Impian Athira

By arruntala

328K 27.8K 1.5K

Athira Annisa Dalbert, seorang gadis yang dipaksa Kakaknya menjadi mualaf. Panggil saja Athira, dia adalah so... More

••• ℙℝ𝕆𝕃𝕆𝔾 •••
Bab 01
Bab 02
Bab 03
Bab 04
Bab 05
Bab 06
Bab 07
Bab 08
Bab 09
••• Bab 10 •••
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
••• Bab 20 •••
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
••• Bab 30 •••
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
•••Akhir•••
Exstra Part
Impian Athira ada Squel?
New Story [unpublish]
⚠️URGEN⚠️
URGEN PART II

Bab 19

5.6K 557 26
By arruntala

Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

Tenang, damai, sejuk begitulah suasana di pondok pesantren Kun Anta ini. Di tambah kicauan burung dan hembusan angin membuat pepohonan bergoyang, seolah menari dan saling bersahutan antara lain.

Pagi kali ini terasa sejuk, dingin menusuk kulit membuat dua lelaki ini mengenakan baju woll di tubuhnya. Mereka duduk di sebuah gazebo dekat gedung pesantren itu.

"Huff, jadi gimana Dam?"

"Apanya?"

"Soal perjodohan,"

"Sudah ane bilang, ane gak bisa. Lagi pula gak mungkin ane tikung temen sendiri," ujar Saddam menepuk bahu lawan bicaranya itu yang tak lain adalah Erga.

"Sebenarnya itu cewek siapa?"

Saddam diam sejenak, "Cewek itu?"

"Iyaa, si cewek yang berhasil membuat temen ane terikat janji sama pencipta. Keren itu cewek,"

"Aah, ane juga gak tau kenapa kelepasan ngomong gitu,"

"Jadi, ente bakalan nikahin tu cewek?"

"Iya, kan itu isi janjinya. Jika dia berhasil berubah setelah pertemuan kami, ane bakalan nikahin dia,"

"Dia tinggal di mana?"

"Ane lupa letaknya di mana, tapi ane pernah anter dia ke rumah gegara dia malam-malam keliatan kacau gitu,"

"Maaf yah Ga, ane gak bisa ngasih tau dulu kalau itu adik ente," batin Saddam.

"Kok bisa?" tanya Erga tak habis pikir.

"Gak sengaja ketemu waktu ane beli obat Abi,"

"Ohh, kalau emang jodoh mah gitu ya Dam," goda Erga.

"Apasih,"

"Ane denger-denger Ayah sama Ibuk Ustadzah mau ke sini,"

"Iya, hari ini. Mau bicarain soal perjodohan. Umi terlanjur ngomong, jadi gimana yah,"

"Eumm, saran ane bicara sejujur-jujurnya. Jangan ada yang ditutup-tutupi," ... "Umi sama Kiyai tau alasan kenapa ente tolak perjodohan?"

"Enggak tau, belum ane kasih tau. Ane ngerasa alasan ini terlalu lucu,"

"Udah, jangan ngerasa-ngerasa dulu, intinya ente kasih tau Umi sama Kiyai,"

"Yahh,"

"Ehh, Ga,"

"Apa?"

"Gimana kalau ente aja yang lamar Ustadzah Arumi,"

"Ente kayak gak tau keluarga ane gimana, dikit-dikit bilang apa kata orang. Lagi pula ane belum siap," mendengar penuturan Erga membuat Saddam tertawa, entah mengapa perutnya terasa geli mendengar lontaran perkataan Erga itu.

•••

"Inget apa yang gue bilang tadi,"

"Tapi perasaan gue,"

"Lo gak boleh jatuh hati sama dia," cicit gadis dibalik kegelapan.

"Tapi perasaan gue udah terlanjur jatuh,"

"GAK! Cinta, perasaan, hati merusak segalanya. Jangan sampai lo jatuh kejurang itu. Inget gimana orang tua lo disiksa," tegas gadis dibalik gelapnya subuh itu.

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian, gue pergi," pamitnya beranjak pergi, cahaya di sini redup, sehingga tidak bisa melihat wajah gadis yang berada dibalik kegelapan itu.

"Gue dilema, antara cinta dan dendam," cicit Kayla.

Sekarang Kayla benar-benar jatuh hati kepada Irgi, si gadis tomboy yang tak pernah terikat dengan percintaan telah jatuh hati, di sisi lain dia sangat membenci keluarga Dalbert, tapi di sisi lain dia mencintai Irgi.

"Gue benci gue! Gue benci hidup! Gue benci semuanya!"

•••

"Apa?" ujar Athira ketus.

"Gue disuruh Mama telpon lo,"

"Ngapain dah?"

"Tau tuh, katanya setiap pagi tuh kita disuruh telepon,"

"Bias apa sih? Ngadi-ngadi lo Ka,"

"Suerr,"

"Ngapain?"

"Yah mana gue tau,"

"Ehh, gue mau nanya soal Saddam,"

"Apa?"

"Dia jadi dijodohin?"

"Gak tau juga, tapi katanya orang tua Ustadzah itu mau ke ponpes hari ini,"

Athira diam, apakah dia tak bisa menyatu dengan Gus itu. Apakah dia akan merelakan cinta pandangan pertamanya itu.

"Raa! Kok diem si,"

"Idup gue miris banget yah Rak,"

"Apasih,"

"Seolah dunia melarang kami nyatu Rak, buktinya dia dijodohin sama Ustadzah, gue dijodohin sama lo,"

Raka diam, dia tak tahu harus menanggapi pernyataan Athira itu.

"Iya kan Rak,"

"Ah, emm, gue gak tau,"

"Lo suka sama gue?"

"Yah," ujar Raka mengangguk kecil.

"Lo sayang sama gue,"

"Sangat,"

"Lo cinta sama gue?"

"Bangett, makanya gue rela lo sama dia. Karna gue yakin, cinta sejati itu gak selamanya harus memiliki,"

"Tapi kita dijodohin,"

"Makanya jawaban gue tergantung ke lo, lo terima yah Alhamdulillah, enggak juga gak papa," ujar Raka menghela nafas, ada rasa sesak dihatinya.

"Kenapa lo baik banget si sama gue, gue selalu bentak-bentak lo, teriak-teriak ke lo,"

"Simpel jawabannya Ra, karna gue cinta lo,"

Deg, Athira tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sangat dilema, antara perasaannya dan takdir, andai takdir bisa dirubah dengan uang, dia rela menghabiskan uangnya itu.

"Gue tutup yah, bay,"

Tutt

"Apa gue lupain aja Saddam?" tanya Athira pada dirinya sendiri.

"Athira sayang bangun udah jam enam lewat,"

"Iya Mi, Athira udah bangun," ujar Athira membuka pintu. Dia telah siap dengan seragamnya.

"Kamu yakin mau pakai kerudung?"

"Iya Mi,"

"Mami mau nanya serius, kenapa kamu berubah?"

"Karna Athira mau dapetin dia Mi,"

"Siapa?"

"Dia,"

"Raka?"

"Bukan. Dia sosok alim, lulusan Mesir,"

Mendengar itu, Yuli menghela nafas kasar, " Derajat dia sama kamu beda sayang, sircle kita berbeda,"

"Makanya Athira mau berubah,"

"Tapi kamu sekarang dijodohkan dengan Raka, jadi lupain dia, rubah penampilan kamu,"

"Gak bisa gitu itu dong Mi,"

"Harus,"

"Tapi-"

"Sudah jangan berdebat, kita sarapan,"

•••

Lonceng pertanda istirahat telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar menuju kantin. Mereka berlari seperti berebut sembako gratis.

"Kayla mana An?"

"Gak tau tuh, izin ke toilet lama amat,"

"Tinggalin aja nih?"

"Iya deh,"

"An,"

"Apa?"

"Lo pernah berantem sama keluarga?"

"Eumm, seinget gue pernah. Gegara waktu itu gue pengen beli motor, padahal gue masih SMP,"

"Terus?"

"Yah gegara gue maksa, jadinya dibeliin,"

"Terus, terus,"

"Kek tukang parkir lo,"

"Gue serius,"

"Yah gue dibeliin akhirnya, tapi nih yah Ra. Waktu itu gue sempet kecelakaan sebab gak dengerin Mama," ... "Yah, lo tau sendirilah ujungnya gimana,"

"Hmmm"

"Emang kenapa si Ra,"

"Pertama lo jangan kaget, kedua lo jangan teriak,"

"Emmm, liat aja nanti. Buru,"

"Gue dijodohin sama Raka,"

"HAH LO DIJODOH- eumm," mendengar itu Athira langsung membekap mulut ember Ani.

"Sutt, ini anak yah paling gak bisa jaga rahasia," decak Athira.

"Ya maaf, jadi gimana?" tanya Ani antusias.

"Ke kantin aja dulu, gue laper,"

"Yahh, tapi gue penasaran,"

"Bodo amat,"

"Dah lah,"

Sepanjang perjalanan menuju kantin, mereka berdua dilirik setiap siswa, seolah mereka berdua pendatang baru, bahkan mungkin ada saja yang menggosipi mereka. Tapi mereka berusaha bersikap acuh.

Setibanya di kantin mereka langsung melirik kiri kanan, ramai dan penuh. "Mau duduk di mana dah," gumam Ani.

"Di kursi lah, yakali di lantai,"

Tukk

"Makanya kalau punya otak tuh dipakai, bukan di simpen. Keliatan banget kan dodolnya,"

"Gue pake kok, tapi versi lama. Perlu diupgrade,"

"Dah lah bicit," Ani melirik satu persatu meja yang terisi itu, dan pandangannya tertuju pada meja Raka.

"Ra! Ra!"

"Apa?"

"Itu meja si Raka lumayan kosong, cukup buat kita berdua,"

"Ogah, males,"

"Mau duduk lesehan di lantai?"

"Yaudah iyaa,"

•••

Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan pondok pesantren Kun Anta, membuat santri yang berlalu lalang memperhatikannya.

"Itu siapa Vin?"

"Ana kurang tau,"

"Gimana si, katanya pengurus,"

"Sudah, antum duluan saja. Ana mau lihat itu siapa,"

"Yasudah, ana duluan yah Vin,"

"Iyaa,"

Alvin langsung menghampiri mobil hitam mengkilap itu, dia berpikir itu adalah tamu khusus karena mobilnya terparkir di pekarangan rumah ndalem.

"Punten, Assalamu'alaikum." Alvin tersenyum melihat dua orang parubayah itu, dia seperti mengenalnya, tapi dia lupa siapa.

"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh,"

"Maaf sebelumnya, cari Kiyai?"

"Iyaa Nak, Kiyai ada?" tanya sosok lelaki parubayah itu.

"Ada Pak, mari saya antarkan," ujarnya mengajak dua pasang parubayah itu masuk ke dalam ndalem.

"Maaf, tunggu sebentar yah. Saya panggilkan Kiyai dulu,"

"Iya Nak,"

Alvin lantas masuk ke dalam ndalem untuk menyusul Umi Balqis. Di pesantren Kun Anta memang begini, bahwasanya pengurus terpercaya diperbolehkan masuk ke dalam rumah ndalem, selepas itu dilarang memasuki rumah ndalem.

"Assalamu'alaikum Umi,"

"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh, ada apa Alvin?"

"Mi, ada tamu untuk Kiyai di depan,"

"Siapa Vin?"

"Alvin sepertinya kenal Mi, tapi Alvin lupa,"

"Yasudah, tamunya di depan? Sudah masuk?"

Alvin mengangguk kecil, "Iya Mi,"

"Yasudah, kamu kedepan temenin mereka,"

"Baik Mi, Alvin permisi,"

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Kiyai dan Umi kedepan untuk menghampiri tamu mereka.

"Maaf membuat kalian menunggu," gumam Umi Bilqis menghampiri tamunya.

"Aisyah,"

"Bilqis, apakabar,"

"Alhamdulillah baik," Umi Bilqis terlihat sangat terkejut, dia pikir besok mereka akan ke sini.

"Yah, maaf karna membuay kalian berdua terkejut," ujar Arman selaku kepala rumah tangga.

"Niat kami di sini untuk," Arman melihat ke arah Alvin sejenak, Alvin yang paham pun pamit undur diri.

"Umi, Kiyai Alvin pamit dulu, Assalamu'alaikum," pamit Alvin membuat yang lainnya mengangguk sembari menjawab salam, "Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh,"

"Sebentar," ujar Umi Bilqis menyusul Alvin.

"Alvin!"

"Iya Umi?"

"Umi minta tolong panggilkan Saddam, bilang ada tamu penting,"

"Iya Umi, Alvin akan sampaikan ke Gus Saddam,"

"Iya,"

"Alvin duluan Umi, Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh,"

•••

"Huff, untung gak bocor gue," cicit Athira. Tangannya terulur untuk membuat pintu toilet itu, "Eh kok kekunci," cicitnya berusaha tidak panik. Tangannya mencoba membuka pintu, tapi nihil tidak bisa.

"Seinget gue gak dikunci tadi," cicitnya lagi mulai panik.

"Athira jangan panik, tarik nafas, tahan, buang," ujarnya berusaha menghibur diri.

"Mana bau lagi,"

Tidak ada jalan lain lagi, dia harus mengedor pintu toilet siapa tau ada yang memakai toilet disebelah.

Tokk tokk

"Yang diluar bantuin gue!"

"Woii!"

Tok tokk

Di sisi lain, Kayla tersenyum tipis. "Rasain, makanya jangan main-main sama Kayla," gumamnya pergi begitu saja.

"Athira lama banget yah," ujar Ani melirik ke arah makanan Athira.

"Iya yah, apa rame kali toiletnya,"

"Gak mungkin selama ini kalo rame, bentar kagi masuk nih,"

"Yaudah gue susul,"

"Eumm, lo aja nih yang susul,"

"Iya, gue jadi ada firasat gak enak,"

"Yaudah,"

Setibanya di toilet, Raka tak melihat siapapun diluar, seperti tidak ada orang. Tapi entah kenapa hati Raka berkata masuk saja, dan membuat kakinya melangkah masuk.

"Ada orang?" cicit Raka. Nihil tidak ada yang menyahut perkataannya. Setiap pintu bilik toilet terbuka, terkecuali pintu didepannya. Dan anehnya, kunci toilet itu sendiri yang berada diluar bukan di dalam. "Biasanya kan di dalam." pikir Raka.

"Atau jangan-jangan,"

Tok tok

"Ra! Lo di dalam?" teriak Raka mengetuk pintu, tapi tidak ada yang menyahut.

"Lo baik-baik aja kan?" tanyanya lagi tapi tidak ada yang menyahutnya.

"Gue buka pintunya yah." Tangan kanan Raka terulur membuka kunci pintu.

"Athira!" teriak Raka menghampiri Athira yang tergeletak dilantai. Tubuhnya berkeringat dan pucat.

"Raa, bangun,"

Mata Athira terbuka sedikit, tangannya memegang perutnya yang terasa sakit. "Lo kenapa Ra?"

"Sakit," ujarnya memegang perut.

"Kenapa?"

"Jangan banyak tanya deh lo," kesal Athira. Raka diam, dia tau, pasti Athira sedang kedatangan tamu.

"Gue gendong yah,"

"Hm, gue bisa sendiri," ujar Athira setelah mengingat perkataan Erga kalau cewek dan cowok non mahrom dilarang bersentuhan.

"Gue bantu berdiri,"

"Jangan sentuh gue,"

"Oke enggak," ujar Raka menyimpan tangannya dibelakang.

Brukk

"Aww,"

"Udah gue bilang, lo lagi lemes, jadi gue gendong aja yah,"

"Tapi,"

"Udah gue gendong aja," ujar Raka meletakkan tangannya di punggung dan lutut Athira.

"Gue antar pulang aja gimana?"

"Terserah lo," ujarnya menutup mata.

"Lo pucet banget,"

"Diem lo, kalo ada yang tanya bilang aja gue pingsan,"

"Iya bawel,"

•••

"Maaf sebelumnya, kedatangan kami di sini untuk membicarakan perjodohan antara Arumi dan Saddam," ujar Arman setelah Saddam duduk menghampiri mereka.

Saddam melirik Umi dan Abinya, mereka terlihat tersenyum bahagia. "Tapi Saddam tidak bisa," ujar Saddam diluar kendali.

Mendengar itu membuat keempat orang parubayah ini terkejut, ekspresi mereka seketika berubah.

"Kenapa Dam? Kalau soal waktu itu gampang,"

"Bukan begitu Umi, Saddam punya janji sama Allah."

"Janji apa?"

Akhirnya Saddam menceritakan hal sebenarnya mengapa dia menolak perjodohan diantara dirinya dan Arumi, lagipula dia tak mungkin menikung temannya.

"Tapi itu bukan alasan yang tepat, itu konyol,"

"Tapi-"

"Saddam," tegur Kiyai Lutfi.

"Bi," Saddam memasang wajah memelas.

"Saya pikir itu perjanjian tidak mutlak, jadi perjodohan ini harus tetap berjalan. Lagi pula apa kekurangan anak saya, dia Sholehah, dia siap lahir batin," ujar Arman disetuju oleh istrinya Aisyah.

"Abi pahamkan maksud Saddam tadi,"

"Mereka benar Dam, kamu harus menerima perjodohan ini,"

"Tapi Bi. Umi,"

"Kamu harus terima Dam,"

"Terserah kalian," ujar Saddam beranjak pergi, tangannya terkepal.

"Saddam!' nihil, Saddam tetap pergi dengan perasaan marah dan kesal.

***Kalian kalau jadi Saddam bakalan gimana? (komen di sini)

••••
Hallo semua ...

See next part 👋
Vote, komen, share yah!!

Lov you 100000 dirham ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
78.4K 2.6K 17
Siapa yang cita-citanya pengin nikah sama cowo lumpuh, cung?! siapa sih yang mau? ayo bewan kalo ada. Pastinya sih ngga ada yang mau lah ya. Lah iya...