3 SOMETHING ABOUT LOVE

By diviana90

113K 14.6K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
⚠️ Bab 19 ⚠️
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
END
DITA X RAGA STORY

Bab 24

2.3K 434 24
By diviana90

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

****


Kegiatan yang paling Naura suka ketika ia pulang kerja adalah makan malam bersama Arga lalu menonton TV seraya tertawa dan bercanda sambil sesekali meledek Arga habis-habisan. Tapi sebenarnya apapun kegiatannya, selama ia bersama Arga, Naura akan menyukainya.

"Kenapa?" tanya Arga.

"Hm?" Naura menatapnya dengan polos.

Pria itu bangkit dari posisi tidurnya yang semula berbaring di atas paha Naura dan memilih untuk duduk lalu menghadapnya.

"Kamu barusan tiba-tiba huha hehe gitu kan aku bingung," katanya.

Naura terkekeh, "Ekspresif banget yah sebel ih."

"Apa memang? Kamu lagi bayangin apa barusan? Bayangin yang iya-iya?"

"Huu! Enak aja!" kata Naura. Ia mencubit pipi Arga dengan gemas, "Barusan lagi mikir."

"Mikir apa?"

"Mikir kok bisa semua hal yang aku lakukan sama kamu, semuanya menyenangkan?"

"Contohnya?" tanya Arga.

Naura mendengus, "Bapaknya denger nggak barusan saya bilang semuanya. Se-mu-a! Yang berarti nggak perlu contoh," sahutnya.

Arga tersenyum karenanya.

"Eh nggak deng! Yang kemarin nggak menyenangkan," ucap Naura, meralat perkataannya sebelumnya.

"Yang kemarin yang mana?" tanya Arga.

Naura tersenyum tipis kepadanya, "Yang aku nanya sama kamu tapi nggak kamu jawab, yang aku confess sama kamu juga tapi nggak kamu bales, terus yang..."

Naura sengaja menggantungkan ucapannya, memberi jeda kepada dirinya sambil memperhatikan ekspresi yang ada di wajah Arga, tetapi sial sekali. Naura tidak dapat melihat perubahan ekspresi apapun di wajah kekasihnya, yang lagi-lagi malah membuat Naura mendengus sebal. Setelah merasa bahwa dirinya bukan pilihan, Naura kini merasa bahwa dirinya bukan apa-apa. Oh Tuhan. Hancur sudah mood-nya hari ini.

"Aku mau bikin mie aja," sambung Naura.

Arga tergelak, "Kamu ngomong aja belom beres sayang," katanya.

"Halah. Sayang-sayang. Palamu peang," geramnya.

Ia menghentakkan kakinya dan berjalan menuju dapur dengan kekesalan yang menggunduk di dalam hatinya sementara Arga yang memperhatikannya malah tertawa. Pria itu menghampiri Naura. Ia berdiri di sampingnya, memperhatikan Naura yang kini membuka bungkus mie instan dengan kesal. Ia juga meletakkan panci ke atas kompor hingga menimbulkan suara—menunjukkan kekesalannya pada Arga, sementara Arga memperhatikannya seraya menggelengkan kepala.

"Asal kamu tahu aja, kamu lucu kalau lagi ngambek."

"Pocong asia afrika kali, lucu," gerutu Naura.

Arga tertawa lagi. Menyenangkan sekali Tuhan, menyaksikan Naura seperti ini.

"Ada yang lebih lucu Naw."

"Iya, ada. Aku. Yang I love you nya nggak dijawab," sindir Naura.

Arga menghela napasnya. Ia meraih tubuh Naura hingga Naura menghadapnya, namun Naura malah membuang muka, tak mau menatap Arga. Membuat Arga memanggilnya dengan lembut, "Naura... sayang..."

Sayang katanya? Wah. Arga sudah gila.

Tidak. Tapi Naura yang sudah gila. Ia tidak sadar akan posisinya sekarang?!

"Kamu minggir nggak? Aku lagi masak mie," kata Naura. Tangannya melepaskan tangan Arga yang memegang bahunya.

"Nanti lagi aja bikin mie nya," timpal Arga. Pria itu berjalan dan mematikan kompor, membuat Naura menatapnya penuh perhitungan.

"Kamu jago ya mematikan sesuatu," sindir Naura.

Arga tertawa, "Naura, ya ampun," katanya.

Naura berjalan menjauhi Arga dan masuk ke dalam kamarnya. Arga mengejarnya, ia duduk di depan Naura yang kini terduduk di ranjang. Pria itu meraih tangan Naura dan menggenggamnya, "Naw... semua waktu yang aku habiskan sama kamu adalah waktu-waktu yang menurut aku nggak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidup aku."

"Sama kamu, aku bener-bener dapet hal yang sebelumnya nggak pernah aku dapatkan."

"Sama kamu, aku bener-bener jadi sosok yang mungkin aku sendiri lupa seperti apa aku dulu."

"Kamu—"

Suara Arga terhenti karena deringan kencang yang terdengar di ponselnya yang tergeletak diatas meja ruang TV. Pria itu menatap Naura dan memberikan sinyal padanya untuk menunggu, lalu ia berjalan terburu-buru mengambil ponselnya. Entahlah, saat ini ia merasa ada sesuatu yang terjadi.

Kening Arga mengerut melihat Nara, teman sekolahnya yang menghubunginya saat ini. Sudah lama sekali ia tidak berkomunikasi. Disisi lain, Naura yang penasaran berjalan pelan mendekati Arga yang sedang berbicara ditelpon, hingga tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ada sesuatu yang buruk terjadi sepertinya.

"Gue kesana sekarang!" ucap Arga panik, lalu dengan segera meraih jas hitamnya yang tergeletak disofa.

"Ada apa, Ga?" tanya Naura menghampiri Arga. "Masalah kantor?" tanyanya lagi memastikan karena ekpresi panik Arga yang tak mampu disembunyikan. Arga memakai jasnya dengan terburu-buru, ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya. "Arga, aku sedang bertanya!!" pekik Naura kesal, lantaran Arga sama sekali tidak menjawab pertanyaannya, bahkan menyadari dirinya yang berada dihadapanyapun tidak.

"Maggie pendaharan, dia self harm. Aku harus cepet-cepet kesana!" jawab Arga masih dengan panik. Ia memakai kaos kakinya terburu-buru.

Naura terdiam. Rasanya hatinya seperti disayat pisau tumpul yang membuat hatinya terluka secara perlahan namun dengan cara sangat menyakitkan. Melihat wajah Arga yang begitu panik mendengar kabar dari Maggie membuat Naura semakin sadar diri, dia bukan siapa-siapa. Naura hanya selingan bagi hidup Arga, dia bukan barang berharga yang membuat Arga lupa akan statusnya. Arga suami dari Maggie.

"Aku pergi dulu" pamit Arga bangkit dari sofa setelah selesai memakai sepatunya.

Kedua lengan Naura mengepal kencang seolah tengah menahan rasa kesal dan sakit yang kini menjadi satu. "Bisakah kamu tetap disini?" pinta Naura.

Arga menghentikan langkah kakinya, ia menatap Naura seolah tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Naura barusan. "Aku harus pergi Naura, Maggie ada di rumah sakit sekarang" terang Arga.

"Aku meminta kamu untuk tetap disini!" sangat terlihat jika saat ini Naura ingin menahan Arga untuk tidak pergi meninggalkan dirinya.

"Gak bisa Naw, Maggie butuh—"

"Sampai kamu keluar dari rumah, jangan pernah berharap kamu bisa kembali kesini atau bahkan bertemu lagi denganku" ancam Naura serius. Sorot matanya terlihat tajam dan bersungguh-sungguh akan ucapannya kali ini.

Arga berjalan menghampiri Naura perlahan, ia mencoba untuk menenangkan Naura yang sepertinya tengah emosi. "Naw, kamu kenapa?" tanya Arga mengusap bahu Naura, karena baru kali ini ia melihat Naura begini.

Naura tetap mematung, ia menatap Arga lekat. "Kamu masih tanya aku kenapa? Kamu pura-pura gak tau atau malah ingin langsung mendengarnya dari mulutku langsung?"

"Sayang kamu—"

Naura melepaskan lengan Arga yang berada dibahunya. "Stop Arga!! Berhenti panggil aku sayang! Nyatanya bukan aku orang yang kamu sayang! Aku hanya perempuan bodoh yang terbuai oleh sikap suami orang yang nyatanya hanya mempermainkan perasaan aku ini. Setelah semuanya kamu dapatkan, sekarang waktu yang tepat untuk membuang sampah ini, kan?" oceh Naura sambil meneteskan air mata. Ucapan Naura kali ini membuat Arga kebingungan. Ia tidak menyangka jika Naura menilainya seperti ini.

"Naw!! Apa kamu sadar ngomong kaya gini? Liat aku Naura!" pinta Arga memegang tubuh Naura kuat. "Aku sayang sama kamu, tapi saat ini kondisi Maggie gawat Naw, dia lagi ada di rumah sakit" terang Arga.

Naura memalingkan pandangannya, ia tidak mau terbujuk atau bahkan kalah lagi dengan ucapan Arga. Rasa egoisnya telah mengalahkan kewarasannya saat ini. Naura hanya menginginkan Arga untuknya, peduli amat dengan Maggie yang tengah berada di rumah sakit.

Ya Tuhan Naura! Dimana rasa kemanusiaanmu?

"Baiklah, silahkan. Aku memberikamu pilihan. Tetap disini bersamaku atau pergi dan menemui istrimu. Jawaban ada padamu, Ga. Satu hal, jika kamu tetap pergi, tolong jangan lagi menemuiku!" ancam Naura.

Arga mengusap wajahnya frustasi, disaat seperti ini ia malah dihadapkan pada pilihan sulit. Arga tidak mampu untuk memilih salah satunya. Arga tidak mampu kehilangan Naura, perempuan yang menjadi mood bosternya bahkan hari-harinya lebih indah saat bersama Naura. Namun Arga juga tak bisa meninggalkan Maggie, istrinya yang kini sendirian di rumah sakit.

"Maaf Naw, aku harus pergi. Maggie saat ini membutuhkanku, aku janji akan segera kembali setelah semuanya membaik" janji Arga memeluk tubuh Naura.

Naura tertawa dan meneteskan air mata secara bersamaan, ia membalas pelukan Arga saat ini. "Baiklah Arga, ini pilihanmu. Anggap saja ini adalah pelukan terakhir kita, jangan sampai kita bertemu lagi" ucap Naura kemudian melepaskan tubuh Arga.

"Naw" sebut Arga.

"Pergilah, ini pilihanmu bukan?" usir Naura halus.




To Be Continue

*****


Selamat malam semuanya, mari bermalam minggu nan kelabu bersama Naura. Temani menangis, meratapi nasib baik yang tak berpihak padanya. Berkali-kali menyadarkan diri, nyatanya kewarasan itu kalah oleh perasaan.


Jatuh cinta itu bukan dosa ...

Jatuh cinta itu bukan kesalahan ...

Namun Jatuh Cinta pada orang yang salah itu adalah Dosa!

Continue Reading

You'll Also Like

4.3K 221 12
-Tentang dua Hati yang saling mencintai, namun memilih untuk saling mengkhianati- Published : [26-01-21] Ending : [19-05-21] ©saturfive_2002, 2021
2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
91.4K 5.4K 13
Kepingan yang hilang. Januari, 2019. chichi_yunie
1.3K 243 5
Lana hanya ingin menjalani kehidupan kampusnya dengan normal. Mendapat nilai sempurna dan menghindari masalah apa pun agar beasiswanya tidak dicabut...