MAGANTARA

De sst_atka

20.4K 864 136

New version dari 'The Perfect Boss' --- Karena tidak bisa menolak keputusan Ayahnya, Naka harus memilih kedua... Mais

MAGANTARA - 00. Prologue
MAGANTARA - 01 PERJODOHAN
MAGANTARA - 02 CENTANG BIRU
MAGANTARA - 03 INCIDENT
MAGANTARA - 05. TRAUMA

MAGANTARA- 04 NAME TAG

733 119 18
De sst_atka











Naka berjalan riang membuka pintu ruangan Banu, dengan secangkir teh dan plastik putih tulang berisi obat pesan sang ayah, wajah yang semula tersenyum lembut itu meredup kala Banu mendongak menatapnya. Dia punya rencana licik untuk membujuk Banu, menampilkan wajah memelas agar Ayahnya bisa luluh.

“Ayah!” Sapa nya, sayangnya Banu langsung mengalihkan perhatian, Naka tanpa sadar merengek. “Ayah, ish! Liat dulu, aku bawain teh Kamomil.”

“Ayah lagi ngopi,”

“Kopi gak baik buat lambung Ayah, ganti dengan teh, Naka udah buat.”

“Udah kenyang sama kopi, teh nya buat kamu saja.”

Naka ngelus dada dengernya, “yah... Lihat muka Naka, udah kaya kucing kecebur got. Melas banget, yah. Gak ada niatan gitu, hibur Naka.”

“Ayah lagi baca, kamu ganggu.”

“Naka belum makan siang hari ini, gak mau temenin?”

“Jangan terlalu kekanak-kanakan. Kamu udah gede, harusnya bisa jaga kesehatan sendiri. ” Ucap Banu tanpa mengalihkan pandangannya dari jurnal.

Wajah Naka bukan lagi memelas, tapi berkat perkataan ayahnya dia sudah menitihkan air mata. Ini pertama kalinya Banu bersikap seperti ini, sefatal itu kesalahan Naka sampai Banu puasa ngomong begini.

Jika kebanyakan orang memperebutkan masalah cowok dengan teman ataupun sahabat, maka Naka agak Laen dia dengan Banu, ayahnya.

“Menolak menjalin hubungan berarti kamu harus hidup mandiri, ubah kebiasaan kamu mulai sekarang. Karena apa? Karena ayah gak selamanya ada buat kamu.”

Ayahnya tetap ngotot Naka jalani hubungan dengan pria pilihannya, apa yang harus dia lakukan? Mau tidak mau kepalanya mengangguk pelan. Mengundang perhatian Banu untuk meliriknya, dan tanpa sepengetahuan Naka pria berusia 58 tahun itu tersenyum tipis.

Naka sudah terisak dramatis, berlari ke pelukan sang Ayah seraya berujar.
“Kasih Naka waktu tiga bulan buat memilih, aku bingung.”

“Tiga bulan?” Beo Banu, Kedua alisnya mengkerut tak setuju, terlalu lama. Jika bisa langsung nikah kenapa enggak, gak usah pacaran, dia merubah niat awal.

“Yah, aku gak mau gegabah. Cepat atau lambat Ayah pasti suruh aku nikah, kalo semisal aku pilih asal mereka, terus di pertengahan jalan kita gak cocok. Siapa yang rugi, aku. Waktu aku terbuang buat urusi hal gak jelas, jadi beri aku waktu.”

Banu mengangguk, “Dua Minggu?”

“Gak sekalian aja nikah besok?” Sinis Naka, Banu terkekeh.

“Deal. Tiga bulan, tapi harus dengan satu syarat.”

Naka sudah was-was, karena tahu dalam sekali lihat wajah ayahnya yang tengil minta getok, gak inget umur.

“Kalo susah mending aku cari ayah baru aja,” Peringatnya.

Banu tersenyum manis, sangat manis. Namun Naka yang melihatnya justru agak creepy. “Cuti selama tiga bulan, setiap hari harus masak kasih makan siang buat Samuel dan Artama.”

“Itu mah dua syarat!”




***




Naka masih mencak-mencak melihat kelakuan ayahnya, cuti tiga bulan konon. Apa gak rugi rumah sakit punya dokter kayak dia? Naka gak habis pikir, mau kabur dari rumah tapi dari kecil dia udah nemplok banget sama Banu. Kayak cicak ke tembok, ibaratnya itu.


Citt~


Punggungnya otomatis menyentuh permukaan jok mobil saat tiba-tiba taksi yang di tumpangi berhenti mendadak, kakek-kakek yang mengendarai menoleh dari kursi pengemudi.

“Sepertinya ada masalah sama mesinnya, neng. Sebentar saya cek dulu.”

Naka hampir menjerit tertahan, bahkan hari ini orang-orang di sekitarnya juga ikut nyebelin. Niat hati lagi ngambek gak mau satu mobil sama Banu, eh! Mobil yang dia naiki malah mogok.

“Gimana, Kek? Mesinnya rusak?” Tanya Naka, ikut keluar.

“Radiatornya, panas.”

Naka gak tahu radiator itu bagian mananya mobil, wong dia saja gak tahu cara pakainya. Tapi dia tetap ngangguk. Di lihat-lihat sekitar sini jauh dari rumah penduduk, apalagi bengkel.

Kalo semisal langsung telpon ayahnya pasti masalah sudah beres, Naka di jemput dan bisa leha-leha di rumah. Masalahnya, dia gengsi.

Tadi di tawari pulang bareng sok-sokan nolak, terus sekarang tiba-tiba nelpon suruh jemput.

“Neng mau tunggu sampai mobilnya di benerin atau langsung pulang? Tapi orang bengkel langganan saya lagi ke sini.”

“Lama gak, Kek?”

“Lumayan, neng. Tempatnya jauh,”

Lama berdebat dengan hati dan logika, Naka mengesampingkan gengsi, toh! Dia sudah biasa malu-maluin.

Dering pertama sampai ke tiga, ponsel ayahnya masih sibuk menerima panggilan lain. Bunyi operator terus memenuhi gendang telinga, satu menit kemudian, bahunya meluluh. Sepertinya dia sedang mengalami fase di mana karma di bayar Sekarang.

Tinn

Naka menyipit menghalau cahaya lampu yang menyorot langsung ke mata, mobil sedan warna putih tiba-tiba berhenti tepat di belakang mobil si kakek.

Entah kenapa sudut bibirnya tertarik ke atas, mencoba berpikir positif. Tangannya perlahan mulai melambai,  berpikir positif, mungkin saja Banu sengaja mengikuti karena tidak tega melihatnya pulang larut.


Sayangnya orang yang di harapkan tidak seperti di dalam pikirannya, sosok tinggi itu berjalan mendekat. Bukan ayahnya, tapi Artama.

“Syukur gue gak salah orang,” katanya terdengar tulus.

Boleh Naka mengartikan kalau Artama memang datang untuknya, bukan sekedar ingin membantu orang nelangsa plus melas sepertinya, kan?

“Bentar,”

Naka tersadar, kenapa jadi halu? Di berdehem mengibas permukaan wajahnya yang memanas. Kodratnya jadi perempuan, Naka selalu salah mengartikan kebaikan seseorang, sialnya baru kali ini dia GeEr ke cowok.

Mengedarkan pandangan, iris matanya jatuh ke Tama yang sibuk membuka bagasi mobil, laki-laki itu kini berlari kecil ke arah mobilnya, mengambil dua botol air mineral dan kembali lagi ke sisi si kakek.

“Di coba Kek, nyalain.”

Naka gak tahu apa yang keduanya lakukan, tapi setelah Tama tuang air ke mesinnya dia tiba-tiba berkata seperti itu. Tak berselang lama, suara derum mobil pun terdengar. Naka baru tahu ternyata mobil juga butuh minum.

“Benar, radiatornya panas, Makasih ya Mas. Temennya si neng, kan?”

Mengangguk, Tama sempat melirik Naka. “Sama-sama, ini buat ongkos taksi. Kalo gitu saya duluan pamit, Kek. Hati-hati, assalamualaikum.”

Naka tersenyum tipis, dia lihat Lima lembar uang ratusan ribu keluar dari dompet tebal Tama, gak heran. Justru kalo cuma dua ratus dia mau protes. Lama berdiri, tangannya di tarik ke sisi mobil, Tama membuka pintu lalu mendudukkannya di sana.

Setelah memastikannya duduk tenang, tama langsung membuka pintu sebelah, menyalakan mobil dan berkendara dalam keadaan hening.

Naka bingung harus memulai pembicaraan dari mana, dia masih asing dengan sosok Artama.

“Makasih,”

“Lo gak papa?”

Sial! Kenapa harus barengan?

“Gue baik, thanks. Mungkin kalo Lo gak lewat gue udah bentol-bentol di gigit nyamuk.” Naka senyum tipis, dia jujur soal nyamuk.

Tama terkekeh, mengangguk.

Naka mengernyit. “Udah pernah ke rumah Ayah, Tah? Lo kayak udah hapal jalannya.”

Dagu Tama menunjuk ponsel di atas dashboard, menampilkan aplikasi google map sesuai alamat yang Ayah nya sebut tadi. “Niat awal gue mau ke rumah Om Banu, ketemu Lo buat kembaliin name tag yang ketinggalan di kantor kemarin.”







***





Continue lendo

Você também vai gostar

Titik Nadir De Hilda Wardani

Literatura Feminina

4.3M 477K 49
Deva, cowok dengan segabrek reputasi buruk di kampus. Namanya mengudara seantreo Fakultas Ekonomi sampai Fakultas tetangga. Entah siapa yang mengawal...
It's a Trap! De claeria

Literatura Feminina

577K 39.5K 47
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
Dikejar Jodoh De KillMill

Literatura Feminina

535K 77.2K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
Sekuat Pesona De Daizy Aruha

Literatura Feminina

179K 11.1K 55
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...