Pesan terkirim.

.
.
.

Langkahnya tiba-tiba terhenti oleh sendirinya. Terdiam, di salah satu lorong sekolah, entah mengapa ia tak kunjung beranjak. Atau, ia sadar ada sesuatu?

Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, terdapat tangga, yang mana saat ia melangkah, ia dapat melihat sesuatu di anak tangga teratas.

Aku memang bukan

Oreki dan (Y/n)

Rasa yang kau mau

Senyumnya terbit dengan halus. Ia tetap pada posisi, memandangi insan yang saling berhadapan, walau tak dapat dipungkiri hati hancur berantakan. Meski begitu, beberapa hal membuat perasaannya tenang.

Oreki tampak mengacak surai coklat (Y/n) gemas, yang menyebabkan pemiliknya terkekeh geli atas perbuatan itu. Perbincangan hangat, yang ditemani senyum tulus, dan binar cerah. Sungguh indah,

Bagi beberapa orang.

Dan dalam detik berikutnya, gadis itu sudah berada dalam pelukan Oreki. Tampak nyaman, dan menikmati semuanya.

"Eh?!"

Namun ku kan slalu ada

Laki-laki itu tersentak hebat, ketika dirinya menyadari ada hal yang salah. Sesuatu berbentuk cairan mengalir melewati wajahnya, hingga berakhir mengumpul pada ujung dagu, kemudian terjun bebas.

Mengusap pipi pelan, ia menatap tangannya yang menjadi basah, seketika meremat dada. "Ini apa?"

Untukmu

.
.
.

I maybe not yours and you're not mine

"Hey! Kalian berdua!"

Langkah keduanya harus terhenti, ketika suara panggilan mengharuskan mereka membalikkan badan. Mendapati Fukube yang berjalan menghampiri, dua pasang alis tampak mengernyit, mempertanyakan tentang urusannya.

"Liat deh," jeda Fukube, merogoh saku celananya. "Tadaaa!!" ia mengeluarkan dua buah benda kecil, tampak tipis dengan gambar dan tulisan di dalamnya. Itu adalah tiket.

"Tadi aku beli ini, rencananya mau nonton sama temen aku." raut wajahnya Fukube terlihat berubah, sekaligus menghela nafas pasrah. "Sayangnya, tiba-tiba aku ada agenda dengan Ayah, jadi tiket ini tidak terpakai."

"Daripada terbuang cuma-cuma, aku berikan saja pada kalian. Temanku tidak mau menontonnya jika sendirian, jadi ia memberikan tiketnya, lagipula ini memakai uangku karena rencananya aku mau mentraktir dia."

Oreki dan (Y/n) bertatapan sejenak, lalu bergulir pada Fukube yang masih setia menunggu jawaban. "Gak deh, lagian aku malas kalau harus nonton." Oreki menjawab sembari menghela nafas.

"Ish, daripada kebuang, sekali-sekali, kek! Jangan males mulu!" ujar Fukube sedikit memaksa.

Kedua temannya itu kembali bertatapan, berfikir sejenak, pada akhirnya (Y/n) mengambil tiket tersebut duluan. Oreki terlihat tidak mau menerimanya, jadi gadis itu harus segera bertindak. "Terima kasih banyak, Fukube-kun." (Y/n) berseru penuh suka.

Fukube hanya mengangguk senang, tanpa menyadari, dua buah tangan siap menepuk bahunya.

But I'll be there for you when you need me

"Hey!" pekikannya membuat mereka selain Oreki terkejut, seketika menatap sang pelaku yang sekarang cekikikan tanpa dosa. "Wah? Apa ini? Kalian mau menonton? Tidak seru sekali, kenapa tidak ajak aku? Aku mau ikut!" serunya semangat.

"Anu, tapi Chitanda-san, tiketnya hanya ada dua." (Y/n) menjelaskan seraya mengusap tengkuk, merasa tidak enak.

"Tak apa! Aku akan membelinya sendiri!"

"Tidak!! Jangan!"

Pekikan heboh Fukube membuatnya seketika jadi pusat perhatian. Merasa malu, ia pun meminta maaf pada orang-orang, lalu menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Kembali menatap Chitanda, ia melanjutkan dengan gelagapan.

"I-itu loh, ini soalnya tiket VIP, j-jadi percuma nantinya beda."

Diam-diam (Y/n) menepuk dahi kasar, seraya memalingkan wajah. Memang tidak main-main Fukube ini, dia harus bersyukur punya teman Sultan sepertinya, segala hal bisa diatasi dengan mudah.

"Fukube-san, apa kau pikir aku tidak mampu membelinya dengan uangku sendiri?" sebelah alisnya teringat tinggi, sedikit tidak suka karena merasa direndahkan.

"Aih! Bukan gitu!" panik Fukube, kembali heboh mencoba mencari alasan. "T-tiketnya udah habis! Itu aja tiket terakhir!"

Kedua mata Chitanda membulat sempurna, tampak tak percaya. "Hah? Masa sih?! Gak mungkin tiket nonton sampai abis gitu!" ujarnya masih keras kepala. "Sudahlah, aku yakin tiketnya masih ada. Maka dari itu, teman-teman, maaf ya, hari ini aku tidak bisa pulang bersama, aku mau cepat-cepat membeli tiketnya agar bisa nonton bersama kalian, sampai jumpa!!"

Setelah mengatakan itu, Chitanda langsung berlari dengan kecepatan cahaya, meninggalkan ketiga temannya yang tampak tidak habis pikir dengan kelakuan Chitanda.

Oreki menghela nafas, pasrah jika sudah menghadapi Chitanda. "Terserah dia saja lah. Oh iya, aku mau ke toilet dulu, ya, tolong tunggu." ia menatap (Y/n) lembut, lalu mendapat anggukan dari sang lawan bicara yang kini menyempatkan tersenyum manis.

It is only me

"Fukube-kun!!! Bagaimana ini?!"

Selepas Oreki pergi dari tempatnya berdiri, (Y/n) langsung menjejal Fukube dengan permintaan. Matanya tampak berkaca-kaca, sudah tidak tau lagi harus melakukan apa. "Bagaimana bagaimana bagaimana?! Masa sama Chitanda-san?!"

"Duh, aku juga bingung!" jawab Fukube tak kalah ngegas.

"AAA, gimana dong?" (Y/n) memegang kepalanya kuat, benar-benar frustasi dengan keadaan saat ini.

Tiba-tiba Fukube melebarkan matanya, lalu mengangkat sebelah tangan, memastikan (Y/n) berhenti mengoceh. "Tunggu, aku punya ide."

(Y/n) menatap bingung terhadap sahabatnya itu, apalagi saat Fukube mulai mengambil ponsel dan menjauh darinya, gadis itu hanya bisa diam seraya mengedipkan mata fokus.

Tak lama kemudian, Fukube kembali dengan senyum cerahnya, mengangkat tangan yang tengah menggenggam ponsel.

Believe me girl it's only me

"Selesai. Aku udah beli semua tiketnya, jadi Chitanda ga akan kebagian."

Penjelasan Fukube selanjutnya membuat mata (Y/n) melebar sempurna, selayaknya mulut yang membulat persis. Selanjutnya gadis itu mulai melompat-lomat girang, dengan teriakan histerisnya yang mengudara. "AAAAA! FUKUBE-KUN MEMANG YANG TERBAIK!!"

Yeah it's only me

.
.
.

I will always be the one who pull you up

Berjalan diantara keramaian, ia merasa tak terganggu dengan suara ricuh yang menerobos telinga. Kedua tangannya terbalut saku celana, sedang pendengaran tersumpal earphone tanpa lagu.

Kini, langkahnya terpaksa terhenti. Ia menyadari dirinya tengah berada di depan kelas Oreki, sebab apa yang ia lihat di depannya, adalah Oreki dan (Y/n) yang tengah berbincang ringan. Ia pun, tersenyum lembut.

Tiba-tiba alisnya mengernyit, ketika mendengar bisikan samar tak jauh dari tempatnya. Dengan cepat ia menarik earphone dari telinga, lalu mendengarkan jelas apa yang berisik itu.

Oh, para gadis penggosip ternyata.

Merasa diperhatikan dengan seksama, gadis yang berjumlah tidak banyak itu mulai menaruh perhatian pada Fukube. Fukube yang merasa berhasil menarik perhatian mulai menatap mereka tajam, yang seketika membuat para gadis kicep tak berkata-kata.

When everybody push you down

"Hei hei, kalian udah temenan sama (Y/n)-chan kan, ya?"

Kumpulan gadis yang tengah makan bersama di kelas seketika menoleh serempak, menatap teman sekelasnya. "Oh? Satoshi? Iya, ada apa memangnya?" Kana bertanya mewakili.

Fukube mendekat pada salah satu kursi, lalu menopang dagunya dengan siku yang bertumpu pada punggung kursi. "Gini nih, kalian tau? (Y/n)-chan digosipin sama anak-anak kelas sebelah."

"Hah? Masa?!" pekik Hotaru tidak percaya.

Fukube mengangguk kuat berusaha meyakinkan. "Serius! Karena aku laki-laki, aku tidak bisa ikut campur lebih jauh. Bisa aku minta tolong pada kalian?" ia memiringkan kepala, menunjukkan senyumannya yang begitu menawan.

"Wah wah? Apa ini? Baku hantam?" tanya Rin semangat, meninju telapak tangannya yang lain dengan api berkobar pada kedua mata.

"Asik! Baku hantam!!" seru Eri antusias.

"Serahkan pada kami, Satoshi!" ujar Akari meyakinkan, mengangguk seraya mengacungkan jempolnya.

Fukube hanya tergelak melihat semua itu, lalu bersiap untuk pergi. "Sip, aku serahkan pada kalian."

"Siap! Hahaha!"

And it's only me

"Duh, (Y/n)-chan, kok bisa jadi berdarah gitu sih lututnya?" tanya Fukube tidak habis pikir, menuntun gadis itu untuk berjalan dengan tangannya yang mengalung di leher Fukube sendiri.

"Ini, tadi aku kesandung kaki siswi lain, tapi dia langsung pergi saja." (Y/n) menghela nafas lelah, masih mencoba mengira-ngira siapa gadis tak bertanggung jawab itu. Yang ia ingat hanya rambut hitam pekat.

"Ckckck, dasar ceroboh," ejek Fukube, tak ditanggapi lebih oleh (Y/n).

Believe me girl it's only me

"Nah, duduk dulu." Fukube membantu sahabatnya duduk di ranjang UKS dengan perlahan, memastikan dirinya tak kesakitan.

Setelah usai, ia segera melenggang pergi, tak mempedulikan luka (Y/n) yang masih mengalirkan darah. "Oi! Mau kemana? Bantuin dulu obatin!" teriak (Y/n) terheran-heran, kenapa langsung pergi aja, coba?

Fukube menolehkan kepala. "Aku sibuk, sekali ini obatin sendiri aja. Duluan, ya, dahhh!" serunya, melambaikan tangan seraya berjalan menjauh dengan santai.

Yeah it's only me

Ketika resmi keluar dari ruang UKS, ia bersandar pada salah satu dinding, lalu mengeluarkan ponselnya. Setelah masuk ke salah satu aplikasi dan mengetikkan sesuatu, ia kemudian mengirimkannya dengan segera.

"Oreki, (Y/n)-chan ada di UKS, dia sedang terluka. Aku sibuk, bisa kau bantu?"

Melihat notifikasi terkirimnya pesan, senyum lembut timbul pada bibirnya. "Selesai sudah."

It's only me

Its only its only me
Yeah its only me

"Fukube-kun, ayo, aku ingin cepat-cepat pulang." ia menoleh ke belakang, menunjukkan senyumnya yang teramat lebar dengan sedikit kekehan geli.

Fukube hanya menghela nafas lelah, seiring matanya terpejam untuk sejenak. "Iya iya," balasnya pasrah, membiarkan tangan kanannya ditarik oleh gadis yang kini berada di depan.

Walau terlihat tidak peduli, Fukube senang, sangat malah. Apalagi sekarang (Y/n) jarang menghabiskan waktu dengannya, karena terlalu sibuk dengan misi mendekati Oreki. Fukube hanya tertawa, tak tau harus bahagia atau malah hancur.

"Eh?" matanya berkedip cepat, menyadari gadis itu menghentikan langkah di depan. "Kenapa, (Y/n)-chan?"

"Oreki-san."

Mendengar gumaman (Y/n), tatapan Fukube naik, hingga mendapati sosok Oreki bersandar pada salah satu dinding di lorong itu. Menyadari kedatangan keduanya, Oreki membuka mata yang sebelumnya tertutup, lalu berdiri tepat di hadapan mereka.

"Ah, ada Satoshi juga ternyata?" gumam Oreki, lalu menggulirkan permata hijaunya pada figur yang lebih rendah. "Shimizu-san, mau pulang bersama?" ajaknya, mengulas senyum kecil pada bibir.

Sejenak mata gadis itu berbinar cerah, hingga kemudian mencipta lengkungan apik pada garis bibir. "Tentu saja, Oreki-san!"

Fukube melebarkan mata. Seiring (Y/n) yang mulai berjalan menjauh, kedua tangan yang saling menggenggam mulai melonggar. Dadanya berdegup kencang, ia ingin mempertahankan, tetapi semuanya begitu rumit, teramat sulit.

Akhirnya, sampai pada titik di mana hanya tersisa dua jari yang saling bertaut, kemudian perlahan, gadis di hadapannya, melepas jalinan tersebut.

Fukube membeku, tatapannya tak beralih dari tangan yang telah kosong, menyisakan hampa yang teramat. Bahkan gadis yang telah menjauh tak dihiraukan, sebab dadanya sesak luar biasa.

Apa-apaan ini? Beberapa hari lalu, di saat ia masih bermain-main untuk mendekatkan Oreki dan (Y/n), semuanya baik-baik saja. Fukube tau betul ia melakukannya dengan tulus. Namun, kenapa harus sekarang? Semuanya seakan hancur berkeping-keping.

Bibirnya bergetar, sedang netra mulai berkaca-kaca. Masih menatapi tangan yang telah sepi, tanpa hangat yang menghadiri, ia bergumam pada diri,

"(Y/n)-chan, harus begini kah akhirnya?"

.
.
.
.
.
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚TBC˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Only me - Kaleb J

Continue Reading

You'll Also Like

35.7K 4.4K 45
Rival? Direbutin sama 4 orang secara diam diam, hmm menarik, berawal dari suka dengan diam diam kepadanya, saat menyukainya tiba tiba satu persatu ri...
198K 9.7K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
79.3K 13.7K 19
(FOLLOW DULU SEBELUM BACA!) Sederhananya ini kisah dari Kahfi dan juga Nafisha yang dipertemukan kembali setelah sekian lama terpisahkan. Dipertemua...
81.8K 13.1K 21
'Florista tadi cantik.' Mungkin, itu yang pertama kali Todoroki Shouto pikirkan saat melihatmu--(Full Name). [ T o d o r o k i x R e a d e r ] ╰| s...