4 Brother'z | TERBIT

By AriraLv

6.2M 573K 18.2K

"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga... More

Prolog
Cast
πŸŒ™γ…£1. Lun adalah Panggilannya
πŸŒ™γ…£2. Mereka yang Sama
πŸŒ™γ…£3. Sebuah Keputusan Besar
πŸŒ™γ…£4. Acaranya Datang!
πŸŒ™γ…£5. Datang Untuk Menjemput
πŸŒ™γ…£7. Hanya Panggilan Saja
πŸŒ™γ…£8. Aktivitas Baru Dimulai
πŸŒ™γ…£9. Perkenalan & Hilang
πŸŒ™γ…£10. Dia adalah Korban
πŸŒ™γ…£11. Dia yang Selalu Berbeda
πŸŒ™γ…£12. Permintaan Maaf Ditolak
πŸŒ™γ…£13. Keluarga Baru? Rumit
πŸŒ™γ…£14. Ada Mereka yang Siap
πŸŒ™γ…£15. Alderion Jadi Galau
πŸŒ™γ…£16. Mirip dengan Alderion
πŸŒ™γ…£17. Jus Alpukat dan Petaka
πŸŒ™γ…£18. Balapan Liar Malam Ini
πŸŒ™γ…£19. Grup Chat "Brother'z"
πŸŒ™γ…£20. Dua Pengawal yang Siap
πŸŒ™γ…£21. Keributan di Jalan
πŸŒ™γ…£22. Melarikan Diri ke Bukit
πŸŒ™γ…£23. Dia Adalah Penyebabnya
πŸŒ™γ…£24. Hanya Sekedar Pengganti
πŸŒ™γ…£25. Perasaan yang Bimbang
πŸŒ™γ…£26. Hubungan Antarsaudara
πŸŒ™γ…£27. Ini Akan Semakin Rumit
πŸŒ™γ…£28. Semua yang Telah Terjadi
πŸŒ™γ…£29. Pertemuan yang Kedua Kali
πŸŒ™γ…£30. Pengakuan Empat Kakak
πŸŒ™γ…£31. Kedatangannya, Masa Lalu
πŸŒ™γ…£32. Harapan untuk Mereka
πŸŒ™γ…£33. Dimulai dari Sini, Bersama
πŸŒ™γ…£34. Si Kembar, Memperebutkan
πŸŒ™γ…£35. Pertama Kalinya Terpesona
πŸŒ™γ…£36. Katanya, Benih Cinta?
πŸŒ™γ…£37. Dirinya dan Dendam
πŸŒ™γ…£38. Dia, Rembulan Zanava
πŸŒ™γ…£39. Belum Bisa Pulang
πŸŒ™γ…£40. Cahaya yang Meredup
π™šο½₯ Awan untuk Rembulan
π™šο½₯ Segera Terbit
π™šο½₯ Vote Cover
π™š- Pre-Order
π™š - Hard Cover & Cash Back

πŸŒ™γ…£6. Kediaman yang Baru

143K 15K 408
By AriraLv

''Sesuatu yang baru tidak sama dengan yang lama. Jika kita sudah tahu dan mengenal sesuatu yang lama, maka tidak dengan sesuatu yang baru''

Audi hitam mendarat mulus di pekarangan rumah bercat gading tua. Lampu taman mulai menyala satu persatu karena matahari sudah tak nampak lagi. Beberapa yang ada di mobil langsung keluar, termasuk Rembulan yang hanya bisa menelan ludahnya susah payah.

Pemandangan di depannya ini, begitu menakjubkan. Jika biasanya Rembulan hanya bisa melihat istana itu di film-film kartun, maka sekarang Rembulan berkesempatan melihat istana secara langsung. Rasanya Rembulan tak akan pernah bosan melihat bangunan ini.

"I-ini ...." Rembulan menatap Laila yang baru saja keluar dari mobil. "I-ini rumah siapa?"

"Rumah kita." Alderion yang menjawab, lelaki tinggi itu meminta izin pada Laila agar membawa Rembulan terlebih dahulu, yang kemudian wanita di depannya itu izinkan.

"Kita ke kamar kamu dulu aja, ya? Kayaknya Bulan capek." Alderion menggenggam tangan Rembulan erat, membawanya memasuki rumah.

Rembulan kembali dibuat bungkam saat melihat seisi bangunan besar itu. Mewah sekali. Rembulan tidak sedang bermimpi. Dan apakah ini bisa disebut sebagai rumah? Sepertinya tidak, lebih baik Rembulan menyebutnya ini adalah istana besar yang selalu ia impikan.

Mulai hari ini, Rembulan pasti akan lebih betah di sini dibanding ia harus keluar mencari udara segar.

"Bang Rion!"

Alderion dan Rembulan baru saja sampai di lantai dua begitu lift berdenting, saat seseorang memanggilnya dari arah kanan mereka. Sontak kedua orang itu menoleh secara bersamaan, melihat siapa yang bersuara.

"Oh, udah pulang nih? Tumben." Alderion menaikan satu alisnya, menatap adik pertamanya.

"Yoi, Bang. Yang tumben itu Abang. Tumben Abang bawa pacar. Bawa koper juga, dia mau pindah ke sini?"

Rembulan mengerjap, ia dan Alderion saling pandang sebelum akhirnya Alderion tertawa keras.

"Pacar apanya! Dia adik kita, kenalin nih Rembulan, adik kamu." Alderion menarik Rembulan agar berdiri di sampingnya, menunjukannya pada lelaki di hadapannya.

Rembulan berkedip dua kali. Jika Rembulan tercengang karena melihat ketampanan Alderion, lalu ia harus mendeskripsikan lelaki di depannya ini bagaimana? Kata tampan saja tidak cukup. Rembulan dibuat terdiam karena lelaki di keluarga ini, mereka sebenarnya boneka atau manusia sih?

"Oh, wow!" lelaki itu menampilkan ekspresi terkejutnya, satu tangannya menutup mulutnya yang terbuka. "Papa gak bilang kita bakalan punya adik!!" 

Alderion mengangguk. "Bulan juga gak dikasih tau kalau dia bakalan punya kakak. Kenalin diri kamu aja Zer, biar Bulan tau kamu."

Lelaki di depan Alderion itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia menatap Rembulan dengan senyuman. "Alzero Zanava, adiknya bang Rion," ucapnya seraya mengulurkan tangannya pada Rembulan.

"Rembulan, Kak." Rembulan membalas uluran tangan Alzero dan balas tersenyum gugup.

"SIAPA ITU GUYS?! GUE KOK GAK DIKASIH TAHU? APA TEMPE?!"

"Berisik!"

Rembulan menoleh ke asal keributan, dua orang laki-laki baru saja muncul dibalik pintu lift. Yang satu teriak, yang satu lagi sedang mendengkus kesal.

"Kenalin nih, adik baru kita!" ujar Alzero mendahului Alderion yang akan menjelaskan.

"OH MY!! ADEK? MAKSUD LO?!"

Alderion memijat pangkal hidungnya. "Bisa pelanin gak suara kamu? Ini di rumah bukan hutan."

Berbeda dengan yang lain, Rembulan malah menunduk, ia tidak sengaja bertatapan dengan salah satu lelaki yang ada di sebelah Alzero, entah kenapa Rembulan merasakan hawa tak enak dengan itu. Tatapannya sangat tajam dan mengerikan. Aura yang dipancarkannya pun jauh dari Alderion maupun Alzero. Ia terlihat dingin.

"Ini Rembulan, seumuran sama Vano, beda satu bulan aja, lebih tua Vano," ujar Alderion. "Cepet kenalan sama Bulan, dia adik kamu mulai sekarang."

Lelaki yang berteriak tadi mengangguk cepat, tangannya langsung menarik tangan Rembulan dan menggenggamnya erat.

"Gue Alvano Zanava, adik kembarnya Varo. Kita gak mirip, soalnya gak identik. Gue juga gak mau mirip sama kulkas dua pintu yang bisa jalan plus bisa makan." Alvano tersenyum manis.

Rembulan tersenyum. "Rembulan," ucapnya pelan.

Alvano yang ada di hadapannya itu terkekeh. "Aduh, malu-malu ya?" ucapnya dengan sebelah mata yang mengedip-ngedip.

"Gak usah ngedip-ngedip lo, mau gue colok tuh mata?" Alzero melotot, dirinya langsung melepaskan genggaman tangan Alvano dari Rembulan.

"Yaelah, Bang. Biar adek gue terpesona dan sadar kalau di dunia ini ada manusia setampan gue."

"Terserah."

"Nah, Varo, giliran kamu," ucap Alderion menatap lelaki yang dari tadi diam memperhatikan dengan malas.

"Alvaro Zanava." Lelaki itu melirik Rembulan sekilas, tatapan matanya benar-benar tajam sebelum akhirnya lelaki itu turun ke bawah menggunakan tangga.

"Ah biasa itu Bulan," ucap Alderion saat melihat Rembulan terdiam karena ucapan Alvaro yang singkat. "Dia gak suka banyak omong. Pemalu."

"AHAHAHAHA PEMALU? Lo kira dia putri malu, Bang?" Alvano tertawa keras, tangannya menepuk-nepuk pundak Alzero di sampingnya.

"Udah, udah, diem kamu. Abang mau anterin Bulan ke kamar." Alderion kembali menarik tangan Rembulan, menjauhkannya dari adik yang paling laknat dari adiknya yang lain.

"Ke kamar? Mau ekhem bang?"

Ucapan Alvano membuat langkah Alderion terhenti, lelaki itu melotot. "VANOOO!!"

- 4B -

"Cantiik!!"

"Bulaan."

"Cantiik!!

"Bulaaan."

Rembulan membuka matanya saat mendengar suara berisik dari arah pintu kamar. Ia melirik jam dindingnya dan langsung melotot terkejut. Ini sudah pukul tujuh malam, Rembulan sudah tidur lama sekali.

Jangan salahkan Rembulan, salahkan saja tempat tidurnya yang terasa nyaman.

"Bulaan."

"Bebeb! Honey, sini honey! Ini abang!"

Kesadaran Rembulan masih belum pulih sepenuhnya, tapi ia langsung berlari membuka pintu kamarnya yang terkunci, tadi Alderion menyuruh Rembulan untuk mengunci kamar jika ingin beristirahat.

Saat pintu terbuka, Rembulan kembali terkejut melihat dua orang lelaki tampan sudah berdiri di sana.

"E-eh ... emmm, maaf Bulan tadi lagi tidur."

"Keliatan kok, muka lo masih muka bantal," ucap Alvano lalu menunjuk wajah Rembulan dan tertawa.

Alzero mendengkus melihat kelakuan Alvano, namun ia kembali fokus pada Rembulan. "Ya udah, cuci muka dulu. Entar kita ke sini lagi. Mau makan malam, santai aja yaa!" ucapnya cepat, ia juga langsung membungkam mulut Alvano yang masih tertawa lalu menyeretnya menjauh dari kamar Rembulan.

Rembulan menggaruk tengkuk, ini sungguh bukan kebiasan Rembulan.

Rembulan belum terbiasa dan pasti akan selalu terkejut melihat ketampanan yang dimiliki saudara tirinya itu. Ya ampun, apa nanti kesehatan jantung Rembulan bisa baik-baik saja?


"NYANTAI AJA YA CANTIIK!!"

Rembulan terlonjak di tempat, itu suara Alvano yang menggelegar dari lantai bawah. Mendengar seruan itu, akhirnya Rembulan buru-buru masuk ke kamarnya lagi. Di sana ada kamar mandi untuk Rembulan, jadinya Rembulan tinggal membilas wajahnya di sana, lalu kembali keluar kamar.

Tepat setelah kakinya melangkah satu langkah keluar kamarnya, saat itu juga ia berpapasan dengan Alvaro, kembaran Alvano yang cenderung lebih diam dibanding Alvano.

Rembukan menelan ludahnya susah payah. Ia berusah menyapa. "Hai, Kak?"

Alvaro melirik Rembulan sekilas, kemudian ia melewatinya begitu saja tanpa menjawab.

Rembulan juga jadi bungkam. Dari awal Rembulan datang ke sini, Alvaro terlihat tidak senang, atau mungkin ini hanya perasaan Rembulan saja, ya?


Akhirnya, udah ketemu 4 kakak Zanava ini deh! Nantikan keseruannya di chapter berikut-berikutnya!

Jangan lupa tinggalkan jejak💜

Continue Reading

You'll Also Like

13.4K 951 64
🚫Cerita ini mengandung unsur [kekerasan] 🚫🚫dan kata kata [kasar] serta [penindasan] harap bijak dalam memilih bacaan🚫 β˜‘ Sebagian orang beranggapa...
2M 112K 46
Pembaca lama jangan kaget ini cuma covernya aja yang ganti bukan cerita lain oke disini menceritakan tentang seorang gadis kecil yang imut dia mempun...
3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
6.2K 777 10
Ketika hati tidak tahu dimana dan pada siapa akan berlabuh, perasaan Rey justru terperangkap pada orang yang usianya tiga tahun lebih dewasa darinya...