Behind the Tears

By archaeopteryx_

148K 17.1K 1.6K

Keyara Ravata di masa lalu adalah gadis yang paling dibenci, pelaku bullying, semena-mena, dan berkuasa. Hing... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23

Chapter 6

5.7K 793 62
By archaeopteryx_

Arga membeku dengan mata awas yang tak lepas menyasar pada Andra. Semakin kuat dugaannya jika sahabatnya ini telah lama mengagumi Keyara atau bahkan sudah pada tahap jatuh cinta pada Keyara. Arga merasa berhak untuk marah meski ia tahu belum ada cinta untuk istrinya. Harga dirinya serasa diinjak-injak.

"Bagaimana bisa kamu bicara seperti ini sementara aku dan Keyara belum resmi bercerai?"

Andra menyipitkan mata.

"Bukankah tadi aku bilang kalau kamu dan Keyara benar-benar berpisah, aku ingin maju mendekati Keyara. Ini tidak salah, 'kan? Aku baru akan bergerak jika memang kamu dan Keyara berpisah. Kalau kalian tidak jadi pisah, aku tidak akan membuat masalah dan tidak akan pernah mendekati Keyara." Andra menegaskan kata-katanya. Ia tak mau Arga salah paham. Namun, ia pastikan bahwa semesta pun tak akan menyangsikan keseriusannya.

Arga mengangkat sebelah sudut bibirnya, mencetak satu senyum sinis. Ia tahu benar, Andra menyukai wanita yang aktif dan percaya diri, bukan wanita pendiam dan tertutup seperti Keyara. Arga berpikir mungkin Andra sengaja memanasinya, meruntuhkan harga dirinya sebagai suami. Ya, meski baginya pernikahannya hanya sebatas status, tapi ia tak suka Andra yang seolah menikam dengan cara halus.

"Apa tidak ada wanita lain? Kenapa harus Keyara? Kenapa di antara sekian banyak perempuan, kamu memutuskan untuk mendekati Keyara?"

Andra terdiam sekian detik. Ia masih menatap Arga tajam. Tidak ada sedikit pun keraguan di matanya.

"Aku mengagumi Keyara dan aku ingin membahagiakannya."

Arga tertawa pendek. Sejujurnya ingin ia luapkan amarah dan jika perlu menonjok wajah Andra saat itu juga. Namun, ia berusaha menahannya. Ada sesuatu yang tak bisa dijabarkan dan mungkin tidak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan Arga. Satu yang pasti, dengan segala keegoannya, laki-laki itu tak ikhlas hati jika ada yang mendekati Keyara.

"Atau jangan-jangan kalian bermain di belakangku?"

Andra menganga, tak percaya sahabatnya akan menuduhnya serendah itu.

"Jangan menuduh sembarangan! Keyara wanita terhormat yang menjaga kehormatannya sebagai seorang istri. Bahkan dia tidak pernah tahu jika aku mengaguminya."

Arga tak dapat mengendalikan diri. Ia raih kerah Andra dengan kasar. Matanya memerah. Andra yang juga terkejut berusaha menahan diri. Ia tahu, Arga bukan tipikal orang yang mau begitu saja melepas apa yang dia miliki. Apalagi jika ada orang lain yang siap memiliki sesuatu yang pernah ia kuasai.

"Jujur, aku memang tidak mencintai Keyara, tapi aku juga tidak mau kamu mendekatinya meski nanti kami benar-benar pisah."

Andra membisu sekian detik. Mata awasnya masih menyasar pada wajah Arga yang dipenuhi gurat-gurat amarah.

"Kamu egois, Arga. Kalau kamu tidak bisa membahagiakan Keyara, lepaskan dia! Dia pantas untuk dicintai dan bahagia. Kalau kamu memang nggak rela dia dimiliki orang lain, buktikan kalau kamu bisa menjadi suami yang baik untuknya!"

Arga mengendurkan cengkeramannya di kerah kemeja Andra. Ia jauhkan badannya. Tak ada lagi suara. Ia masih memikirkan banyak hal. Ia bimbang. Ia menyadari tak seharusnya ia bersikap seperti ini. Selama ini, ia bahkan tak peduli tentang apa yang dilakukan Keyara. Ia tak mengerti, kenapa ada rasa tak ikhlas jika Andra berjuang mendapatkan Keyara seumpama perceraian itu benar-benar terjadi?

******

"Key, Bunda berangkat ke kajian dulu, ya. Tadi Arga kirim pesan, katanya dia akan pulang lebih awal." Arimbi merapikan kerudung yang ia kenakan. Ia juga memeriksa barang bawaannya, memastikan jika dirinya sudah memasukkan Al-Qur'an, buku catatan, dan alat tulis.

"Baik, Bun. Hati-hati di jalan, ya." Keyara menggandeng tangan Arimbi dan mengantarnya hingga ke teras.

Di luar sudah ada Suyono, supir pribadi keluarga Dirgantara yang selalu siap mengantar keluarga Dirgantara ke mana pun.

Selang 10 menit kemudian, Arga pulang. Keyara heran, tak biasanya suaminya pulang lebih awal sebelum malam. Laki-laki itu tak mengucap apa pun meski Keyara sudah menyambutnya dengan senyum. Ia melangkah menuju kamar, mandi, dan setelah berganti pakaian, laki-laki itu mematung sejenak di depan cermin. Bukan untuk bercermin, tapi ada banyak hal yang ia pikirkan. Entah kenapa kata-kata Andra kembali terngiang dan ini sangat mengganggunya.

Keyara yang juga baru selesai mandi di kamar mandi yang lain masuk ke kamar dengan bathrobe membungkus tubuhnya.

Arga memalingkan wajah ke arah Keyara yang seolah membeku di tempat.

"Maaf, Mas, aku mau ganti baju dulu." Keyara merasa kikuk. Sebelumnya ia terbiasa tidur di kamar terpisah. Dan setelah tidur sekamar dengan Arga, ada banyak penyesuaian yang dilakukan keduanya. Masing-masing akan keluar kamar jika salah satu dari mereka berganti pakaian.

"Ganti saja," ucap Arga datar lalu memalingkan wajah kembali dan menatap bayangannya yang memantul di cermin.

Keyara mengernyit. Ia tak tahu kenapa Arga tak juga keluar kamar dan masih membeku di tempatnya berdiri.

"Mas ...."

"Kenapa? Kamu enggan berganti baju saat ada suamimu? Atau kamu udah biasa berganti baju di depan laki-laki lain?"

Kata-kata pedas Arga yang tiba-tiba meluncur tanpa sebab begitu menusuk perasaan Keyara. Selama ini ia menjaga kehormatannya sebagai istri meski Arga tak pernah memperlakukannya layaknya seorang istri. Namun, tiba-tiba Arga mengatakan kata-kata pedas tak berdasar.

"Maksud Mas apa? Bagaimana bisa aku berganti baju di depan laki-laki lain? Aku punya harga diri, Mas!"

Arga melangkah mendekat ke arah istrinya. Ia menelisik sosok di hadapannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia yakin, di balik bathrobe yang istrinya kenakan, ada tubuh polos tanpa sehelai pun benang. Sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan di benak Arga, kini mengacaukan konsentrasinya. Di usia yang sudah matang dengan status yang sudah menikah tentunya ada hasrat yang ingin Arga salurkan dengan cara halal bersama seseorang yang juga halal untuk ia sentuh. Ia pun tak ikhlas jika nanti melepas Keyara, laki-laki lain bisa menikmati tubuh Keyara sebelum ia sempat mereguk manisnya. Ego seorang pria!

"Kalau begitu silakan ganti baju!" balas Arga dengan nada yang lebih tinggi.

Keyara membeku sesaat. Selanjutnya ia melangkah melewati Arga dan mengambil baju di lemari. Ia hendak melangkah menuju kamar mandi, tapi seketika tangan Arga menariknya, merapatkan tubuhnya pada laki-laki itu.

Keyara berdebar menatap Arga dalam jarak yang begitu dekat. Laki-laki itu masih menatap tajam dengan sekelebat bayangan Andra yang mengatakan jika dia mengagumi Keyara.

"Ada hubungan apa antara kamu dan Andra?" satu pertanyaan meluncur begitu saja. Arga tak bisa menahan diri. Ia ingin memastikan jika Andra dan Keyara tak memiliki suatu hubungan.

Keyara mengernyitkan alis. Ia tak mengerti kenapa Arga membawa Andra dalam masalah mereka.

"Mas Andra? Kenapa tiba-tiba Mas Arga menyeret Mas Andra dalam masalah kita? Hubunganku dan Mas Andra sebatas wali murid dan wali kelas. Selain itu, Mas Andra ini adalah sahabat dari suamiku, jadi aku pun harus menghormatinya sebagai sahabatmu. Apa yang menjadi masalah? Ada angin apa tiba-tiba Mas Arga menyinggung Mas Andra?"

"Aku hanya bertanya. Apa itu salah?"

Keyara membisu sekian detik dengan mata yang masih menatap Arga, mencari-cari jejak penyebab Sang Suami menanyakan hal-hal yang absurd.

"Tentu salah, pertanyaan seperti itu menyinggungku sebagai seorang istri yang tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Meski Mas Arga nggak pernah menganggapku istri, aku tahu bagaimana cara menjaga kehormatanku."

Hening ....

"Atau mungkin Mas Arga mau mencari-cari alasan penyebab perpisahan kita nanti? Mas Arga ingin terlihat bersih dengan melimpahkan kesalahan yang tidak pernah aku perbuat?"

Arga mengencangkan cengkeraman tangannya.

"Aku tidak sepicik itu. Wajar aku bertanya hal ini karena Andra diam-diam menyukaimu."

Keyara terkejut mendengarnya. Andra menyukainya? Selama ini tidak pernah ada interaksi lebih, hanya sebatas wali kelas dan wali murid.

"Dan wajar rasanya kalau aku ingin tahu apakah kamu masih suci atau tidak."

Keyara membulatkan matanya. Ini sudah kedua kali, Arga menuduhnya tidak bisa menjaga kesuciannya.

"Bagaimana bisa Mas Arga merendahkanku seperti ini? Apa perlu aku bersumpah kalau aku tidak pernah berbuat di luar batas?"

Bibir Arga terkatup, tapi tangannya tak tinggal diam. Ia buka ikatan bathrobe yang membalut tubuh istrinya. Keyara kaget bukan kepalang. Ia tak menyangka Arga berani membuka bathrobe-nya, sedangkan dirinya sama sekali tak siap untuk mencegahnya.

Kepalang basah, Arga sudah melorotkan bathrobe itu hingga luruh ke lantai. Keyara shocked, hingga ia tak tahu harus berbuat apa. Sepenuhnya ia sadar, ia tak bisa marah atau mencegah karena Arga memang berhak atasnya.

Arga deg-degan menatap tubuh indah di hadapannya yang tak tertutup apa pun. Ada gairah yang tiba-tiba melesat dan ingin ia tuntaskan bersama Keyara. Bukankah seharusnya sejak dulu, ia dan Keyara memadu kasih layaknya pasangan suami istri pada umumnya? Ia menahan mati-matian untuk tidak menyentuh Keyara karena kebencian yang terlanjur membutakan. Rasanya kali ini, Arga tak bisa menunda lagi. Ia ingin menjadi yang pertama merasakan bagaimana setiap jengkal tubuh Keyara memberikan sensasi yang berbeda.

Mata Arga terpaku pada bibir Keyara dan menurun hingga mendapati dua bagian yang begitu menggodanya untuk sekadar meremas atau menjejakkan sapuan basah lidahnya di sana. Keyara pun tak berkutik. Debaran itu seperti mengisi setiap ruang di dadanya. Apalagi saat ia menyadari netra Sang Suami menatapnya begitu intens seakan merinci detail bagian tubuhnya satu per satu.

Arga mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel di telinga istrinya.

"Aku ingin membuktikan sendiri, kalau kamu memang benar-benar menjaga kehormatanmu hanya untukku." Arga berbisik lirih, tapi tangan itu terus menjelajah ke setiap jengkal tubuh istrinya.

Keyara seakan mati di tempat. Jantungnya seolah berhenti berdegup. Debaran di dada Keyara bisa Arga rasakan. Hal ini kian melambungkan hasrat Arga yang selalu ia tahan ketika tengah berdua bersama Keyara.

Tanpa Keyara siap, bibir Arga sudah lebih dulu memagutnya. Keyara yang belum berpengalaman terhanyut dengan suasana romantis itu hingga ia pun memejamkan mata.

Keintiman yang tertunda setahun ini hampir terbangun sebelum akhirnya mereka menyadari ada deru mobil memasuki pelataran dan berhenti di sana. Arimbi kembali lagi? Atau ada yang lupa ia bawa? Seketika kedua insan itu salah tingkah dan kelimpungan menetralkan gemuruh di dada yang berkecamuk tak tentu arah.

******

Pendek dulu ya, hari ini udah aktif kerja. Insya Allah bakal rutin cerita ini dan DPD3 dulu ya.

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 292K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
7M 346K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.6M 81.2K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
525K 38.3K 38
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...