Hujan Rinduku (Keluarga, Cint...

By FitriaImraatul

6.2K 833 369

Asyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mim... More

🌈Kenalan dengan Penulis🌈
🌈Prolog🌈
🌈Bab 1- Keluarga Sumber Kebahagiaan🌈
🌈Bab 2- Semua Berubah🌈
🌈Cast🌈
🌈Bab-3 Bertahan atau Menyerah?🌈
🌈Bab-4 Rahasia Aldo dan Fikri🌈
🌈Bab 5- Katanya Peduli🌈
🌈Bab 6 - Merencanakan Misi 🌈
🌈Bab 7 - Kamu dan Rasa Bersalahku🌈
🌈Bab 8 - Ke Rumah Ayah🌈
🌈Bab 9 - Pengkhianatan Cinta🌈
☔Bab 10 - Kamu dan Hujan ☔
🌈Bab 11 - Dilemaku🌈
🌈Bab 12 - Salah Paham Lagi🌈
🌈Bab 14 - Ungkapan Cinta🌈
🌈Bab 15 - Misi Kita🌈
🌈Bab 16 - Ungkapan Kekecewaan🌈
🌈Bab 17 - Kamu Pergi🌈
🌈Bab 18 - Perpisahan🌈
🌈Bab 19 - Sebuah Pengakuan Ibu🌈
🌈Bab 20 - Misi Terakhir🌈
🌈Bab 21 - Ada Apa Dengan Fikri?🌈
🌈Bab 22 - Surat Fikri🌈
🌈Bab 23 - Pernikahan Aldo🌈
🌈Bab 24 - Datang Untuk Pergi🌈
🌈Bab 25 - Tahun-Tahun Tanpamu🌈
🌈Bab 26 - Pertemuan🌈
🌈Bab 27 - Rindu (END PART I) 🌈
🌈Bab 28 - Hujan Rinduku (END PART II)🌈
🌈EPILOG🌈

🌈Bab 13 - Persembahanku di Acara Perpisahan🌈

113 28 2
By FitriaImraatul

Sekarang,
Yang terpenting hanyalah berani bermimpi, berusaha, dan tidak hentinya berdoa. Hasilnya cukup Allah yang jadikan itu rahasia. Akan menjadi kado terindah atau akan jadi kado pembelajaran berharga?

~Hujan Rinduku~
Watpadd @fitriaimraatul

***

Tibalah hari yang paling dibenci oleh semua anak sekolah, maupun pegawai negeri sipil, karna pada hari itu, mereka diharuskan datang pagi-pagi sekali untuk melakukan upacara. Kebetulan cuaca hari ini sangat cerah dan mendukung sekali untuk bersemangat menjalani aktivitas.

Aku memandang langit, berharap pelangiku muncul pagi ini. Tapi mana mungkin ada pelangi di cuaca cerah seperti ini. Aku bersiap-siap berangkat ke sekolah dan tidak mau buang-buang waktu lagi, karena ujian nasional tinggal tiga minggu lagi. Aku benar-benar ingin fokus belajar dan berusaha menguasai semua materi yang di UN kan. Dengan segelintir harapan dan penuh semangat, aku berangkat menuju sekolah.

Bel masuk berbunyi, aku memasuki kelas dengan penuh semangat. Setiap pelajaran selalu ku ikuti dengan giat dan konsentrasi. Berusaha untuk aktif di kelas dan bertanya pada Guru mengenai materi yang tidak pahami. Aku dan teman-teman saling bekerja sama menjelaskan materi yang sulit.

Tidak terasa bel pulang berbunyi, aku pulang ke rumah dan langsung makan siang. Selesai makan, aku bersiap-siap menuju tempat bimbel, berangkat dengan penuh keyakinan dan semangat tentunya.

Bimbel sudah berlangsung selama tiga jam, aku bersiap-siap pulang. Malam harinya, aku kembali belajar di rumah. Disamping itu semua, aku tidak lupa berdoa kepada Allah, berharap apa yang ku usahakan memperoleh hasil yang maksimal.

Begitulah aktivitas yang kulakukan tiga minggu ini untuk persiapan Ujian Nasional. Lebih dari sebulan ini juga aku tidak melakukan misi kedua yang di buat Fikri. Karna biasanya, Fikri yang mengingatkan dan memberiku semangat untuk menjalani misi-misi tersebut. Sekarang, aku benar-benar merasa kehilangan orang yang berarti dihidupku.


Misi Kedua

Karena aku merasa ini saat yang tepat untuk melangsungkan misi kedua, aku membicarakan rencana tersebut bersama Kak Nasya, kita memikirkan rencananya dengan matang.

Sehari sebelum Ujian Nasional, aku dan Kak Nasya memutuskan untuk memulai misi kedua kami.

Hari itu, aku menelepon Ayah agar datang ke rumah untuk makan malam bersamaku, Kak Nasya, dan juga Ibu.
Awalnya Ayah menolak permintaan kami, tapi karena berbagai permohonan yang kukatakan, Ayah akhirnya mau. Aku juga menelepon Ibu untuk pulang cepat dan mengatakan kalau Ibu tidak pulang cepat, kita akan menjemputnya ke kantor. Sebenarnya Ibu tidak mengetahui kalau kami juga mengundang Ayah.

***

Malam pun datang, segala sesuatunya telah aku dan Kak Nasya siapkan, mulai dari makanan, dan yang lainnya. Sekarang tinggal menunggu Ayah dan Ibu saja.

Beberapa jam kemudian, Ayah datang ke rumah. Senyuman manis kuberikan sebagai sambutan atas kedatangannya, begitu pun Kak Nasya. Dia tetaplah Ayah yang sangat aku sayanggi, meskipun telah menorehkan luka di perasaan kami.

Sekarang tinggal menunggu Ibu. Aku telah berniat jika Ibu tidak datang tiga puluh menit lagi, aku benar-benar akan menjemput Ibu ke kantornya.

Beberapa menit kemudian, Ibu akhirnya pulang. Aku dan Kak Nasya tersenyum dan menggandeng tangannya menuju ruang tengah. Ibu terlihat tersenyum kami perlakukan seperti itu, namun, ekspresi Ibu berubah setelah melihat Ayah juga berada disana.

"Ternyata ada tamu! ada acara apa, ni?" Ibu melirik kearah Ayah.
"Aku kesini buat Anak-anak." Jawab Ayah tegas, seperti mengetahui kalau pertanyaan itu ditujukan untuknya.

"Syifa! jadi kamu minta Ibu pulang cepat, buat ketemu Ayah, kamu?"

"Bu, Syifa mengajak Ayah dan Ibu kesini, karena Syifa ingin malam ini kita berkumpul untuk makan malam bersama." Aku memandang Ayah dan Ibu.
"Kapan-kapan, kan kita bisa makan malam bertiga saja, Nak." Ibu memandangku.

"Makan malam apa?" Tanya Ayah tiba-tiba, "Kamu saja jam segini baru pulang, kalau bukan Syifa yang telfon Kamu untuk pulang cepat, aku yakin kamu belum di rumah sekarang ini." Ayah terlihat mulai geram.
Ibu terdiam dan berjalan menuju kamar.

"Sabrina." teriakkan Ayah membuat Ibu menghentikan langkahnya, "Kalau kamu tidak bisa merawat Aldo dan Syifa dengan baik, berikan hak asuh mereka padaku. Aku tidak suka Anakku di telantarkan seperti ini." Emosi Ayah semakin menjadi-jadi.

Ibu kembali hanya diam.

"Sudah, Yah, sudah. Tolong jangan di teruskan lagi." Pinta Kak Nasya.
Aku sadar Ibu segera masuk ke kamarnya, dengan cepat aku berkata, "Ibu, Syifa mohon, kita makan sama-sama dulu." Pintaku.

"Ibu sudah kenyang, Kalian duluan saja." Ucapnya sambil melirik kearah Ayah, dan kita berdua.

Aku kesal dengan kelakuan Ayah dan Ibu, selalu saja egois, mereka sama sekali tidak memikirkan perasaan kami. Nggak, aku nggak boleh kalah lagi, karna aku sudah janji pada diriku sendiri, untuk selalu kuat. Dengan sedikit emosi, aku menjelaskan maksud dan tujuanku yang sebenarnya pada mereka.

"Sebelumnya Kita minta maaf, Sebenarnya kita mengajak Ayah dan Ibu kesini, bukan untuk mendekatkan kalian lagi. Besok itu Syifa akan Ujian Nasional, jadi Syifa ingin minta doa restu dan semangat dari Ayah, Ibu dan juga Kak Nasya. Ayah dan Ibu mau, kan kita makan malam hari ini? sekalian mendoakan Syifa yang berjuang besok?" Pintaku menatap mereka bergantian.
"Ya ampun, Anak Ibu besok ujian?" Ibu kembali ke dekatku, "Tanpa Kamu minta, Ibu pasti selalu mendoakanmu, Nak."

"Maafkan Ayah, Syifa, Ayah nggak tahu kalau besok kamu akan berjuang untuk ujian. Ayah doakan cita-citamu terwujud ya, Nak." Ayah menatapku dengan wajah tulusnya.

"Amin, makasih doanya, Ayah, Ibu. " Aku tersenyum.

Kak Nasya yang dari tadi di meja makan tersenyum ke arahku. Akhirnya, Kami berempat makan malam bersama. Aku memandang mereka bergantian, sudah lama sekali aku nggak merasakan kebersamaan ini, kebersamaan yang dari kemarin aku impikan. Perlahan-lahan aku mulai menyantap makanan di depanku. Sudah lama sekali aku tidak makan senikmat ini.

Sayangnya Kak Aldo tidak ada di sana melengkapi indahnya kebersamaan malam ini.

***

Keesokkan harinya, hari yang tidak kutunggu-tunggu. Hari perjuangan besar untuk mengajar impian. Segala sesuatunya telah aku persiapkan untuk yang akan di ujikan empat hari ke depan. Beban berat terpanjar jelas di wajahku, untungnya aku mempunyai Kakak yang selalu memberiku semangat. Ayah juga meneleponku untuk memberi semangat, begitupun dengan Ibu.
Tangan-tangan pengawas mulai membagikan lembaran soal yang langsung menyatu dengan lembar jawaban. Sambil membaca bismillah, perlahan-perlahan aku membuka lembaran soal dan mulai mengerjakannya dengan konsentrasi.

Setelah ujian pertama selesai, aku kembali menyempatkan waktu untuk belajar, berusaha untuk bersungguh-sungguh mengerjakan setiap mata pelajaran yang di ujiankan.
Tidak terasa empat hari menegangkan telah kulewati, sekarang tinggal menunggu hasilnya saja. yang pasti aku telah melakukan yang terbaik untuk empat hari ini. Apapun hasilnya aku serahkan kepada Allah Swt.

***

Seminggu berlalu, sekolah akhirnya mengadakan acara perpisahan untuk kami. Setelah ujian nasional, aku menyempatkan waktu untuk melatih anak teater lagi, karna kesuksesan mereka merupakan kebanggaan yang tak terhingga juga buatku. Aku berharap arahan yang ku sampaikan bisa membantu mereka mendalami peran mereka masing-masing. Sebelum penampilan mereka, aku diminta untuk menyampaikan sepatah kata di panggung nanti, aku tak bisa menolak.

Hari itu, aku dan teman-temanku berusaha untuk tampil sebaik mungkin, karena kita akan menjadi pusat perhatian di acara itu.
Acaranya sudah berlangsung. Tapi aku tidak menemukan keberadaan Fikri. Aku ingin dia melihat penampilanku juga, dan persembahan dari karyaku nanti. Dia pasti sangat tampan, tak tau kenapa, aku rindu saat dulu bisa berteman dekat dengannya.

Teman-temanku mengatakan kalau hari ini aku sangat anggun dengan baju batik dan hijab pasmina yang kukenakan, tapi kenapa hati ini masih belum semangat? Apa karna belum bertemu Fikri hari ini? Entahlah, aku merasa dia bagian dari kebahagiaanku.
Sapaan seseorang membuatku tersadar dari pikiranku, ternyata itu Syila. Dia memintaku untuk menemaninya ke perpustakaan, katanya sebelum hasil kelulusan keluar, buku yang di pinjam harus di kembalikan.
Saat kita tiba di perpustakaan, di sana aku melihat Fikri ternyata sedang bicara dengan Winda. Entah mengapa aku merasa cemburu melihat kedekatan mereka. Sebelumnya aku nggak pernah melihat mereka seakrap ini, atau jangan-jangan mereka sudah pacaran?

Ada rasa sesak yang tiba-tiba muncul di bagian dadaku. Kalau iya mereka pacaran, berarti sudah tidak ada harapan lagi hubunganku dengan Fikri.

Lagi-lagi sapaan Shila membuatku tersadar dari lamunan. Kita meninggalkan perpustakaan, namun pandanganku tidak lepas dari Fikri.

Satu demi satu acara-acara resmi sudah selesai, sekarang tinggal acara hiburan, yang berarti semakin dekat penampilan dari tim teater. Aku menyemangati mereka di belakang panggung.

"Ingat ya, kalian harus fokus, jangan pedulikan sekitaran kalian. Yang penting, hayati peran kalian masing-masing, kalau ada yang lupa dialog, dengarkan instruksi dari Kakak, oke! Apa semuanya sudah siap?" Teriakku bersemangat.

"Siap Kak." Teriak mereka semuanya.

Kami saling tertawa.

***

Beberapa menit kemudian, MC memanggil kami untuk segera bersiap-siap, "Baiklah, acara hiburan kita selanjutnya yang sudah kita tunggu-tunggu, yaitu persembahan dari tim teater, naskahnya sendiri di tulis oleh teman kita, yang sebentar lagi menjadi alumni di sekolah ini. Kita sambut, Asyifa Safitri, sebagai penulis, sekaligus sutradara dari penampilan teater yang akan kita saksikan sebentar lagi." Mereka semua saling tepuk tangan.

Aku mulai berjalan ke pentas dan memegang mikrofon yang di berikan MC. Mataku memandangi semua teman-teman, sampai akhirnya terhenti di sepasang mola mata Fikri. Dia tersenyum kepadaku.

"Asalammualaikum..wr..wb. Alhamdulillah. Saya bersyukur kepada Allah, atas keberkahan dan karunianya, sehingga saya bisa lulus dengan nilai terbaik dan di berikan kemudahan dalam menyelesaikan naskah ini. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Buk Linda, selaku Guru bahasa Indonesia, yang telah mengajari saya teknik menulis yang baik dan benar, sehingga naskah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Makasi atas kesempatan besar yang telah Ibu dan teater berikan buat saya. Ini adalah pengalaman berharga yang nggak akan saya lupakan seumur hidup."

"Saya bertekad, selesai dari sini, saya akan belajar dan belajar lagi, memperjuangkan impian saya sampai menjadi penulis profesional, dan membanggakan nama sekolah tercinta ini. Terimakasih buat Guru-guru semuanya, dan buat teman-teman tercinta. Naskah ini saya tulis di masa kegalauan saya dalam menghadapi suka dan dukanya kehidupan. ini saya persembahkan buat seseorang yang selalu saya rindukan, dan sebagai permohonan maaf saya juga. Baiklah, saya persembahkan, "Memilih Dia" dari tim teater SMA 2 Kota. Semoga semua terhibur."

Mereka saling tepuk tangan dan bersorak menyambut penampilan kami. Aku melihat anak-anak teater sangat mendalami peran mereka, wajar saja, mereka adalah orang-orang terpilih dan mencintai dunia akting. Aku merasa beruntung dapat mendampinggi mereka mempersembahkan acara terakhir untukku dan teman-temanku. Sangat membanggakan sekali.

Bersambung...

Kebayang nggak gimana keren dan meriahnya acara perpisahan sekolah mereka.

Syifa... Anak yang memiliki banyak impian. Sekarang, salah satunya mimpinya sudah terwujud, keren, ya!

Gimana reaksi Fikri melihat persembahan Syifa yang dia persembahkan khusus untuk dirinya sebagai permohonan maaf yang tulus.

Bantu vote dan komen.

Continue Reading

You'll Also Like

527K 15.1K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?
40.5K 1.1K 22
꧁Yandere Gojo x dandere ex-student reader꧂ ╠Completed╣ You weren't that much of a sorcerer. You had a powerful technique. But surely no other sorcere...
1.1M 62.6K 40
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
6.1K 496 21
Malay Fanfic! "Isk..Kenapa...kenapa hanya aku berbadan besar, aku dibuli sampai macam ni?Isk.." Gempa, seorang gadis malang berbadan besar sering...