4 Brother'z | TERBIT

By AriraLv

6.2M 573K 18.2K

"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga... More

Prolog
Cast
šŸŒ™ć…£1. Lun adalah Panggilannya
šŸŒ™ć…£2. Mereka yang Sama
šŸŒ™ć…£3. Sebuah Keputusan Besar
šŸŒ™ć…£4. Acaranya Datang!
šŸŒ™ć…£5. Datang Untuk Menjemput
šŸŒ™ć…£6. Kediaman yang Baru
šŸŒ™ć…£7. Hanya Panggilan Saja
šŸŒ™ć…£8. Aktivitas Baru Dimulai
šŸŒ™ć…£9. Perkenalan & Hilang
šŸŒ™ć…£10. Dia adalah Korban
šŸŒ™ć…£11. Dia yang Selalu Berbeda
šŸŒ™ć…£12. Permintaan Maaf Ditolak
šŸŒ™ć…£13. Keluarga Baru? Rumit
šŸŒ™ć…£15. Alderion Jadi Galau
šŸŒ™ć…£16. Mirip dengan Alderion
šŸŒ™ć…£17. Jus Alpukat dan Petaka
šŸŒ™ć…£18. Balapan Liar Malam Ini
šŸŒ™ć…£19. Grup Chat "Brother'z"
šŸŒ™ć…£20. Dua Pengawal yang Siap
šŸŒ™ć…£21. Keributan di Jalan
šŸŒ™ć…£22. Melarikan Diri ke Bukit
šŸŒ™ć…£23. Dia Adalah Penyebabnya
šŸŒ™ć…£24. Hanya Sekedar Pengganti
šŸŒ™ć…£25. Perasaan yang Bimbang
šŸŒ™ć…£26. Hubungan Antarsaudara
šŸŒ™ć…£27. Ini Akan Semakin Rumit
šŸŒ™ć…£28. Semua yang Telah Terjadi
šŸŒ™ć…£29. Pertemuan yang Kedua Kali
šŸŒ™ć…£30. Pengakuan Empat Kakak
šŸŒ™ć…£31. Kedatangannya, Masa Lalu
šŸŒ™ć…£32. Harapan untuk Mereka
šŸŒ™ć…£33. Dimulai dari Sini, Bersama
šŸŒ™ć…£34. Si Kembar, Memperebutkan
šŸŒ™ć…£35. Pertama Kalinya Terpesona
šŸŒ™ć…£36. Katanya, Benih Cinta?
šŸŒ™ć…£37. Dirinya dan Dendam
šŸŒ™ć…£38. Dia, Rembulan Zanava
šŸŒ™ć…£39. Belum Bisa Pulang
šŸŒ™ć…£40. Cahaya yang Meredup
š™šļ½„ Awan untuk Rembulan
š™šļ½„ Segera Terbit
š™šļ½„ Vote Cover
š™š- Pre-Order
š™š - Hard Cover & Cash Back

šŸŒ™ć…£14. Ada Mereka yang Siap

127K 13.9K 475
By AriraLv

''Sesuatu yang terlihat dingin, belum tentu rasanya sama-sama dingin.
Es krim juga dingin, tetapi rasanya manis 'kan?''

Nao♥︎

Oh, berani y nyuekin aku sekarang?

Ya ampun Na, maaf, notifikasinya tenggelem.
Aku harus terus hubungin adik aku dulu, Na
Maaf ya?
Besok aku janji, kita jalan-jalan
Ke mana aja, bebas

Alderion benar-benar kacau hari ini, ia sibuk menghubungi kedua adiknya dan memantau perkembangan mengenai Rembulan yang belum terlihat sama sekali. Notifikasi dari kekasihnya tadi memang ia abaikan. Tetapi bukan tanpa sebab. Sungguh, Alderion akan langsung merespons jika kondisinya tidak segenting ini. Sekarang ia meminta maaf pun percuma, kekasihnya sudah marah, terbukti dengan tak ada lagi balasan yang ia terima.

Alderion gundah, ia termenung lama menatap layar ponsel di roomchat-nya dengan Naomi--sang kekasih. Barulah saat bubble datang dengan getaran, mata Alderion membulat, berkilau penuh harap. Hanya saja, ekspektasinya terlalu jauh. Sangat jauh.

Nao♥︎

Kita selesai aja, ya?

Apanya?

Kita.

Maksud kamu?

Putus.

Kita putus aja, oke?

Alderion mematung di tempatnya berdiri, menatap kosong ke layar ponsel. Layar ponselnya masih mulus, tapi kenapa ia mendengar suara retakan? Mungkin itu di dalam dirinya?

Mengembuskan napas perlahan, Alderion segera menekan layar ponsel dan menelepon sosok yang baru saja memutuskannya secara sepihak.

"Naomi?"

"Apa?!"

Alderion tersenyum tipis, setidaknya Naomi masih mau mengangkat telepon. "Jangan putus, ya? Kamu tahu adik perempuan aku? Yang waktu itu aku ceritain, dia hilang Nao. Aku panik, aku takut dia kenapa-napa. Jadi tadi gak jawab chat kamu, gak jawab telepon kamu. Aku lagi hubungin adik aku yang lain."

"Terus? Aku mau kita putus aja, Rion. Kamu berani nyuekin aku! Emangnya enak?! Nggak! Kamu pikir aku seneng?! Nggak!"

"Nao, aku minta maaf." Alderion menggigit bibir bagian bawahnya cukup kencang, mengusap wajahnya kasar dan beberapa kali menghela napas. Ia harus bersabar menghadapi sang kekasih yang memang sifatnya seperti ini. Naomi ini gampang marah, manja, cerewet dan seenaknya. Alderion sudah mengetahui ini semenjak mereka menjalin hubungan dari SMA kelas 12.

"Nao?" Alderion memanggil lagi. "Aku nggak jawab chat kamu setengah jam, itu bukan masalah besar 'kan buat kamu? Aku gak jawab, bukan berarti aju nyuekin kamu. Dan kamu gak bisa gegabah ngambil keputusan kayak gini, Nao. Maaf, ya?"

"Basi."

"Nao?"

"Basi, Rion! Kita putus aja. Kamu kayak ngeremehin aku banget! Gimana kalau chat aku penting?! Gimana kalau aku lagi butuh bantuan kamu?! Kamu tetep bakalan cuek gini 'kan?!"

"Enggak, Nao. Aku janji. Tiap ada waktu, aku bakalan jawab chat kamu super cepat. Beneran. Kamu bisa pegang omongan aku."

"Halah, gak usah banyak janji! Semua cowok itu sama aja!! Udahlah Rion, gak usah banyak alesan! Kita tetep putus!"

"Na--" Alderion tak bisa melanjutkan ucapannya saat sambungan telepon terputus, bersamaan dengan hati yang berdenyut nyeri. Ia kembali mengatur napas, mungkin nanti ia akan menyelesaikan masalah ini ketika bertemu secara langsung dengan Naomi.

Alderion menghela napas, tangannya bergerak menekan layar ponsel dan membaca pesan-pesan dari kedua adiknya. Mereka masih belum menemukan Rembulan. Oh, dan lihat! Ada seseorang yang mengirimkan chat selain kedua adiknya tadi.

Varo

Rmh lm

Hah? Kamu ngetik apa Ro?

Bln d rmh lm

Keyboard kamu rusak?

BULAN ADA DI RUMAH LAMA

Kepala Alderion mengangguk-ngangguk mengerti, ekspresinya masih santai sampai akhirnya ia menyadari sesuatu. "HAH? BULAN?!!"

- 4B -

"Bulan? Bulan bangun, makan malam yuk?"

Rembulan mengerjap, merasakan wajahnya dielus dikedua sisi, serta tangannya yang digenggam erat, ia jadi tak bisa terus menutup mata. Apalagi saat hidungnya mencium wangi yang sudah cukup familier. Wangi vanilla lembut, wangi mint segar, dan buah-buahan manis.

Vanilla biasanya identik dengan Alderion, Mint segar itu Alzero, sementara buah-buahan manis pastinya Alvano.

Mengingat itu semua, Rembulan sontak saja membuka mata, langsung terbangun dengan tubuh tegap dan mata terbuka lebar. Hanya saja, ia tak bisa melihat apa-apa dengan jelas membuat kedua tangannya meraba-raba, mencari keberadaan kacamatanya.

"Ini, beb." Alvano memasangkan kacamatanya pada Rembulan. "Udah jelas lihat kegantengan gue belum?"

"Abang?!" Rembulan bergeser mundur saat sadar ketiga lelaki mengerumuninya di tempat tidur. Dan ... tempat tidur?! Rembulan merasa tadi ia tertidur di kursi teras, bukan di kamarnya di kediaman Zanava.

"Bulan, ayo ke bawah, kita makan dulu. Gue udah beli kue sama es krim buat lo." Alzero tersenyum menawan. Ia tahu Rembulan terkejut, jadinya ia mencoba menghiburnya dengan es krim, semoga saja Rembulan menyukainya.

Rembulan sendiri terdiam, menatap dirinya yang dibalut selimut memakai sebuah piyama ungu muda yang ringan di tubuh. Ini benar-benar berbeda dari yang terakhir kali Rembulan pakai.

"Jangan panik, Bulan. Tadi Bibi yang gantiin." Alderion seolah mengerti pemikiran Rembulan saat ini, ia tersenyum dan meraih sebelah tangan Rembulan. "Kamu ke rumah lama, ya? Bulan takut sama kami?"

Rembulan ingat, ia sedang menghindar dan saat ia bosan di teras rumah lamanya, ia ketiduran. Mendadak gemuruh dadanya terdengar lagi, seperti diobrak-abrik kembali. Ia merasa bersalah karena dirinya menghindar.

"Maaf, Kak." Rembulan bergumam pelan, kepalanya menunduk dalam.

"Nggak perlu, Bulan." Senyuman Alderion menguar, tangan lelaki itu bergerak menyelipkan rambut Rembulan yang panjang pada daun telinga. "Kami nggak butuh permintaan maaf dari kamu, tapi sebaliknya, kami yang harus minta maaf. Tapi lain kali, jangan kabur-kaburan lagi ya? Tadi kami sempet bohongin Mama, bilang kalau Bulan ada kerja kelompok makanya harus berangkat pagi dan pulangnya sore banget."

"Iya, Bulan. Jangan kayak gini lagi. Kami panik tahu. Kalau aja lo gak ketemu, gue mau lipat seluruh isi dunia!" Alvano berujar, yang langsung menjadi bahan kekehan yang lain.

Kepala Alderion menoleh kembali pada Rembulan. "Bulan, sekarang Bulan gak sendirian lagi. Ada kami yang siap buat Bulan. Ada kak Rion, mau dengerin tiap keluhan Bulan. Ada bang Zero, mau kasih apapun yang Bulan minta, ada bang Vano yang mau hibur Bulan kalau sedih. Ada Papa, kalau Bulan mau apa-apa, mau ngadu tentang kami, Bulan bisa bilang ke Papa."

Tertegun dengan ucapan Alderion, Rembulan termenung cukup lama, sampai kepalanya perlahan terangkat. Ia melihat Alderion yang tersenyum teduh padanya, Alzero yang menebarkan senyuman mempesona, serta Alvano dengan senyuman lebar penuh tawa.

Rembulan ingin menangis lagi. Begitu terharu melihat orang yang mau peduli serta bersikap lembut selayaknya keluarga sendiri seperti ini. Rembulan bahkan tak tahu harus bagaimana, ia jarang sekali mendapat perhatian dari lelaki selain ayahnya dulu.

Mengusap air matanya yang mengalir, Rembulan segera memeluk Alderion yang posisinya paling dekat, menangis di sana menumpahkan rasa harunya.

"Makasih. Makasih semuanya."

Alderion tersenyum lembut, mengecup kepala Rembulan, namun tiba-tiba tubuhnya terdorong ke samping saat Rembulan melepaskan pelukan.

"Jangan bang Rion doang yang dapet, gue juga mau!" Alzero yang menjadi pelaku dorongan Alderion itu segera menarik Rembulan ke dalam dekapan. "Lan, kalau mau apa-apa bilang ke gue aja."

"Sekarang gue!" Alvano menarik paksa Alzero, merebut Rembulan darinya. "Bulan jangan dengerin mereka, kalau mau apa-apa tinggal ke abang Vano aja, nanti abang mintain ke Papa."

Kalian udah dapat cowok fiksi baru nih?
Mau siapa?
Rion, Zero, Varo, atau Vano? Yang jadi idaman mana nihhh?

Jangan lupa tinggalin jejaknya di sini, dan kalau ada typo boleh tandain yaa!!

Continue Reading

You'll Also Like

HANCUR! [END]. By el

Teen Fiction

513K 38.6K 41
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] {PART MASIH LENGKAP, SUDAH ADA SEKUELNYA: KESEMPATAN!} (Fiksi Remaja, Romansa) Warning: Cerita ini mengandung bawang, jika...
2.3M 123K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
LANGIT By Nadaanrmla

Teen Fiction

5.4K 627 40
siapa tau tiba-tiba cerita ini viral ehehe Halo I'm Nadaa [Wajib follow author karena cerit...
2.2K 1.2K 51
[sedang di revisi] [Typo dimana-mana] ā€¢ā€¢ā€¢ Gue mencintai orang yang emang engga mencintai gue.... bodoh banget kan gue!!! Gue dan sahabat...