Harmony ; family relationship

By cherriessade

39K 3K 330

(COMPLETED) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang kisah percintaan atau penghianatan, bukan juga mi... More

prolog
one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fifteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty one
twenty two
twenty three
twenty four
twenty five
twenty six
twenty seven
twenty eight
twenty nine
thirty
thirty one
thirty two
thirty three
thirty four
thirty five
thirty six
thirty seven
thirty nine
fourty
fourty one
fourty two (END)
Promote

thirty eight

467 51 10
By cherriessade

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

LANGIT cerah tidak membuat orang-orang disana menjadi ceria. Suram dan sendu kental terasa.

Orang-orang berpakaian serba hitam berdiri sambil merapalkan doa didepan gundukan tanah subur bertuliskan nama lengkap Queen.

Keluarga yang ditinggalkan merasa berduka atas kepergian orang yang paling mereka sayangi. Semua anggota keluarga tentu sangat terpukul atas kepergian Queen, tetapi diantara semuanya, Beltran yang paling kentara menunjukan rasa kesedihannya.

Duduk disebelah makam sambil memeluk nisan Mommynya. Ada semacam perasaan tidak rela saat Tuhan lebih dulu mengambil Mommynya pergi bahkan disaat dia belum pernah membahagiakan Mommynya dengan hasil kerja kerasnya sendiri.

"Mommy, jangan tinggalin aku" Dia meraung sangat keras membuat orang-orang disana menatap iba kearahnya. "Aku masih butuh Mommy"

"Mommy..." dia terisak sambil terus mengelukan kata 'Mommy'.

"Ikhlasin Mommy ya, nak." Bryan mengusap punggung Beltran, Pria itu menghapus air disudut matanya sebentar. Berusaha untuk tetap tegar dimata anak-anaknya meski dialah yang merasa paling hancur karena ditinggalkan. "Daddy juga awalnya begitu, tetapi Daddy sadar Mommy kamu nggak akan pernah bisa beristirahat dengan tenang selama kita belum melepaskan kepergian dia dengan ikhlas. Jadi, Daddy mohon...ya, nak?"

Meski sulit, namun dengan gerakan pelan Beltran mengangguk. Menepis jauh rasa perasaan tidak relanya demi bisa membuat Mommy pergi dengan tenang.

Didepan Beltran dan Bryan ada Bara dan juga Alin. Alin juga terisak, pasti cukup sakit baginya disaat dirinya baru menemukan Ibu kandungnya dan ingin mulai hidup bersama, namun malah kembali dipisahkan oleh takdir. Meski tahu semua ini karena takdir, namun Alin tetap merasa bersalah. Mengklaim dirinya sebagai penyebab Queen meninggal. Andai Mommy tidak menolongnya saat ditembak oleh suami Mamanya, Mommy pasti masih hidup dan dia yang akan ada pada posisi Mommy sekarang berada. Yah, memang seharusnya begitu.

Sedangkan Bara, dia tidak banyak bicara. Dia hanya diam sesekali menahan matanya yang berkaca-kaca. Kentara sekali bahwa pikirannya campur aduk, emosinya tidak stabil. Dari ekspresinya ada perasan marah, sedih, kecewa, sakit yang bercampur menjadi satu. Dia bahkan tidak tertarik untuk menenangkan Alin maupun Beltran yang histeris. Menenangkan dirinya sendiri saja dia tidak mampu. Seumur hidupnya dia tidak pernah marah-marah dan melawan Mommynya, namun untuk kali ini rasanya dia ingin marah. Mommy meninggalkannya pergi. Mengapa Mommy tidak sekalian mengajaknya?

"Aku udah Ikhlasin Mommy, Mommy yang tenang disana. Aku pasti nyusul, tapi mungkin masih lama. Mommy harus bahagia disana ya dan tungguin aku juga. Aku bakal nggak sabar pengen ketemu Mommy" Beltran mencoba untuk mengembangkan senyumnya didepan nisan Mommy. Sebelumnya, dia menghapus sisa-sisa bercak air matanya dipipi.

Perlahan-lahan orang-orang mulai berkurang. Hingga semua sanak saudara, keluarga, maupun teman-teman sudah pulang menyisakan keluarga mereka saja.

Langit yang awalnya cerah, kini mulai menggelap. Diawali rintik-rintik kecil yang berubah menjadi gerimis. Sudah hampir jam enam sore, waktunya untuk pulang kekediaman. Untuk pertama kalinya mereka akan hidup bersama tanpa Queen.

"Mommy, aku pulang dulu ya. Aku bakal sering-sering kesini. Aku sayang Mommy" lirih Beltran sambil mengusap nisan Queen kemudian dia berdiri.

Bara dan Alin sudah berjalan lebih dulu ke mobil. Beltran melirik Daddynya yang masih duduk didepan makam ibunya.

"Daddy?"

Sontak Bryan menoleh. "Kamu duluan aja, Daddy masih pengen ngobrol sebentar sama Mommy"

Beltran mengangguk. Lalu dia memberikan payung ditangannya kepada Bryan.

"Nggak usah. Kamu aja yang pake"

"Daddy aja. Aku nggak mau nanti Daddy demam, aku nggak bisa cara rawatnya"

"Kamu aja. Imun Daddy kuat"

"Daddy udah tua, aku masih muda. Imun aku lebih kuat. Jadi Daddy aja yang pake" Beltran dengan keras kepalanya bersikekeh untuk memberikan payung kepada Daddynya. Membiarkan kepalanya dibasahi oleh gerimis hujan.

"Kamu aja-"

"Daddy kalo pengen ketemu Mommy ya nanti! Aku udah kehilangan Mommy, aku nggak mau kehilangan Daddy lagi!!" Beltran tiba-tiba membentak dengan suara kesal.

Bryan menghela nafas panjang. Pada akhirnya dia mengalah. Menerima payung yang disodorkan oleh putra bungsunya.

Dia menatap punggung putranya yang berjalan menjauh, lalu tersenyum, "anak kesayangan kamu tuh"

Dia menoleh lagi kemakam istrinya, mengusap tanahnya dengan perlahan. "Sayang, aku bakal janjiin masa depan anak-anak kita. Akan aku pastikan mereka akan jadi orang hebat."

Bryan menghela nafas kali ini seperti orang yang putus asa. "Mulai besok dikehidupan aku nggak ada lagi kamu, mikirinnya aja aku nggak kuat tapi aku akan berusaha untuk jalanin hidup demi anak-anak kita."

"Aku nggak pengen ngomong banyak-banyak sama kamu. Aku cuma mau kamu tau kalau sampai sekarang bahkan sampai detik ini, perasaan aku masih sama dengan 20 tahun lalu, bahkan semakin bertambah setiap harinya." Bryan tersenyum kecut.

"Aku bersyukur ketemu kamu. Aku nggak salah milih orang yang tepat untuk jadi pasangan hidupku. Kamu harus tau, kamu adalah orang paling spesial dalam hidupku. Yang tenang disana, sayangku" Bertepatan dengan air mata terjatuh dari pelupuknya.

Awalnya cuma setetes, namun semakin deras. Bryan terisak untuk pertama kali setelah sekian lamanya. Terakhir dia menangis terisak ketika SD kelas 3.

Dan kali ini, karena orang yang dia cintai, orang yang paling dia sayangi, orang yang merupakan segalanya dihidupnya membuatnya terjatuh dan lemah.

Tangisnya disana terdengar pilu. Tangisan tanpa harapan. Membuat hati ikut berdenyut bagi siapapun yang melihat itu.

Dari jauh, Beltran diam-diam menangis melihat Daddy. Mereka melupakan bahwa Daddy adalah yang paling terluka disini.

"Mommy.....Daddy masih butuh Mommy"

***

~END~

huhuhu
maaf endingnya cuma kek gini😢






































































canda sayang, belom kok.
masih ada lanjutan.

***

"Mommy!!!" Beltran langsung tersentak ketika terbangun dari tidurnya.

"Kenapa?" Tanya Daddy disebelahnya.

Sontak Beltran menatap sekelilingnya. Menyadari dirinya berada dirumah sakit, tanpa sadar dia membuang nafas lega. Hanya mimpi.

Sadar sesuatu, Beltran menoleh pada Bryan. "Mom gimana, Dad?"

"Daddy nggak tahu jelasnya gimana, tapi dokter bilang Mommy harus dioperasi. Organnya mengalami kerusakan yang serius. Pendarahannya terlalu banyak, untungnya kita bisa bawa Mommy kamu tepat waktu."

"Terus operasinya kapan?"

"Harusnya dua jam lagi."

Beltran menyadarkan punggungnya sambil menekan pangkal hidungnya. Didalam hati, dia terus merapalkan doa berulang-ulang agar Tuhan mau memberi keselamatan untuk Mommynya.

"Bang Bara mana?" tanyanya baru sadar ketika tidak melihat Bara disana.

"Ngambil pakaian dirumah. Daddy bakal nginep disini nemenin Mommy kamu"

"Aku juga,"

"Kalian sekolah besok"

"Aku mau temenin Mommy!"

"Ada Daddy. Kamu harus pergi sekolah"

"Tapi, Dad-"

"Sekolah" Potong Daddy cepat.

Beltran menghela nafas pasrah. Teringat satu hal lagi, dia mendongak, "Alin mana?"

"Katanya tadi ketoilet sebentar"

Ekspresi Beltran berubah menjadi dingin, "gara-gara dia nyawa Mommy dalam bahaya sekarang."

"Hey, jangan gitu, nggak boleh. Dia kakak kamu dan ini bukan kesalahan dia. Memang sudah takdirnya seperti ini. Kamu nggak bisa nyalahin takdir, nak"

"Cih, takdir?! Dari awal aja dia udah nggak nerima kita sebagai keluarganya, harusnya kalian nggak perlu capek-capek bujuk orang yang nggak tau diri kayak dia. Coba aja dari awal dia nggak egois, nggak akan ada yang jadi korban." Beltran kalut. Ini menyangkut nyawa Mommy, sementara Mommy adalah orang yang paling dia sayangi. Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Mommynya sekalipun jika itu Daddynya.

" Daddy paham yang kamu rasain, tapi tetap nggak boleh seperti itu. Lebih baik kamu dinginkan kepala kamu dan berdoa minta Mommy diberi keselamatan sama Tuhan" balas Daddynya lembut.

Beltran menarik nafas lalu menghembuskannya panjang.

"Udah sholat?" lanjut Daddy kemudian.

Dia menggeleng pelan.

"Sholat dulu gih"

Beltran menganggukkan kepalanya sebelum kemudian beranjak dari tempat duduk menuju ke mushola rumah sakit.

***

Bara duduk dengan pandangan lurus kedepan. Dia gelisah, panik, takut, dan juga khawatir. Banyak sekali hal-hal menakutkan yang terbayang dipikirannya. Tidak sekali dua kali dia menutup mata untuk membaca doa dalam hati agar Mommy diberi kesalamatan dan kelancaran operasinya.

Disebelahnya ada Daddy yang memejamkan matanya dengan kening yang berkerut, sepertinya Daddy juga sedang khawatir sekarang. Ada juga Alin yang menundukkan kepala, sepertinya sedang menyesali perbuatannya egoisnya dulu. Sementara Beltran berjalan mondar-mandir dengan cemas didepan pintu ruang operasi.

Hingga tak lama kemudian, pintu ruang operasi terbuka membuat keempat orang diluar refleks menoleh.

Bryan langsung berdiri menghampiri sang Dokter, "Bagaimana keadaan Istri saya, Dok?"

"Operasinya berhasil. Lukanya sangat fatal, suatu keajaiban kami bisa berhasil melakukan operasinya. Namun, apabila pasien tidak kunjung sadar dalam 48 jam, pasien dinyatakan koma yang bahkan dapat berujung kematian. Banyak-banyak berdoalah kepada Yang Maha Kuasa, hasil akhir bukanlah ditangan kami para Dokter, tetapi Tuhan yang menentukannya. Kalau begitu, Saya pamit"

Sampai Dokter berlalu pergi, keempat orang disana tetap bergeming ditempat. Rasa khawatir semakin membuncah ketika mendengar pernyataan sang Dokter.

Bryan terduduk lemas. Mengusap wajahnya kasar sambil terus-menerus memohon pada Tuhan didalam hati.

***

TBC

Baru sadar uda lama ngga revisi "Bryan". Terakhir revisi itu tanggal 28 febuari dipart 41 berarti udah hampir 7 bulanan dong:(

Published September 22, 2021.
10.57 PM

Continue Reading

You'll Also Like

AlZoe [END] By jwies

Teen Fiction

226K 8.2K 83
[BUDIDAYA KAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA,DAN JANGAN LUPA VOMENT] 'Al, I love you'-Zoeline 'Gatau diri, benci gue sama Lo'-Alvarez __________________...
392K 15.2K 51
Selamat membaca kisah Arshaka Kai Bimantara dan Naeva Raveena Arkatama โค๏ธโค๏ธโค๏ธ Naeva Raveena Arkatama, atau kerap di sapa Naeva, adalah gadis baik, pe...
2.4K 122 12
RAW NOVEL TERJEMAHAN No edit (mtlnovel.com) Detail Judul Singkat : HDSDTA Judul Asli : (ๅฟซ็ฉฟ)ๅฟƒ้ญ”ๅฅนๅˆๅœจๆžไบ‹ Status : Completed Author : ๅญ่€ฝ Genre : Adventure...