Sistem Downloader Flashy (DRO...

Autorstwa pwapwapwa

1.4K 222 12

Seorang pria mati karena beberpa alasan konyol, namun dia mendapatkan hadiah sebagai gantinya. Dia bertemu d... Więcej

Bab 1 - Dunia lain
Bab 2 - Kocho Shinobu
Bab 3 - Sistem Downloader
Bab 4 - Sebuah rahasia
Bab 5 - Panggilan
Bab 7 - Tembus Pandang
Bab 8 - Talk
Bab 9 - Spar
Bab 10 - Time skip

Bab 6 - Ballot

98 22 1
Autorstwa pwapwapwa


Shinobu merasakan bahwa tatapan Rihito padanya agak salah, seolah pihak lain sedang mengejeknya sekaligus memujinya. Tanpa pertimbangan apapun, dia mempercayai instingnya begitu saja.

"Aku tidak yakin, tapi aku merasa Licht-san sedang berpikir buruk tentangku?"

Shinobu menyerahkan pedang yang terbungkus kain hitam dan topeng Noh kepada Rihito. Tak lupa senyuman dia sertakan. Dia adalah gadis ceria yang lembut.

Rihito mengabaikan tuduhan Shinobu karena dia mengerti betul bagaimana tidak masuk akalnya insting wanita apalagi milik seorang ibu rumah tangga. Melayaninya tidak membawa apapun kepadanya dan dia sibuk menerima bayinya.

Dengan perlahan dan hati-hati, Rihito membuka bundel hitam panjang yang berisi ballotnya dalam bentuk Nodachi 2 meter.

Dia memperhatikan pedang tersebut dengan mata berbinar. Dia memeriksa setiap incinya.

Secara keseluruhan pedang tersebut adalah replikasi sempurna dari milik Rihito dalam karya aslinya, Plunderer universe.

Rihito memperhatikan detail yang hilang yaitu hitungan, itu tidak tertera di pedangnya. Hanya sebuah bintang polos yang mewakili ballot red baron, ballot khusus dengan pemindai sidik jari.

Dia tahu apa yang harus di lakukan, menyarungkan pedangnya, dia berpura-pura berhati-hati namun ceroboh.

Menggunakan aktingnya yang tidak hebat, entah bagaimana Rihito berhasil tanpa sengaja menggesekkan jarinya ke bilah tajam pedangnya. Karena dia memang bertujuan untuk itu, Rihito membiarkannya berdarah, berpura-pura takjub dengan ketajam pedangnya.

Dalam perspektif Shinobu, gadis ini hanya menganggap Licht sebagai anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan barunya. Dia membiarkan lelaki ini berbuat sesukanya saat ia mencetak daftar biaya. Dia sengaja mengabaikan Rihito maka dari itu dia tidak menemukan akting Rihito yang buruk.

"'Semua hak hidup, berjiwa, yang aku tebas dan bunuh.'" Rihito menggumamkan kalimat di atas di bawah bibirnya, se-pelan mungkin agar Shinobu tidak mendengarnya dan cepat-cepat menyarungkan kembali Ballotnya.

Bersamaan dengan jatuhnya perintah Rihito, di dalam sarungnya, pedang Ballotnya menyerap darah Rihito hingga bersih melalui simbol bintang. Bersamaan dengan itu sebuah ukiran angka 0 muncul tepat di samping simbol bintang.

Rihito, di luar, di buat mengangkat alisnya. Dia bisa merasakan ada energi mengalir ke pedangnya dan dia merasakan hubungan. Dari sini, dia diam-diam menghela nafas lega karena semua prosedur berlangsung dengan baik dan lancar.

'Sekarang .. aku hanya perlu menemukan exp dan pelatihan bisa berlangsung lebih leluasa.'

Rihito kemudian mendongak, mengembalikan perhatian kembali kepada Shinobu, "Terimakasih karena tidak membuangnya dan mempercayaiku. Hanya mereka berdua yang aku punya." Untuk kesopanan, Rihito menundukkan kepalanya sedikit sekaligus menunjukkan ketulusannya.

Semenjak Rihito terdengar tulus, Shinobu tidak bisa menggertaknya lagi, "Tidak apa-apa... itu tidak masalah."

"Sekali lagi terima kasih." Rihito tersenyum tulus.

"Ara.. sudah aku bilang itu tidak masalah karena benda itu bukan letak masalahnya sejak awal." Shinobu mendorong secarik kertas ke arah Rihito.

Tidak perlu pemberitahuan apapun, Rihito sudah tahu bahwa Shinobu ingin dia membacanya.

Dia punya firasat buruk tentang kertas itu dan beberapa dugaan.

Dia melihat Shinobu masih dengan senyumannya dan mata sabitnya. Getaran salah semakin membesar.

Dan begitu dia mulai membaca kertas tersebut, Rihito mengerutkan keningnya dalam-dalam, dia tiba-tiba menjadi sangat serius.

Ini sebanyaknya mengejutkan Shinobu, reaksinya tidak masuk ke dalam daftar. Hal ini membuatnya menjadi serius juga sekaligus penasaran.

'Gawat! Sialan! Aku lupa bahwa aku adalah gembel tunawisma.' Meskipun Rihito memasang wajah serius, pikirannya kacau.

Dia lupa bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini dan untuk beberapa kasus, gratis bisa jadi harga termahal.

Secarik kertas tersebut berisi tentang semua daftar biaya yang harus dia bayar, mulai dari biaya operasi hingga obat-obatan. Di sana juga disertakan tambah biaya asumsi perawatan jalan beberapa hari kedepan jika misal dia ingin mengambilnya.

"Apa ini? Kenapa banyak angka di sana?" Rihito berpura-pura bodoh karena dia tidak punya pilihan lain. Dia harus entah bagaimana menggunakan otaknya sekeras mungkin agar terhindar dari biaya ini.

"Hmm.. kamu tidak tahu itu, Licht-san? Itu bon loh, daftar biaya yang harus anda bayar kepada kami. Anda tahu.. tidak ada rumah perawatan mandiri yang bekerja sukarela tahu~." Shinobu sekarang tidak menjadi bodoh dia sudah tahu bahwa Rihito tidak bisa membayarnya.

Dia sudah menjumpai banyak kasus serupa dari beberapa pasien, ada di antara mereka yang nakal juga. Dokter memang pekerjaan yang mahal, berpotensi, sekaligus beresiko karena menyangkut hidup dan mati manusia. Kadang kala ada keluarga pasien yang tidak tahu terima kasih, jika bukan karena dia adalah pejuang dan pilar pada saat itu, rumah sakitnya sudah lama akan bangkrut.

Sejak Rihito berpura-pura bodoh di sana, dia berkeinginan mendesaknya. Toh menggoda orang lain adalah kesenangannya.

"Ya.. baik.. itu masuk akal. Tapi.. kamu tahu... aku tidak punya satu yen pun di saku." Rihito segera menyerah, dia tahu bahwa gadis mungil ini sangat pintar, jika tidak dia tidak akan menjadi dokter yang disegani, ekspresi seriusnya pecah di gantikan oleh ekspresi menyedihkan.

"Oh maafkan kekasaran saya. Aku tidak tahu anda adalah gelandangan miskin tanpa uang. Dengan usia tubuh anda, seharusnya anda memiliki beberapa benda berharga selain senjata dan topeng aneh kan? Aku tidak percaya zaman sekarang masih ada pria dewasa pengangguran. Bahkan di desa terpencil, mereka memiliki banyak pekerjaan dan penghasilan.

Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan pria miskin tak tahu malu loh. Aku takut siapapun itu akan mati perawan. Sungguh mengenaskan. Atau mungkin anda kabur dari rumah karena beberapa alasan gelap seperti mengintip tamu terhormat? .... Wah wah sungguh pengalaman langka yang sangat tidak sopan. Jika itu masalahnya mau bagaimana lagi." Shinobu mengatakannya dengan kecepatan cepat, dia tidak membiarkan Rihito membalas. Di sela-sela dia menikmati ekspresi menyedihkan yang dibuat oleh Rihito.

'Oh ya aku lupa bahwa gadis ini memiliki lidah beracun.' Perkataan Shinobu bagaikan panah yang menancap langsung ke harga diri Rihito, baik sebagai laki-laki maupun orang dewasa.

Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Jika mengikuti sistem kelahiran, maka secara default, Rihito masih berusia 1-2 hari. Siapapun dalam usia itu pasti masih bersih, baik dari sifat maupun harta. Hanya saja dia tidak bisa mengatakannya karena menurut ilmu anatomi, tubuhnya milik pria awal 20-an.

Rihito menghela nafas membuat Shinobu tertawa bahagia. "Sial ya.. terserah apa yang kamu pikirkan, tapi aku benar-benar tidak punya sepeserpun. Dan jika kamu meminta pedang dan topeng ini, maka maaf aku lebih memilih untuk kabur." Rihito menegaskan. Dia serius di sini karena dia bukan orang yang akan mengabaikan kebaikan orang lain kepadanya.

Dia pasti akan membayarnya, jika tidak sekarang maka itu akan di masa depan, dalam bentuk yang dia mampu dan sepadan tentunya.

Meskipun dia tidak yakin memiliki semua diagnosis itu tapi jika itu datang dari Shinobu maka dia harus yakin itu benar. Gadis kecil ini tidak akan bermain-main dengan kehidupan orang lain terutama manusia.

"Seperti itu? Maka itu akan sulit tahu. Aku juga tidak tahu apa yang anda miliki dan mampu. Atau haruskah aku meminta tubuh anda sebagai pembayaran?"

"Gah! Darimana datangnya itu? Terlalu klasik. Lagian seharusnya kamu menjadi gadis kecil yang manis yang tidak akan pernah mengatakan kalimat 'Membayar dengan tubuh' dengan wajah lurus." Rihito menjadi dramatis. Dia hanya tidak bisa menjangkau pemikiran penulis dunia ini karena membuat karakter gadis ini, tapi ketika dia mengingat keindahan sastra, dia tidak bisa berkomentar lebih jauh.

"Ara.. Anda menggunakan bahasa yang kurang sopan, anda tahu itu? Tidaklah sopan memanggil wanita menggunakan panggilan gadis kecil." Shinobu mencoba mengabaikan, tapi tidak bisa.

"Sigh~ ya terserah seperti kamu bukanlah gadis mungil." Kata Rihito dan secepat mungkin mengalihkan topik karena dia sudah bisa melihat wajah Shinobu dipenuhi kedutan kesal. "uhuk .. bagaimanapun aku juga tidak berniat untuk menjadi pengangguran, beri aku waktu saja dan aku pasti akan membayar itu semua." Posisinya memaksa Rihito tidak bisa mengambil resiko kemarahan Shinobu lebih lanjut.

'Hmm.. dia masih tenang dan berpura-pura. Menarik.' Shinobu berpikir. 

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

56.5K 490 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
62.8K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
103K 9.9K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...