CINTA SEGI EMPAT 3 [END]

By RestiatulFitriah

43.6K 7.7K 2K

Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow... More

01. Mimpi
02. Mau Saya Rendang?
03. Perpaduan
04. Kebo
05. Di Butik
06. Pewarna Rambut
07. Mirip Ari Irham & Mantan Ketos
08. Masalah
09. Gantengnya Minta Ampun
10. Hari Menyebalkan
11. Sepi
12. Mantan ngejar-ngejar?
13. Devid Kucrut
14. Acha Tepos
15. Malam Penuh Bintang
16. Ciamis Berada
17. Mendaki
18. Bermalam di Sini
19. Potret di Gunung Sawal
20. Goyang Dumang
21. Senyumin Aja
22. Hari Ini
23. Sebuah Awal
24. Kayak Spons Cuci Piring Mama Gua
25. Bersama Hujan
26. Sakit
27. Kemenangan
28. Karya Bukan Gaya
29. Alex?
30. Mendebarkan
31. Kembali Hujan
32. Sesak
33. Awal Kebohongan
34. Si Firman
35. Hidup, ya, Gini
36. Normal, Cha ....
37. Ada apa?
38. Patah
39. Sidang Perceraian
40. Kamu
41. Cemburu?
42. Sialan!
43. Pertanyaan
44. Jatah
45. Tetangga Baru
46. Salah Paham
47. Richard
48. Brengsek!
49. Ini Gua, Dev
50. Gara-gara Siswi SMP
51. Dibopong Bule Nyasar
52. Persaingan
53. Kalian?
54. Jatuh Lagi
55. Pameran Tahunan
56. Disaksikan Oleh Hujan
57. Akhirnya Terkenang
SEQUEL-NYA, NIH!!
BACA, GUYS!
INFO BARU!!
58. Harus Dilalui
59. Berkemas
60. Melepas Kenangan
61. Kambing Congek
62. Taklukan UI
63. Nabrak Dosen
64. Dev, Di Mana?
65. Awal Pertemuan
66. Menemukan Jalan Terang
67. Pertemuan di Markas MAPALA
68. Lupa Ingatan?
69. Kenyataan yang Menyakitkan
70. Persiapan Mendaki
71. Di Jalur Pendakian
72. Hanya Déjà Vu
73. Di Ketinggian 2.540 MDPL
74. MT. CIREMAI 3.078 MDPL
75. Hilang Pijakan
76. Hujan Penghambat Pulang
77. Strategi Menikung
78. Ngekang, ya?
79. Diblokir Kang Sirik
80. Butuh Jawaban Bukan Menghindar
81. Mengajar apa Ngegombal?
82. Bersaing Secara Sehat
83. Tuntaskan Segala Masalah
84. Tidak Diharapkan
85. Luka Kembali Terasa
86. Acha takut, Yah!
87. Tamu Tidak Diundang
88. Cara Yang Salah
89. Menenangkan Diri
90. Hadir Sebagai Penolong
91. Di Pesta
92. Salah Paham Lagi
93. Masuk Dengan Menyamar
94. Malam Mingguan
95. Lepaskan Atau Datang
96. Kembali Bersama?
97. MT. PRAU 2.565 MDPL
98. Disaksikan Golden Sunrise
99. Pacaran?
100. Berbagi Luka
101. Menghindar Dari Masalah
102. Mendidik?
103. Terima Kasih Tuhan
104. Bahagia Itu Sederhana
105. Kematian Selalu Ditakutkan
106. Pelakor Nginep Lagi
107. Niat Meminta Maaf
108. Maaf, Ma
109. Terpisah Satu Malam
110. Gak Adil Emang
111. Asal Lo Tahu
112. Biarkan Seperti Ini
113. Menantikan Devid Junior
114. Urat Malunya Putus
115. Pergi Ke Jerman
116. Ke Mana?
117. Dihampiri Bukan Didatangi
118. Devid Kecil
INFO SEQUEL
119. Masih Bertahan Meyakinkan
120. Dia papa, Devit?
121. Luka Penuh Drama
122. Ditolak? Coba Lagi
123. Kado Ulang Tahun
124. Tak Selalu Sempurna
125. Patahkan Niat Mereka
126. Sama Julidnya
127. Maafin Devit, Ma
128. Bram, lagi
129. Kecewa dan Cinta
130. Mulai Mendaki Lagi
131. Mana Puncaknya?
132. Sebatas Teman
133. Kemungkinan Memilih Menyerah
134. Terjebak Sebelum Sampai
135. Hipotermia
136. Lo Itu Pemaksa!
137. MT. Guntur 2.249 MDPL
138. Hanya Sementara
139. Menyakiti dan Mengkhianati
140. Sepuluh Tahun Lamanya
141. Gak Seharusnya Nunggu
142. Sebagai Pelampiasan
144. Kenapa Gua Lagi?
145. Datang Tanpa Diminta
150. Tak Kunjung Datang
151. Makasih, Bram
152. Istimewa Sebenarnya
153. Pertemuan Terakhir
154. Ingat, Anak SMP!
155. Memilih yang Lain
156. Lamaran
157. Gita, Si Cerewet
158. Tak Sepenuhnya Sama
159. Peluk Aja Gak Papa
160. Lelah Menanti
161. Mencoba Tetap Tegar
162. Pesan Dari Camer
163. Nyata Di Depan Mata
164. Malem Sabtuan
165. Pesta Pernikahan Bram
166. Tetap Grogi atau Digas?
167. Penghancur Bahagia
168. Perwakilan Lomba Batik
169. Jangan Nolak
170. Panggilan Sayang
171. Dia Kembali
172. Anak Spesial
173. Truth or Dare
174. Pelukan Terakhir
175. Acha Acha Nehi Nehi
176. Fashion Show Batik
177. Double Anget
178. Cincin Pernikahan
179. Papa Muda
180. Posisi yang Tergantikan
181. What? Honeymoon?
182. Mau Gak, Cha?
183. Perasaan Apa?
184. Akhirnya Tenang
185. Waktu Bahagia
186. Si Cimoy
187. Pantai Kuta
188. Sunset
189. Hari Pertama Kita
190. Kelas Unggulan
191. Double D
192. Devita Kembali
193. Cinta Pertama dan Terakhir
194. Nonton Konser
195. Jangan Dikasarin
196. Nambah Anak Lagi?
197. Ayah?
198. Hamil?
199. Di Toko Buku
200. Sampai Di Sini

143. Nostalgia Ke SMA

27 4 0
By RestiatulFitriah

"Mencoba mengobati rasa luka dan rindu, melupa di sampingnya sedang terluka menahan jeritan pilu."

SMA Garuda masih berdiri kokoh. Lebih baik dari tahun di mana Acha dan Devid berlari melewati lorong-lorong, sedangkan waktu enggan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan bagi mereka. Namun, Acha yang menjadi inti masalah karena bangun kesiangan. Devid lagi-lagi kena imbas, ia harus mengakui kesalahan Acha adalah salahnya. Ah, rindunya masa dulu. Masa yang belum mengerti apa itu cinta dan mengenal dalam luka karena cinta.

Langkah keduanya mulai menyeberangi jalan, mendekati pos satpam yang berjaga dengan tampang sangar. Acha melempar senyum, tak ada satu pun di antara empat satpam itu yang ia kenali. Ke mana satpam dulu? Mungkin sudah keluar karena usianya yang telah renta? Acha mengingat lagi masa-masa itu, masa di mana seorang satpam sudah mengenal tingkahnya dan Devid. Sejoli yang tak bisa terpisahkan saat berada di zona kesialan.

Tiba-tiba semuanya berbeda, kala Richard dan Reina memasuki kehidupan keduanya. Penuh curiga dan amarah yang tertahan. Sampai terjadilah kecelakaan tak diharapkan, diiringi petir menggelegar! Jerit tertahan karena hujan lebat yang menghunjam. Acha terperangah, ternyata langit Bandung sekarang mendung menghitam legam. Seolah mewakili semua yang ia rasa sekarang.

Bram meliriknya sekilas, lalu Acha berkata, "Pak, saya alumni sekolah ini. Boleh, gak, keliling beberapa menit aja?" pinta Acha meminta izin terlebih dahulu.

Salah satu satpam yang sedang berjaga mendekat. "Boleh saya lihat identitasnya?"

Acha lupa tidak membawa ktp juga beberapa kartu pelajar masa SMA. Bram yang tahu kebingungan Acha, ia segera berkata, "Lo, masih simpan foto waktu SMA? Mungkin yang lagi pakek seragamnya?"

"Oh, ya!" Acha mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya, tanpa menunggu lama mulai mencari beberapa foto di galeri.

Ya Tuhan, Acha diam sesaat. Foto yang ditemukannya adalah sewaktu Devid ulang tahun yang dirayakan langsung oleh penggemar fanatiknya. Di sana, Acha benar-benar dekil karena ikut dikejar-kejar. Belum lagi adonan kue yang nyasar mengotori rambutnya, di saat itu Acha ingin sekali memukul Devid bertubi-tubi. Namun, kali ini ia bersyukur bisa mengabadikan momen itu tepat di hari selasa waktu lalu.

Di depan gerbang bernamakan SMA Garuda yang gagah. Di sana, pula ada seorang siswi yang mengacungkan banner tepat tahun lahir dan tahun di mana Devid berulang tahun hari itu. Sangat membantu bukan? Dengan cepat, Acha memberikan foto tersebut lalu menunjuk wajah mungilnya di antara deretan perempuan yang ingin dilirik oleh Devid.

"Ini saya, Pak, yan—"

"Yang kecil, pendek, imut itu?" potong satpam, membuat Acha dan Bram terbahak. "Gak berubah wajahnya, ya, silakan masuk. Jangan beberapa menit, saya beri waktu sampai jam pulang tiba."

Wah, Acha sangat bersyukur mendapat sambutan hangat itu. Bram  meliriknya, Acha juga menoleh melempar senyum lebar. Mereka pun masuk satu hal yang dirasakan Acha adalah bernostalgia. Ia menyesal tidak memakai baju SMA ke sana, mungkin beberapa penghuni Garuda akan mengiranya anak SMA juga, bukan? Langkahnya menyusuri taman kecil yang dulu belum ada semasa ia sekolah. Ada kolam berisi ikan hias, sampai pancuran air yang anggun.

Karena mereka datang di waktu jam pelajaran, tepat pelajaran terakhir. Jadi, bebas menyusuri halaman sekolah. Tepat di samping kelas X MIPA 1 langkah Acha terhenti dan Bram yang ada di belakang mengikuti. Bayangan tawa dari beberapa temannya, Reina yang melambaikan tangan memberitahukan info persoalan Devid yang lagi-lagi membuat onar alias menciptakan racun bucin di kelas X MIPA 5.

"Kita gak bisa masuk, ya," lirih Acha, pendengarannya menangkap suara seorang guru yang sedang menerangkan materi Biologi.

Bram tersenyum tipis. "Ke tempat lain aja?"

Acha mengangguk pasrah. Di tangga inilah, ada banyak cerita juga. Bram yang menemani tidak tahu cerita apa yang sedang Acha bayangkan di masa lalu. Karena perempuan itu masih tetap diam, sesekali menatap tempat yang mengingatkan kenangan lama. Sesampainya di lantai bawah, sasaran selanjutnya menuju kantin yang sepi. Hanya beberapa siswa nakal, masih memainkan ponsel dengan makanan ringan menemani waktu menuju sore menunggu bel pulang dan gerbang dibuka lebar.

Tak jauh dari sana, Acha melihat perpustakaan yang sudah berubah drastis. Banyak beberapa puisi yang menanti untuk bisa ia baca. Sebelum kakinya melangkah ke sana, suara seseorang bertanya akan kehadiran mereka berdua menghentikan langkah kaki. Memaksa Acha untuk berbalik, menyapa dan menjawab pertanyaan.

"Selamat siang, Bu, maaf apakah kami mengganggu aktivitas belajarnya?"

Seorang guru dengan kerudung menghiasi wajahnya itu tersenyum lembut. "Siang, tentu saja tidak. Kalian tamu yang akan menemui KEPSEK?"

Bram membalas, "Bukan, Bu, dia." Tunjuknya kepada Acha. "Alumni SMA ini, ingin bernostalgia karena sudah lama menetap di Jakarta."

"Oh ... alumni, silakan, saya kira kalian tersesat?"

Guru bernama Ayu itu permisi pergi, membiarkan Acha dan Bram kembali melangkahkan kaki. Acha menjadi penasaram dengan jalan yang dulu petnah ia temukan, Devid dan Anita pacarnya yang entah ke berapa itu keluar tegesa-gesa dari balik bangunan perpustakaan dengan kancing baju paling atas terbuka. Terkenal menjadi tempat para pelajar nakal. Nongkrong ditemani rokok yang dihirup dalam-dalam, dihembuskan tenang serasa berasa ada di pantai. Kecewa dan salah paham, Acha tersenyum getir.

Mengapa ia terlalu bodoh akan cara basi Anita untuk mengelabuinya? Bahwa Devid telah menjamah tubuhnya? Padahal itu akal-akalan buruknya! Nyatanya, Devid adalah lelaki yang baik, sabar, juga lelaki yang pintar menyembunyikan kebohongan. Berapa tahun penyakitnya disembunyikan? Berapa tahun Acha tidak menyadari karena terbalut canda tawa Devid Kucrut? Tak pernah curiga sama sekali akan kenyataan tubuhnya.

Apa jangan-jangan kehilangan untuk ketiga kalinya ini, Devid kembali tersungkur karena penyakitnya kambuh? Sepuluh tahun lamanya, mungin sedang berjuang agar Acha tidak khawatir? Langkah Acha terus mengikuti jalan penuh tanah dan beberapa ranting patah. Di belakangnya, Bram tetap diam menguntit. Ia hanya sebagai penjaga, tidak seharusnya berkomentar juga atas apa yang ingin Acha lakukan.

"Ini tempat nongki pelajar nakal," ucap Acha, tangannya mengelus dinding belakang perpustakaan yang terlihat kotor karena tanah.

"Dan lo, gak mungkin jadi salah satu pelajar nakal di SMA ini, kan?" tanya Bram.

Acha menoleh. "Gua 'kan sahabatan sama cowok nakal, jadi tau di mana tempat aman bagi mereka."

"Tapi, gak seharusnya lo sampe tau tempat kek gini. Apalagi sampe mojok di sana!" Bram menunjuk tempat yang sedikit gelap karena dinding penyekat.

"Yuk, di sini kenangannya buruk banget." Acha mendahului Bram, lalu kembali menyusuri lorong-lorong kelas.

Tanpa diminta, suara bel pulang berbunyi. Jadi, Acha harus menghentikan acara bernostalgia ke masa SMA. Sedikit kesal dan pasrah ditarik oleh Bram keluar mereka memilih duduk tepat di sebuah kafe. Tempat di mana Acha dan Devid pernah duduk di sana. Waktu lalu, sebelum keduanya diterima masuk ke SMA Garuda yang tidak gampang semua orang bisa belajar di sana.

Teringat pula jagoan SMA Garuda yang mendekati mereka, mencurigai Devid sebagai mata-mata SMA lain. Padahal, ia baru juga akan lulus dan ingin sekolah di SMA yang berhadapan dengan kafe ini. Acha lagi-lagi memesan kopi hitam, menyesapnya dalam lalu mengembuskan napas panjang.

"Kenapa, ya, Tuhan gak bosen apa ngilangin manusia kek dia dari gua? Biar apa, sih!" gerutu Acha.

Bram tersenyum kaku. "Mungkin, itu ujian buat kalian. Apa mampu lanjut ke tahap lain, atau berhenti karena menyerah?"

Acha menoleh malas. "Ujian hidup maksudnya?"

"Ya kali, ujian sekolah, Cha!"

"Terserah, deh! Gua cape berharap mulu, apalagi harus nunggu beberapa tahun lagi." Tatapannya menyaksikan beberapa penghuni Garuda yang mulai keluar dengan kendaraan pribadinya.

"Gua juga cape," batin Bram, tanpa Acha ketahui alasannya.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 99.8K 54
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
394K 48.3K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
934K 67.5K 36
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
263K 10.8K 30
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...