Momo tengah mengolesi salep di ruam pada selangkangan Taeyong dengan menyipitkan matanya. Tak tega dia melihat sang anak seperti ini.
Sialan siapa yang berani memperkosa anaknya tanpa rasa tanggung jawab sama sekali?! Jika Momo tau siapa dalangnya, ia tak akan membiarkan lelaki itu hidup sejahtera! Karena ia akan menggunting kemaluan yang sepertinya kelebihan kapasitas itu.
Jika diingat-ingat dulu ketika ia diperawani oleh Heechul ia tak sampai merah seperti ini! Ini lebih seperti pantat Taeyong dimasuki belalai gajah yang benar-benar belalai gajah!
"Bubu beneran ngga inget siapa yang merawanin Bubu?" Tanyanya sekali lagi.
"Engga, Momsky! Tapi pantat Bubu tambah sakit. Rasanya mau meninggal!"
"Heh, ngga boleh ngomong gitu ah! Ngga baik, sayangnya Momsky." Ucapnya dengan mengguyel gemas pipi sang anak.
"Pokoknya Momsky ngga mau tau, dengan cara apapun harus temuin orang yang merkosa kamu!"
Taeyong mengerucutkan bibirnya, "buat apa di cari sih, Moms?"
Mengherankan bukan? Biasanya korban pelecehan itu akan merasa trauma dan seakan ingin menuntut pelaku agar menanggung akibatnya, berbeda dengan Taeyong yang sepertinya merasa baik-baik saja.
"Anak Momsky jangan aneh-aneh ya! Harusnya itu ya kamu yang marah, masih bocil gini udah dibobol, pake belalai segede gajah lagi! Liat itu lubang pantat kamu udah kaya lubang sumur!"
"Kok lubang sumur sih Momsky!" Ujarnya tak terima membuat sang ibu tergelak kecil.
"Udah sekarang kamu istirahat, nanti sarapannya Moms bawain kesini aja, ya?"
Taeyong mengangguk dengan tersenyum, Momo mengusak surai Taeyong terlebih dahulu sebelum beranjak.
Ia turun kelantai bawah, memeriksa anak sulungnya, apakah masih hidup atau sudah tak bernyawa, ups.
"Heechul!"
"Apa?"
"Loh, kok si tua Yuta ngga mati, paling engga koma gitu? Kenapa malah tampangnya masih kaya tukang ojol?"
Yuta memberengut, menatap sang ibu dengan tajam.
"Momsky itu ya kalo ngomong udah kaya ngga bertulang aja!"
"Idih, ya emang lidah Momsky ngga bertulang!"
Yuta memutar bola mata jengah.
"Sekarang, jelasin!"
Yuta menghela nafas pasrah.
...
"Woi Jae!"
Jaehyun menggeram kesal karena dikejutkan oleh suara cempreng yang membuat telinga nya berdengung.
"Yeu si cebol, ganggu aja lo."
"Mulut lo, setan!"
Jaehyun hanya memutar bola mata malas.
"Gue pinjem Johnny dulu ya, Jae. Bentaran doang kok,"
"Ogah, ngga ada, dia kerja disini!"
Ten mencebikkan bibirnya, "cuma nganterin gue ke apartemen baru, Jae. Ya, kasih izin bentar doang sumpah dah."
"Lo mau pindah ke apartemen siapa?"
"Sama sepupu gue, kasian dia sendiri aja padahal masih bocil. Ya, Jae? Gue juga mau jemput dia dulu soalnya, udah nungguin nih anaknya, kasian Jae."
Dengan kesal Jaehyun pun mengangguk paksa.
"Yash! Makasih Jaehyun, i love me!" Serunya dengan berlari girang keluar dari ruangan Jaehyun.
"Si cebol gila,"
"Johnny!"
Walaupun sudah keluar dari ruangannya, Jaehyun masih bisa mendengar Ten berteriak, Jaehyun menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Apa sayang, hm?" Sahut Johnny yang mendengar teriakkan sang kekasih.
"Jaehyun ngizinin kamu, ayo kita jemput si kecil!" Serunya riang.
Johnny terkekeh gemas. Lalu ia pun segera membenahi mejanya untuk segera menuruti permintaan sang kekasih.
"Ayo kita berangkat!"
Dengan menempuh perjalanan lebih dari satu jam, pasangan itupun sampai di kediaman si kecil yang tadi mereka bicarakan.
"Eh, sepuluh udah dateng!"
Ten memberengut mendengar sapaan dari ibu keponakannya itu.
"Ten, Mom!"
"Alah, sama aja. Ayo masuk, tiangnya jangan lupa dibawa."
"Gue diem aja perasaan, tapi kenapa gue kena juga." Gerutu Johnny.
"INEET!"
Tubuh Ten sedikit terguncang tatkala tubuh kecil Taeyong menyerbu dirinya.
"Kan udah dibilang, nama aku itu Ten! Ibu sama anak sama aja, bikin kesel!" Kesal Ten, tapi malah terlihat semakin menggemaskan.
Johnny mengucak surai Ten gemas.
"Alah, kan udah dibilang sama aja."
"Eh, John!"
"Woy, lo gimana? Jadi kuliah di kampus gue kan?"
"Wois, iyalah! Bareng tuh sama bini lo," Ucap Yuta bangga.
"Ini adek gue jadi ikut pacar lo?"
"Dia sepupu lo, jamet! Iya, ini mau jemput dia."
"Liat-liat aja dulu sih, kan sekolah adek lo masih rada lama." Tambah nya.
Yuta mengangguk-angguk.
Heechul datang dari lantai dua menyapa mereka semua.
"Udah pada disini, gimana Ten, Taeyong jadi ikut kamu?"
"Iya Paps, katanya aku disuruh jagain ini bocah, pasti seru kalo kita sekamar, iyakan Bu?!" Serunya girang.
Taeyong tiga hari lagi akan kembali melanjutkan sekolah nya ke jenjang sekolah menengah atas, berhubung sekolahnya cukup jauh dan Yuta yang biasa berangkat dan pulang bersama nya akan melanjutkan kuliah, alhasil mereka menyuruh anak dari kakak Heechul yang kebetulan kampus nya dekat dengan sekolah Taeyong untuk tinggal bersama sekaligus menjaga anak bungsu mereka.
Ya walaupun Yuta akan melanjutkan kuliah bersama Ten, dan akan tinggal diapartemen juga walaupun berbeda gedung dengan Taeyong dan Ten nanti, tapi masalahnya orang tuanya tak percaya sama sekali jika Yuta bisa menjaga adik nya.
Jadi Heechul dan juga Momo lebih mempercayakan Ten daripada Yuta.
"Ayo, Inet! Bubu udah siapin semua barang-barang Bubu!"
"Loh bukannya lihat-lihat dulu ya?"
Taeyong kecil memberengut dan menggeleng keras, "Bubu langsung berangkat!" Cercanya.
Johnny menghela nafas pasrah, padahal Ten berjanji memberikan jatah nanti malam, sial!
To be continued
Yeuu, akhirnya ngelanjutin ini book, ya walaupun yang setuju dilanjutin cuma sebiji doang, eumh syedih saia.
Gapapa, semoga sukak!:)
See you next chap!
[©vvusrr]
5 Nov 2021