4 Brother'z | TERBIT

By AriraLv

6.3M 578K 18.2K

"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga... More

Prolog
Cast
πŸŒ™γ…£1. Lun adalah Panggilannya
πŸŒ™γ…£2. Mereka yang Sama
πŸŒ™γ…£3. Sebuah Keputusan Besar
πŸŒ™γ…£4. Acaranya Datang!
πŸŒ™γ…£5. Datang Untuk Menjemput
πŸŒ™γ…£6. Kediaman yang Baru
πŸŒ™γ…£7. Hanya Panggilan Saja
πŸŒ™γ…£8. Aktivitas Baru Dimulai
πŸŒ™γ…£9. Perkenalan & Hilang
πŸŒ™γ…£10. Dia adalah Korban
πŸŒ™γ…£11. Dia yang Selalu Berbeda
πŸŒ™γ…£12. Permintaan Maaf Ditolak
πŸŒ™γ…£13. Keluarga Baru? Rumit
πŸŒ™γ…£14. Ada Mereka yang Siap
πŸŒ™γ…£15. Alderion Jadi Galau
πŸŒ™γ…£16. Mirip dengan Alderion
πŸŒ™γ…£17. Jus Alpukat dan Petaka
πŸŒ™γ…£18. Balapan Liar Malam Ini
πŸŒ™γ…£19. Grup Chat "Brother'z"
πŸŒ™γ…£20. Dua Pengawal yang Siap
πŸŒ™γ…£22. Melarikan Diri ke Bukit
πŸŒ™γ…£23. Dia Adalah Penyebabnya
πŸŒ™γ…£24. Hanya Sekedar Pengganti
πŸŒ™γ…£25. Perasaan yang Bimbang
πŸŒ™γ…£26. Hubungan Antarsaudara
πŸŒ™γ…£27. Ini Akan Semakin Rumit
πŸŒ™γ…£28. Semua yang Telah Terjadi
πŸŒ™γ…£29. Pertemuan yang Kedua Kali
πŸŒ™γ…£30. Pengakuan Empat Kakak
πŸŒ™γ…£31. Kedatangannya, Masa Lalu
πŸŒ™γ…£32. Harapan untuk Mereka
πŸŒ™γ…£33. Dimulai dari Sini, Bersama
πŸŒ™γ…£34. Si Kembar, Memperebutkan
πŸŒ™γ…£35. Pertama Kalinya Terpesona
πŸŒ™γ…£36. Katanya, Benih Cinta?
πŸŒ™γ…£37. Dirinya dan Dendam
πŸŒ™γ…£38. Dia, Rembulan Zanava
πŸŒ™γ…£39. Belum Bisa Pulang
πŸŒ™γ…£40. Cahaya yang Meredup
π™šο½₯ Awan untuk Rembulan
π™šο½₯ Segera Terbit
π™šο½₯ Vote Cover
π™š- Pre-Order
π™š - Hard Cover & Cash Back

πŸŒ™γ…£21. Keributan di Jalan

119K 12.9K 322
By AriraLv

''Momen mendebarkan bisa menjadi menyenangkan jika dilewati bersama orang yang tersayang''

Apa yang Rembulan duga sudah terjadi kala ia keluar dari kelasnya bersamaan dengan Alvano. Beberapa murid yang melihat Rembulan, tak segan-segan melemparkan tatapan menelisik nan tajam, bahkan yang biasanya tak mempedulikan eksistensi Rembulan, kini memperhatikannya lekat dari atas sampai bawah. Sebab, kejadian istirahat tadi sudah menjadi topik perbincangan ramai.

Rembulan mendengar semua kabar itu dari mulut ke mulut, tak tahu pasti bagaimana kabarnya tersebar. Biasanya, selalu tersedia di grup chat kelas, namun sayang ponsel Rembulan rusak beberapa bulan lalu, ia tak tahu kabar apa-apa hingga saat ini.

Sementara Alvano, ia berjalan santai memutar-mutar kunci motor di satu jari. Ia tampak tak sadar dengan keadaan sekitar yang sudah memperhatikannya karena berjalan berdua bersama Rembulan, hingga akhirnya ia menghentikan langkah begitu ponselnya bergetar.

Tangan Alvano bergerak menahan pundak Rembulan. "Bentar, Lan. Ada chat dari bang Nol," ucapnya lantas membaca pesan yang masuk. "Oh, Bang Nol katanya bakalan pulang telat, nanti tolong bilangin ke Mama."

Rembulan mengangguk. "Bang, pelan-pelan ngomongnya."

"Hah? Oh, oh iya bener. Gue gak sadar." Terkekeh, Alvano mengacak rambut Rembulan sebelum akhirnya ia teringat sesuatu. "Abang belum punya nomor Bulan, lupa mau minta dari kemarin."

"Gak usah, Bang. Hp Bulan lagi rusak, nanti aja Bulan kasih nomornya kalau hpnya udah Bulan servis," ujar Rembulan. Mereka kini berjalan keluar dari koridor, melewati lapangan.

"Kok gak bilang?!" Alvano terkejut bukan main. "Sejak kapan hp Bulan rusak?! Bang Rion tahu?"

Kepala Rembulan menggeleng, rambut panjangnya ikut bergoyang. "Kenapa harus kasih tahu, Bang?"

Alvano menepuk keningnya sendiri cukup keras. Bisa-bisanya mereka melupakan hal sepenting ini. Jika Rembulan tak memiliki ponsel, bagaimana Rembulan akan meminta bantuan pada mereka? Untuk kali ini, Alvano mengakui dirinya bodoh. Bukan dia saja tapi, saudaranya yang lain juga bodoh menyangkut hal ini.

"Nanti beli deh yang baru, gak usah servis," celetuk Alvano. Tanpa disadari ada beberapa yang mendengar.

"Dih, matre banget jadi cewek. Mentang-mentang ada yang deketin. Songong banget."

Suara itu entah dari mulut siapa, tapi Alvano dan Rembulan tahu maksud dan juga siapa yang dimaksud. Alvano mengeluarkan tatapan sinisnya, langsung menoleh ke belakang pada sekumpulan siswi yang duduk berjajar di depan kelas.

"Mulut kingkong siapa tuh yang bunyi? Gatel banget ya pengen digarukkin? Cewek-cewek gue, uang-uang gue, ngapain lo yang komen?"

Tak ada yang menanggapi ocehan pedas Alvano, mereka diam dan menunduk agar Alvano tak mengingat wajah mereka. Alvano sendiri langsung merangkul Rembulan menuju parkiran, sesekali juga mengeluarkan cerocosan panjang saat sadar Rembulan menjadi bahan perhatian dengan tatapan mengejek.

"Heran deh gue, ini sekolah apa sosial media yang bentuknya gedung? Komentar netizen di mana-mana." Alvano masih bersungut-sungut dengan mulut mengerucut, bahkan sampai ia tiba di gerbang untuk mengantarkan Rembulan.

Berangkat ke sekolah, Rembulan menggunakan angkutan umum, pun dengan kepulangannya. Gadis itu akan menunggu angkutan umum yang biasanya lewat di jalan depan sekolahnya. Awalnya, Anggara dan Laila menyuruhnya menggunakan taksi agar lebih nyaman. Tapi berhubung sudah terbiasa, Rembulan masih tetap menggunakan angkutan umum.

Alzero dan Alvano akan mengawasi dari jauh, memastikan Rembulan naik angkot dengan aman, lantas mereka akan mengikuti dari belakang dengan kendaraan masing-masing.

"Bang, jangan dipikirin masalah itu." Rembulan menoleh, tersenyum lembut pada Alvano. "Abang siap-siap ke parkiran aja, itu udah ada angkot, Bulan duluan ya."

Mengerjap pelan, Alvano melihat keadaan sekitar, mereka sudah tepat di depan gerbang dan sebuah angkot telah berhenti di hadapan Rembulan. Kepala Alvano mengangguk, namun sebelum Rembulan naik ke dalam angkutan umum itu, Alvano menarik lebih dulu lengannya, kemudian mengecup singkat kepala Rembulan.

"Hati-hati sayang, kalau ada yang gangguin telepon ya. Biar langsung disusul sama polisi," ucapnya yang langsung mendapat perhatian dari penumpang angkot di dalam, termasuk sopir yang terkekeh dan menggodanya.

Wajah Rembulan sudah memerah, gadis itu langsung naik dan duduk di paling ujung. Apa-apaan Alvano barusan? Apa niatnya agar tak ada yang mengganggu Rembulan selama perjalanan? Tapi jangan begitu juga! Ia malu.

Beberapa menit begitu angkot melaju, Rembulan bisa menenangkan dirinya di sana. Ia menatap ke bagian belakang memperhatikan jalanan yang cukup ramai. Biasanya, ia akan melihat mobil mewah Alzero yang mengikuti, namun sekarang tak ada. Dan juga, motor Alvano akan berdekatan dengan angkot yang Rembulan tumpangi. Hanya saja, sekarang pun keberadaan motor Alvano tak terlihat. Sepertinya Alvano tertinggal di belakang, dan tak bisa menyusul karena jalanan ramai.

Rembulan menopang dagunya, tetap menikmati pemandangan jalan yang sudah biasa ia lihat, hingga ia mengernyit melihat sekumpulan motor di perempatan jalan.

Tidak aneh sebenarnya, jika tak ada satu motor yang tergeletak begitu saja di aspal. Kebetulan, Rembulan kenal dengan warnanya. Hitam dengan gabungan methalic biru tua. Itu motor yang pernah membawa Rembulan ke tempat balapan liar.

"Anak jaman sekarang ada-ada aja kelakuannya, berantem di jalan. Nambah macet gini."

Celetukan sosok wanita paruh baya di dalam angkot membuyarkan lamunan Rembulan, gadis itu segera meminta sopir untuk menghentikan angkotnya dan turun dari sana.

Rembulan berlari ke arah kerumunan tadi dengan cepat, mengabaikan teriakan sopir yang ingin memberikan uang kembalian. Ia melihat ada beberapa lelaki dengan seragam berbeda, terengah dengan raut wajah penuh emosi dan keringat. Sementara satu lelaki lain, mengenakan seragam yang sama dengan Rembulan, tengah dikerumuni.

Ada banyak orang yang memperhatikan, tetapi mereka tampak tak mau ikut campur dan lebih memilih mengabaikannya.

"Kak!" Rembulan tak mau Alvaro kenapa-napa, apalagi di tengah jalan seperti ini. Bisa saja nanti menjadi sorotan dan kabar besar, lalu diterima oleh Anggara. Gawat keadaan Alvaro di rumah nantinya. "Kakak kenapa?!" tanyanya mendekat pada Alvaro yang terduduk di trotoar, menyibak kerumunan dan segera berjongkok di samping Alvaro.

"Lo?!" mata Alvaro menajam, ia tak tahu bagaimana gadis berkacamata itu tiba-tiba ada dan menghampirinya. "Ngapain lo di sini?!"

"Wah, Var. Siapa tuh cewek? Imut juga, bolehlah lo kasih ke gue. Buat tawaran aja sih."

Decihan Alvaro terdengar jelas, tatapannya mengarah pada sosok lelaki tinggi yang berhadapan dengannya. Pemimpin dari geng motor dengan nama Axares. Boleh dikatakan, musuh bebuyutan Alvaro dari SMP. Agraska namanya.

"Lo pergi." Alvaro berucap pada Rembulan. "Gak usah ikut campur."

"Tapi, Kak ...." Rembulan ragu. Jika ia meninggalkan Alvaro sendiri di sini, bagaimana nasib lelaki itu nanti? Percuma Rembulan pergi setelah ini, ia tak bisa meminta bantuan, tak ada ponsel, dan Alvano pun entah di mana saat ini. "Kak, tawarannya gimana?"

"Aih, bener Var!" Agraska tertawa keras mendengar suara kecil Rembulan. "Cewek lo pinter nih, bahas tawaran gue. Lo bisa selamat kalau cewek lo ikut gue sekarang."

Melihat gadis di sampingnya itu bangkit, Alvaro mengangkat alis. Bisa-bisanya Rembulan rela melakukan itu? Memangnya apa untungnya untuk gadis itu? Benar, tidak ada pilihan lain, hanya saja bukan ini caranya. Alvaro harus berpikir cepat karena setidaknya Rembulan membantunya mengulur waktu.

Sampai akhirnya Alvaro mengeluarkan ponsel di saku celana, ia bangkit dengan sedikit kepayahan karena sudah terkena beberapa hantaman di tubuhnya. "Gue udah kirim lokasi gue ke bokap."

"Hah?" Agraska menyeringai. "Tumben lo jadi anak bokap lo, sejak kap--"

"Bokap gue lagi di jalan."

"Sialan!" Agraska berdecih pelan, segera ia memerintah anak buahnya untuk kembali ke motornya masing-masing, termasuk dirinya. "Cemen lo, Var! Pulang dari luar negeri langsung jadi anak Papa!! Huuu, dasar bayi gede!!" teriaknya lantas segera melajukan motor meninggalkan lokasi.

Alvaro hanya mendengkus, padahal ini hanya sebuah trik kecil. Tadi ia tak bisa melakukannya karena terus dikeroyok, dan tak ada yang mau membantu. Ya, setidaknya kehadiran gadis berkacamata itu sedikit memberinya keringanan.

"Kakak, ayo kita ke rumah sakit dulu." Rembulan menghampiri, melihat luka lebam yang ada pada wajah Alvaro dan noda merah di sudut bibir.

Alvaro menepis tangan Rembulan, memilih untuk membenarkan motornya agar berdiri seperti seharusnya. "Lo pulang," ucapnya seraya memakai helm.

"Tapi, Kak--"

"Pulang!"

Rembulan tak bisa membantah, mengangguk lemah kala Alvaro menatapnya tajam. Ia memutuskan untuk berjalan ke arah tempat menunggu angkutan umum lain, namun sebuah teriakan membuatnya terkejut setengah mati, termasuk Alvaro.

"WOY!! ALVARO LO NIPU GUE, HAH?! MANA BOKAP LO?!!"

Itu suara Agraska yang kembali muncul. Tampaknya lelaki itu sudah menyadari kejanggalan. Agraska tahu mengenai keluarga Alvaro, dan Agraska juga tahu, tidak mungkin sosok ayah dari Alvaro rela menyusul anaknya di tengah jalanan seperti ini.

Berdecak keras, Alvaro segera menarik lengan Rembulan agar naik ke motornya.

Tampaknya untuk yang kedua kali, Rembulan akan merasakan bagaimana kecepatan Alvaro dengan motornya ini.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya!
Dari sini mulai keliatan ya versi yang aku ubah hehehe.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 865 60
"Eh katanya anak itu sok banget loh dengan nolak semua cowok yang nembak dia?" ucap seorang siswa menatap sinis gadis di seberang. "Bukan sok lagi...
HANCUR! [END]. By el

Teen Fiction

519K 38.7K 42
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] {PART MASIH LENGKAP, SUDAH ADA SEKUELNYA: KESEMPATAN!} (Fiksi Remaja, Romansa) Warning: Cerita ini mengandung bawang, jika...
11.1K 990 8
Nama Pemeran. "Kavindra Achyka Abriella." (Chika) "Kathy Arhana Glenea." (Ara) "Cornelia Zargo Anthaleo." (Oniel) "Oleandra Keeyara Febriolan. " (Ol...
177K 29K 60
Ale! Gadis barbar yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Raka Allandra. gadis yang selalu merecoki hari-hari sang pujaan hatinya dan berharap suat...