Good Generation (TERBIT✓)

By Diliaannisa

1.1K 285 190

🥇#1 - Potensi 🥇#1 - Marathon 🥉#3 - Istimewa SMA Cahaya Banua adalah satu-satunya sekolah yang memiliki p... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
EPILOG
PENGUMUMAN

BAB 21

19 6 0
By Diliaannisa

Rangkaian acara penyambutan murid baru ditutup dengan acara Pesta Penyambutan. Berbagai tes telah mereka lalui, hari-hari melelahkan sekaligus menegangkan sudah berakhir. Karena itu para panitia mengadakan pesta tepat tiga jam setelah rangkaian tes terakhir.

Pukul 20.30 adalah waktu pesta itu akan dimulai. Bukan hanya para panitia dan peserta yang diundang, tetapi semua murid senior kelas sebelas dan dua belas turut meramaikan acara, begitu pula dewan guru dan jajaran staf sekolah. Pesta ini bukan sekedar hiburan semata, karena akan ada peristiwa penting di dalamnya.

Lima belas menit sebelum acara dimulai, Dili sudah sampai di depan Aula. Dia mengenakan gaun putih panjang, kain satin polos yang agak longgar di bagian atas, berpadu cantik dengan kain sasirangan berwarna dasar putih yang dilapisi dengan kain kasa putih polos. Dia lebih menyukai pakaian longgar karena membuatnya lebih mudah bergerak.

Rambut panjangnya ditata rapi membentuk sanggul, menyisakan sedikit rambut yang agak pendek yang dibiarkan terurai di samping wajahnya. Meski tidak menggunakan riasan wajah, penampilannya cukup membuat orang-orang melirik bahkan sampai terpana dengan kecantikan alaminya. Dia memang sudah terkenal sejak MOS, hanya saja dia tidak menyadari itu dan merasa tidak nyaman saat menjadi pusat perhatian.

Di sampingnya ada gadis yang tidak kalah populer. Dia mengenakan gaun merah muda polos berpola lurus, dipadukan kardigan sepinggang yang terbuat dari bulu domba. Rambutnya dibiarkan terurai, dihiasi pita kain berwarna senada dengan gaunnya yang tampak manis di mata. Dia menggunakan aksesoris serba merah muda, mulai dari anting, kalung, gelang, hingga dompet kecilnya.

Wajahnya dipoles dengan riasan wajah tipis yang tampak natural, dia menggunakan lensa kontak berwarna merah muda, serta lipstik mengkilap berwarna senada. Siapa pun yang melihatnya bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa gadis itu sangat menyukai warna merah muda.

"Wah, Bunga Sakura kita sudah datang," ucap Mariani, salah satu teman sekelompok Kiya saat tes Pramuka. Dia memanggil Kiya sebagai bunga sakura karena penampilannya yang sangat cantik dan menggunakan pakaian berwarna merah muda, rasanya seperti melihat bunga sakura yang mekar.

"Sepertinya peluangmu untuk memenangkan kontes Putri Cahaya Banua sangat besar," sahut gadis satunya yang juga terlihat akrab dengan Kiya. Padahal dia juga tidak kalah cantiknya dengan Kiya.

Kehadiran dua teman Kiya membuat Dili menghindar karena merasa cukup canggung. Beruntung dia bertemu Ika yang juga sedang sendirian. Sebelum dia melangkahkan kaki mendekati Ika, sebuah helikopter turun di tengah lapangan utama, dan keluarlah dua laki-laki tampan bersama seorang perempuan yang begitu cantik, diiringi lelaki dewasa yang menggandeng wanita dewasa yang tampak awet muda, mereka adalah keluarga Alvarendra.

Jantung Dili berdetak kencang sejak melihat wanita itu, seakan bertemu dengan seseorang yang memiliki hubungan spesial dengannya, padahal baru pertama kali dia melihat ibu Rama. Meski keluarga Alvarendra sangat terkenal, wajah nyonya besar jarang terekspos kamera karena dia tidak suka difoto.

Dua keluarga sponsor lainnya sudah duduk rapi di dalam Aula, ditemani pak Jacky yang sibuk melaporkan tentang perkembangan sekolah mereka sejak adanya program kelas favorit. Dia sangat bangga dengan pencapaian murid-murid kelas favorit angkatan pertama. Dia juga menjelaskan potensi-potensi dari para calon murid kelas favorit angkatan kedua.

Acara dibuka dengan doa bersama, lalu sambutan dari kepala sekolah serta para sponsor. Selanjutnya pengumuman lima belas murid yang akan menjadi murid kelas favorit angkatan kedua. Pengumuman dibacakan oleh seorang pengusaha batu bara yang juga salah satu sponsor SMA Cahaya Banua, nama beliau adalah Ivander Adley Byakta.

"Dari 320 murid baru, kami hanya memilih lima belas murid untuk mengikuti program kelas khusus ini. Lewat seleksi yang ketat, kami berharap lima belas murid ini bisa mengikuti jejak langkah para seniornya yang sangat membanggakan. Tanpa membuang banyak waktu, saya langsung umumkan, untuk nama-nama yang disebutkan harap langsung naik ke atas panggung." Ucapannya terhenti sejenak saat membuka amplop berisi daftar nama murid-murid yang beruntung bisa merasakan program kelas khusus yang hanya ada di sekolah mereka.

Kiya menggesekkan ujung kuku jempol tangannya dengan ujung kuku jari telunjuk. Dia tahu bahwa kecil kemungkinan untuk mendapatkan posisi itu jika dia tidak diterima menjadi anggota OSIS, tapi dia tidak ingin putus harapan, baginya masih ada kesempatan sebelum hasil ditetapkan.

"Selamat kepada Arjuna Rama Alvarendra, Dilia Anastasya, Halidy Areez Xavier, Garnida Guinevere Byakta, Ali Aidan, Alia Aidan, Dhoni, Aisyah Kamila, Zidan Satar, Anita Neliyanti, Harif Al-Banjari, Marika Rossa, Rifal Dwi Cahyo, Rikma Iriyani, Siti Halisa Karina."

Mereka diberikan rompi sasirangan berwarna dasar biru langit dan warna putih di bagian motif sasirangannya sebagai pelengkap seragam khusus murid kelas favorit. Dili sungguh menyayangkan Kiya yang kekurangan poin karena tidak diterima menjadi anggota OSIS, serta Satria yang juga kekurangan poin karena tidak mendapat rekomendasi dari Bina Damping, padahal mereka berdua cukup cerdas dan berbakat.

Setelah kembali ke tempat duduknya, Dili mendapatkan ucapan selamat dari Kiya, membuat perasaannya semakin sedih, dia tahu dibalik senyuman Kiya yang manis itu tersimpan kesedihan yang siap meledak kapan saja.

"Pengumuman selanjutnya adalah tentang hasil voting pemilihan Putra-putri Sekolah SMA Cahaya Banua." Kali ini giliran ayah Halidy yang bertugas mengumumkan.

Pemilihan putra-putri sekolah ini sudah berlangsung sejak angkatan pertama. Tujuannya adalah untuk mencari duta sekolah yang mengharumkan nama SMA CAHAYA BANUA. Tugas mereka yaitu mempromosikan sekolah, menginfokan kegiatan-kegiatan sekolah kepada khalayak ramai, serta menjadi tokoh yang menjadi panutan murid lainnya, meski begitu Putra-putri sekolah tidak harus berasal dari kelas favorit, mereka justru adalah murid-murid populer.

"Pemenang Putra Cahaya Banua berhasil meraih 800 suara, selamat kepada Ariza Maximillian."

Gemuruh tepuk tangan mengiringi langkah Ariza menuju panggung, dia tersenyum puas atas keberhasilannya. Begitu sampai di panggung, dia dipakaikan selendang nama berwarna hitam dengan tulisan Putra Cahaya Banua berwarna emas. Begitu juga Kiya yang berhasil menjadi Putri Cahaya Banua. Kesedihannya lenyap seketika karena bisa menjadi pelopor meski tidak berasal dari kelas favorit.

Para sponsor dan guru-guru keluar dari Aula seiring dengan berakhirnya acara formal yang segera berganti menjadi pesta anak remaja. Pesta dibuka dengan pesta dansa, Dili yang enggan melakukan hal-hal seperti itu memilih duduk di teras Aula, menikmati pemandangan langit malam yang indah.

Seorang wanita dewasa menghampirinya, wanita yang turun dari helikopter bersama keluarga Alvarendra. Dia hanya mengenakan gaun polos dengan model sederhana, warna kuning pucat itu membuat Dili merasa seperti sedang melihat bintang. Kulit wajahnya yang mulus bersinar diterpa cahaya bulan, mata indahnya berbinar selaras dengan senyuman yang terbit di wajahnya. Dili menyadari bahwa dia seperti melihat Mihda dalam versi dewasa, jika saja bola mata wanita itu berwarna biru, maka mereka akan tampak sangat mirip.

"Kenapa kamu duduk sendirian?" tanyanya ramah. Detak jantung Dili kembali berdebar kencang, sorot mata wanita itu mengingatkannya kepada ibunya yang telah tiada. Tanpa bisa dibendung, air mata mulai mengalir di pipinya, Dili merasakan kerinduan yang sangat besar kepada ibunya.

"Okaasan," sapa Satria yang baru keluar dari Aula, segera dia duduk di samping ibu angkatnya. "Dili, kamu menangis?" tanyanya menangkap momen saat Dili menyapu air mata, menyisakan matanya yang tampak merah.

"Aku hanya," ucapannya terhenti ketika menyadari air mata kembali memenuhi kelopak mata. Dili memejamkan mata dan menarik napas dalam, berusaha mengusir kesedihan. Sepasang tangan melingkar ditubuhnya, Dili menerima pelukan hangat yang membuat perasaannya membaik.

"Mungkin kamu lupa, kita pernah bertemu saat kamu masih berusia lima tahun. Kamu menolak diadopsi karena merasa bisa menjaga diri sendiri, dan tidak ingin meninggalkan keluarga Saputra yang sudah merawatmu dengan penuh kasih sayang. Gadis kecilku yang manis, kuharap kamu tidak lupa bahwa aku mengizinkanmu memanggilku mama."

Benar, Dili pernah merasakan kehangatan yang sama dari seorang wanita yang menolongnya saat tersesat di pantai, ketika dia sedang liburan bersama keluarga angkatnya yaitu keluarga Saputra. "Wah, berarti kita pernah bertemu saat kecil," sahut Satria, mengingat waktu itu dia ikut menemani Dili mencari keluarganya.



______________________________________
"GOGENPEDIA"

Tokoh yang terlibat :
1. Dili

2. Kiya

3. Satria

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
977K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 64.9K 29
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...