4 Brother'z | TERBIT

By AriraLv

6.2M 573K 18.2K

"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga... More

Prolog
Cast
πŸŒ™γ…£1. Lun adalah Panggilannya
πŸŒ™γ…£2. Mereka yang Sama
πŸŒ™γ…£3. Sebuah Keputusan Besar
πŸŒ™γ…£4. Acaranya Datang!
πŸŒ™γ…£5. Datang Untuk Menjemput
πŸŒ™γ…£6. Kediaman yang Baru
πŸŒ™γ…£7. Hanya Panggilan Saja
πŸŒ™γ…£8. Aktivitas Baru Dimulai
πŸŒ™γ…£9. Perkenalan & Hilang
πŸŒ™γ…£10. Dia adalah Korban
πŸŒ™γ…£11. Dia yang Selalu Berbeda
πŸŒ™γ…£12. Permintaan Maaf Ditolak
πŸŒ™γ…£13. Keluarga Baru? Rumit
πŸŒ™γ…£14. Ada Mereka yang Siap
πŸŒ™γ…£15. Alderion Jadi Galau
πŸŒ™γ…£16. Mirip dengan Alderion
πŸŒ™γ…£17. Jus Alpukat dan Petaka
πŸŒ™γ…£19. Grup Chat "Brother'z"
πŸŒ™γ…£20. Dua Pengawal yang Siap
πŸŒ™γ…£21. Keributan di Jalan
πŸŒ™γ…£22. Melarikan Diri ke Bukit
πŸŒ™γ…£23. Dia Adalah Penyebabnya
πŸŒ™γ…£24. Hanya Sekedar Pengganti
πŸŒ™γ…£25. Perasaan yang Bimbang
πŸŒ™γ…£26. Hubungan Antarsaudara
πŸŒ™γ…£27. Ini Akan Semakin Rumit
πŸŒ™γ…£28. Semua yang Telah Terjadi
πŸŒ™γ…£29. Pertemuan yang Kedua Kali
πŸŒ™γ…£30. Pengakuan Empat Kakak
πŸŒ™γ…£31. Kedatangannya, Masa Lalu
πŸŒ™γ…£32. Harapan untuk Mereka
πŸŒ™γ…£33. Dimulai dari Sini, Bersama
πŸŒ™γ…£34. Si Kembar, Memperebutkan
πŸŒ™γ…£35. Pertama Kalinya Terpesona
πŸŒ™γ…£36. Katanya, Benih Cinta?
πŸŒ™γ…£37. Dirinya dan Dendam
πŸŒ™γ…£38. Dia, Rembulan Zanava
πŸŒ™γ…£39. Belum Bisa Pulang
πŸŒ™γ…£40. Cahaya yang Meredup
π™šο½₯ Awan untuk Rembulan
π™šο½₯ Segera Terbit
π™šο½₯ Vote Cover
π™š- Pre-Order
π™š - Hard Cover & Cash Back

πŸŒ™γ…£18. Balapan Liar Malam Ini

121K 12.9K 90
By AriraLv

''Terkadang apa yang sudah direncanakan bisa gagal karena suatu hal yang tidak terduga''

Pukul sepuluh malam, Rembulan masih membuka matanya lebar-lebar, melihat gorden kamar yang berkibar karena jendela terbuka menimbulkan angin berembus masuk ke dalam. Rembulan menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhnya, ia bangkit dan melangkah maju untuk menutup jendela dan menguncinya.

Seharusnya, sekarang ini ia sudah tidur dan sudah menikmati alam mimpinya, tapi karena pikiran-pikiran yang berkecamuk dan juga mengganggu hitungan dombanya, mata Rembulan jadi tidak bisa menutup.

Mengenai pikiran-pikirannya yang mengganggu, sebenarnya Rembulan hanya sedang berpikir keras bagaimana caranya ia meminta maaf pada Alvaro nanti. Ia juga harus memilih waktu yang tepat agar Alvaro tidak merasa terganggu atau marah lagi padanya. Rembulan tidak mau itu terjadi.

Pandangan Rembulan tertuju pada jam dinding berwarna biru yang terletak di samping lemari. Sudah pukul sepuluh lewat lima belas, apa Alvaro sudah tertidur?

Dengan tekadnya yang tinggi, Rembulan beranjak dari tempat tidurnya, ia membuka knop pintu dengan sangat pelan berharap ia tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Kepalanya celingak-celinguk, melihat keadaan lantai dua yang nampaknya sepi. Kamar saudaranya yang saling berhadapan pun sudah tertutup rapat. Sepertinya mereka sudah beristirahat.

Alderion pernah bilang, keluarga Zanava tidak berada di luar kamar jika sudah melewati pukul sepuluh malam. Itu adalah sebuah aturan yang sudah ada sejak lama, sejak mereka kecil agar pagi nanti mereka tidak mengantuk atau kesulitan bangun.

Untuk kali ini, semoga Alderion bisa memaafkannya karena sudah keluar kamar padahal jarum pendek jam akan segera menuju ke angka sebelas. Selain itu, tampaknya ini waktu yang tepat agar ia bisa menemui Alvaro tanpa gangguan siapapun.

Rembulan baru saja hendak mengetuk pintu, tetapi pintu terbuka lebih dulu dan menampilkan postur tubuh Alvaro yang lebih tinggi dibandingnya.

Alvaro mengernyit melihat Rembulan di hadapannya, namun ia memilih mengabaikan gadis itu dan melangkah cepat menjauh, menuruni tangga dengan langkah kaki yang dibuat senyap.

Memperhatikan semua itu dalam diam karena masih terkejut, akhirnya Rembulan segera menyusul Alvaro, yang kini sudah membuka pintu rumah bagian belakang. Awalnya Rembulan tidak tahu, Alvaro akan melakukan apa, tapi ketika melihat Alvaro menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan jaket, ditambah meraih sebuah helm, Rembulan tahu lelaki itu hendak pergi ke luar.

"Kak, mau ke mana?" Rembulan sudah berada di samping Alvaro, langkahnya yang cepat serta tak menimbulkan suara itu membuat Alvaro tersentak.

Kening Alvaro mengerut dibalik helmnya. "None of your bussiness," jawabnya lalu naik ke atas motor.

"Kakak udah izin ke Papa? Atau ke kak Rion?" Rembulan masih bersikeras. Bukannya ingin ikut campur, tapi Rembulan cukup khawatir jika Alvaro keluar malam seperti ini, apalagi tanpa izin. Bisa saja Anggara marah lagi.

Alvaro ingin menjawabnya dengan semua perkataan kasar yang biasa ia gunakan, tetapi saat sebuah cahaya senter terlihat, Alvaro sadar jika satpam di rumahnya pasti sedang berkeliling. Segera ia menyembunyikan kembali motor, menunggu agar satpam itu melewatinya. Tapi, Alvaro baru ingat jika ada sosok lain di sini.

Dengkusan keras Alvaro keluarkan, ia menatap Rembulan dari atas sampai bawah. Percuma ia bersembunyi dari satpam jika gadis itu ada di sini, gadis itu pasti membeberkan kelakuan Alvaro pada saudaranya yang lain.

"Lo mau ngaduin gue?" Alvaro berbisik, pada Rembulan yang merapatkan tubuh ke dinding garasi agar tak terlihat satpam.

Kepala Rembulan menggeleng. "Nggak, Kak. Bulan gak akan aduin Kakak, tapi Kakak harus jawab dulu, Kakak mau ke mana? Ini udah malam."

Seringaian Alvaro tercetak di wajahnya, sayangnya Rembulan tak bisa melihat karena terhalang helm. "Kepo lo? Ikut gue."

- 4B -

Rembulan masih tidak percaya, dirinya berada di arena balapan liar malam bersama Alvaro. Sebelumnya, ia tidak pernah tahu ada tempat seperti ini, tapi Alvaro yang baru saja pindah dari luar negeri mengetahuinya, sangat menakjubkan. Banyak sekali orang, suasana berisik karena teriakan dukungan dan deruman motor, bising sekali.

Saat ini, Rembulan masih duduk di boncengan motor Alvaro, menunggu lelaki itu mengintruksi melakukan sesuatu, tetapi sedari tadi Alvaro hanya diam, sama sekali tak berbicara apapun.

"Kak." Rembulan mengetuk helm yang Alvaro gunakan. "Bulan harus apa, Kak?"

Alvaro tak menjawab, tetap memperhatikan ke depan hingga akhirnya motornya melaju ke arah garis dimulainya tempat balapan. Di sana, sudah ada motor lain yang terhenti di samping kiri Alvaro.

"Bro, lo serius bawa cewek mau balapan?" sosok lelaki yang menjadi lawan Alvaro terkekeh, ia belum memakai helmnya, menunjuk Rembulan dengan terang-terangan. "Atau taruhannya emang dia? Gue kalah, lo ambil uang gue, cewek lo aman. Gue menang, gue ambil cewek sama motor lo."

Alvaro melirik lawannya sejenak, kepalanya langsung mengangguk tanpa ragu. Sementara di belakangnya, Rembulan membulatkan matanya seketika. Ia menggeleng. Jelas sekali tidak mau ikut balapan, apalagi dibonceng seperti ini. Sayangnya, tangannya langsung dicekal oleh Alvaro, kepala lelaki itu menggeleng membuat Rembulan semakin bingung di tempat.

Dalam diam, Alvaro sudah merencanakan ini karena Rembulan sudah mengganggunya saat hendak pergi tadi. Ia ingin membalasnya, dan ini waktunya. Alvaro akan membuat gadis lugu itu merasakan bagaimana penyesalan karena sudah menerima ajakannya.

Begitu bendera yang dipegang gadis di tengah-tengah jatuh ke aspal, dua motor itu langsung melaju kencang diiringi sorak-sorakan penonton.

Di lain sisi, Rembulan kini memeluk kencang Alvaro agar ia bisa selamat dari kejadian yang tak mau ia bayangkan sebelumnya. Selain menahan dinginnya angin malam, Rembulan harus menahan gemetar karena baru pertama kali kebut-kebutan seperti ini. Detak jantungnya berpacu dengan kencang sekali, seperti hendak menerobos keluar dari tubuhnya.

Memejamkan mata, Rembulan tidak peduli jika kacamatanya pecah karena ia terlalu menekan wajahnya pada punggung Alvaro atau tidak. Satu yang Rembulan pikirkan saat ini. Umurnya tak lagi panjang.

Satu putaran berlangsung, balapan liar tengah malam saat ini dimenangkan oleh Alvaro yang lebih dulu melewati garis finish. Sorakan terdengar di mana-mana, menjadikan Alvaro pusat perhatian sekarang.

"Nih, uang gue." Lawan Alvaro tadi menghampiri pada Alvaro yang sudah menepi. "Sesuai janji taruhan."

Alvaro memutar bola matanya, masih enggan membuka helm, kepalanya menggeleng. "Lo ambil aja," ucapnya. Sebab, Alvaro tak membutuhkan itu ia hanya ingin membuat kapok sosok gadis di belakangnya.

Begitu kepergian lawannya tadi, Alvaro segera turun dari motor, membiarkan Rembulan yang gemetaran di boncengan motornya. Seringaian Alvaro tercetak jelas, puas sekali, apalagi melihat kepala gadis itu yang tertunduk dengan isak tangis.

"Seru?" Alvaro puas, Alvaro senang dengan ini. "Nangis lo?"

Kepala Rembulan menggeleng, buru-buru ia mengusap air matanya dengan kedua tangan yang masih gemetaran. Ia memandang Alvaro yang berdiri di hadapannya. "Bulan m-minta maaf, Kak."

Alis Alvaro terangkat satu, apa maksud gadis itu meminta maaf?

"Kakak pasti kesel sama Bulan ya? Gara-gara kemarin sama tadi sore, makanya kakak lakuin ini ke Bulan. Maaf, Kak." Rembulan amat tahu, Alvaro tidak menyukainya karena kedatangan Rembulan dalam kehidupannya.

Tadi, saat ia diajak keluar bersama Alvaro, Rembulan teramat senang. Ia pikir, ia bisa menyatakan maafnya secara baik-baik pada Alvaro, ia tidak menyangka jika dirinya malah diajak balapan seperti ini, menjadikannya pengalaman pertama yang tak pernah Rembulan inginkan.

Hanya saja, ini pasti belum seberapa. Alvaro akan membalasnya lebih dalam lagi. Seperti orang-orang di luar sana memperlakukan Rembulan. Tetapi dengan kondisi yang berbeda. Jika di sekolah Rembulan mendapat rundungan dengan alasan tak jelas dan tak masuk akal, maka di sini bersama Alvaro, Rembulan mendapatkan perilaku tak menyenangkan karena Rembulan sudah mengusik hidup Alvaro.

"Kakak pasti gak suka. Bulan tiba-tiba datang kayak gini, bikin keluarga kakak berubah. Maaf, Kak. Bulan minta maaf. Pasti rasanya gak enak 'kan? Susah ya, terima orang baru? Bulan gak tahu rasanya gimana, tapi Bulan tahu gimana takutnya ada orang lain di kehidupan sendiri yang udah tenang."

Mulut Alvaro tetap bungkam, ia hanya memperhatikan Rembulan yang juga menghentikan ocehannya. Rembulan, gadis yang hanya mengenakan piyama dan sandal rumah.

Alvaro mendengkus. Ia membuka helmnya, langsung memasangkannya pada Rembulan tanpa suara. Selain itu, ia juga melepaskan jaketnya dan melemparkannya pada Rembulan. Sementara ia sendiri kembali naik ke motor.

Jangan salah paham mengenai sikapnya. Ia hanya tidak mau gadis itu sakit dan pastinya saudaranya yang lain akan khawatir. Setelah itu, maka kejadian ini akan terbongkar bukan? Jelas, Alvaro akan disalahkan. Alvaro tidak mau harus berdebat lagi dengan Anggara.

Gimana sama chapter ini? Seru nggak?
Seru ya, seru ya! Mari lanjut scroll lagi!💜

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 922 5
Sequel OYWP!! A/n : Sebelum membaca book ini di harapkan membaca OYWP dulu ya guys biar gak bingung:) #Start : 10 Des 2023
1.9M 95.2K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
6.2K 777 10
Ketika hati tidak tahu dimana dan pada siapa akan berlabuh, perasaan Rey justru terperangkap pada orang yang usianya tiga tahun lebih dewasa darinya...
HANCUR! [END]. By el

Teen Fiction

514K 38.6K 41
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] {PART MASIH LENGKAP, SUDAH ADA SEKUELNYA: KESEMPATAN!} (Fiksi Remaja, Romansa) Warning: Cerita ini mengandung bawang, jika...