Good Generation (TERBIT✓)

By Diliaannisa

1.1K 285 190

🥇#1 - Potensi 🥇#1 - Marathon 🥉#3 - Istimewa SMA Cahaya Banua adalah satu-satunya sekolah yang memiliki p... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
EPILOG
PENGUMUMAN

BAB 10

31 8 0
By Diliaannisa

Dilia Anastasya

Urbach-Wiethe adalah sebuah kelainan pada otak yang membuat penderitanya kehilangan rasa takut. Sedangkan gejala yang dialami tiap penderita cukup bervariasi, ada yang mengalami masalah kulit seperti kulit kering dan mengerut, bahkan dalam beberapa kasus ada yang sampai menderita kecemasan berlebih, hingga menjadi psikopat.

Syukurlah aku tidak mengalami gejala yang berarti, aku hanya tidak mengenal rasa takut karena aku menderita penyakit ini sejak lahir. Aku tidak ingat dengan jelas masa kecilku sebagai bayi hingga tumbuh menjadi balita yang tidak memiliki rasa takut. Kata tante Mia, ibu menjagaku dengan sangat baik, di rumah kami tidak ada benda-benda berbahaya yang bisa melukaiku, dengan sabar ibu mengajariku tentang hal yang boleh aku lakukan dan yang harus aku hindari.

Aku cukup yakin bahwa kondisi kesehatan ibu yang memburuk juga karena terlalu letih menjagaku seorang diri sambil terus bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ibu berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan kami sejak ayah meninggal di usiaku yang baru menginjak satu tahun. Penyakit ibu sering kambuh, beruntung ibu memiliki majikan yang mau membiayai operasinya, tapi akhirnya ibu meninggal di rumah sakit sebelum operasi.

Mungkin karena aku masih sangat kecil, memoriku tentang ayah dan ibu sangat lemah. Aku bahkan tidak bisa mengingat wajah ayahku dan kenangan saat ayah masih hidup. Tapi berkat cerita masa kecilku yang sering diperdengarkan oleh tante Mia, aku bisa mengingat masa-masa bersama ibuku, meski hanya sedikit.

Sejak ibu meninggal, aku diasuh oleh tante Mia yang merupakan sahabat ibuku sejak kecil. Tante Mia memiliki satu putri yang seusia diriku, namanya Dhakiya Misha Ananda, sahabat yang kerap kusapa dengan nama Kiya tersebut sangat populer sejak kecil karena kecantikan dan sifat cerianya yang membuat orang-orang senang berteman dengannya.

Kiya memiliki kakak laki-laki yang sangat penyayang. Dia adalah sosok pahlawan bagi kami berdua, selalu siap mengusir para pengganggu yang membuat adik-adiknya dalam masalah. Namanya Mahesa Lana Saputra, hingga saat ini, aku masih mengaguminya.

Dia sangat bersinar di mataku, saat melihatnya, rasanya seperti melihat sebuah bintang jatuh dari langit. Begitu indah sampai ingin aku sembunyikan dan kusimpan untuk diri sendiri karena takut dia akan direbut oleh orang lain. Aku rasa tidak akan ada habisnya jika membahas tentang aa Lana. Kembali ke topik.

Hari ini adalah hari kedua aku menjalani kegiatan di sekolah baruku. Setelah melewati hari pertama yang suram dengan kostum memalukan, hari kedua kegiatannya jauh lebih santai dan mengenakan seragam olahraga yang membuatku bisa bergerak dengan nyaman, dibandingkan mengenakan rok.

Kehadiran tamu undangan yang merupakan salah satu sponsor sekolah kami, sangat menyita perhatian karena beliau muncul dengan cara tak terduga. Dengan santainya beliau keluar dari helikopter yang terparkir di tengah lapangan utama, berjalan lambat sambil melambaikan tangan melewati para murid yang kagum melihat sosoknya, memberikan sambutan yang ditutup dengan gemuruh tepuk tangan.

Aku tidak bisa mengingat dengan jelas nama lengkapnya, karena nama beliau berasal dari bahasa asing yang cukup sulit dilafalkan oleh lidah orang Indonesia. Namun, dengan rendah hati beliau meminta kami untuk memanggilnya Pak Alva, dan ternyata beliau adalah ayah kandung dari laki-laki misterius yang kini hampir menjadi temanku, yaitu Rama, dan kakak kelas kami bernama Mihda, serta ayah angkat dari teman satu kelompokku yang kini sudah aku anggap sebagai sahabat, namanya Satria.

Ada hal yang perlu kalian tahu tentang anak laki-lakinya yang bernama Rama. Kemarin, tepatnya saat MOS hari pertama berakhir, dia lewat di depanku yang sedang duduk di kursi taman sambil mengeluarkan kata-kata aneh yang tidak ingin aku ingat. Nadanya super menjengkelkan seakan-akan sedang memulai perang. Namun, anehnya hari ini dengan santainya dia memintaku duduk di kursi yang berada di sampingnya.

Meski sikapnya masih agak sombong, dengan mengeluarkan kata-kata yang menjelaskan bahwa dirinya lebih hebat dari siapa pun, aku tetap tidak keberatan berada di sampingnya. Satria tiba-tiba duduk di sampingku, seakan tidak ingin membiarkan aku ditindas oleh makhluk sombong yang konon katanya tidak pernah memiliki teman akibat terlalu pemilih dan suka membanggakan diri sendiri.

Jujur saja, aku agak bingung melihat Satria yang kasihan dengan nasib malang Rama. Tapi setelah aku mengetahui bahwa mereka adalah saudara angkat, aku merasa kagum dengan Satria yang bisa tahan hidup seatap dengan manusia bersifat angkuh yang mungkin saja menganggap dirinya sebagai orang terhebat di seluruh dunia.

Sayangnya, Rama sama sekali tidak menghiraukan kepedulian Satria terhadap dirinya, dia justru menunjukkan rasa benci terhadap Satria, kebencian yang aku tangkap dari kata-katanya yang sengaja menyakiti hati Satria. Justru konflik antar saudara sejenis inilah yang membuat hatiku tergerak untuk menjadi sosok pendamai bagi mereka. Aku bahkan sudah menyusun rencana untuk membuat Rama sadar bahwa saudaranya itu sangat peduli terhadap dirinya.

Langkah pertama adalah memastikan mereka berdua bisa satu kelas. Rama sangat ingin masuk kelas favorit karena rasa gengsinya yang teramat besar, sedangkan Satria justru seakan menghindari kelas favorit yang sangat diinginkan oleh para murid baru. Dia bahkan mempertanyakan keputusan panitia yang memilihnya menjadi salah satu anggota OSIS, syukurlah dia tidak kehilangan sepuluh poin karena berhasil menjadi anggota OSIS.

Tadinya aku kira dia akan menghindari ekstrakurikuler KIR yang juga memberikan sepuluh poin tambahan untuk menuju kelas favorit, ternyata dia memilih ekstrakurikuler ini karena menyukainya. Tinggal satu langkah lagi agar dia bisa memiliki peluang besar untuk masuk kelas favorit, yaitu rekomendasi dari Bina Damping.

Aku harus memastikan Bina Damping kami memilih Satria, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan karena Ali dan Lia membutuhkan beasiswa sehingga mereka mengincar posisi kelas favorit, sedangkan aku juga menginginkan beasiswa itu untuk meringankan beban orang tua angkatku. Padahal hanya ada tiga nama yang boleh direkomendasikan oleh Bina Damping setiap kelompok.

Aku tidak bisa mengorbankan posisiku, juga posisi Lia dan Ali demi Satria. Jika Satria tidak berada di kelas favorit, maka dia akan sulit bertemu dengan Rama karena bangunan kelas favorit terpisah jauh dengan bangunan kelas jurusan. Lalu apa yang harus aku lakukan?

Saat aku tenggelam dalam pikiranku, aku baru menyadari bahwa Kiya tidak lulus seleksi OSIS padahal dia sangat mengharap masuk kelas favorit, sahabatku itu pasti sangat sedih sekarang. Aku menengok ke belakang untuk mencari posisi duduknya yang terpisah denganku. Tanpa aku sadari, ternyata Rama memperhatikan gerak-gerikku sejak tadi. Dia bahkan berusaha menghiburku dengan kata-kata yang masih terdengar sombong, mungkin sulit baginya untuk membuang kebiasaan buruk tersebut.

Aku menyadari ada hal aneh pada dirinya. Sedari tadi aku tidak pernah menyebut nama Kiya, jika Rama tahu Kiya tidak diterima menjadi anggota OSIS, tandanya dia tahu nama sahabatku itu. Tapi dari mana dia tahu? Dia juga tahu tentang penyakitku padahal hanya keluarga angkatku yang tahu hal ini.

Apakah Rama memata-mataiku? Tapi untuk apa dia melakukan itu? Apakah kejadian sebelum MOS yang membuatku dikagumi karena keberanianku itu berhasil menarik perhatiannya juga? Apakah dia ingin melakukan penelitian pada penderita penyakit langka seperti diriku? Haruskah aku menjauh karena sikapnya yang mencurigakan? Tapi bagaimana dengan tekadku yang ingin mendamaikan dia dan Satria?

Berbagai pertanyaan menuntut sebuah jawaban. Tidak ada cara lain untuk mengetahui faktanya selain mendekatkan diri dengannya agar aku tahu pasti apa yang dia inginkan dari diriku. Aku sudah memutuskan, dari sekarang aku akan terus mengawasinya sambil mengorek-ngorek informasi dari Satria yang tampaknya cukup terbuka tentang saudara angkatnya ini.

______________________________________
"GOGENPEDIA"

Persaudaraan di Good Generation
1. Keluarga Saputra
Lana

Saudari kandung
Kiya

Saudari angkat
Dili

2. Keluarga Alvarendra
Mihda

Saudara kandung
Rama

Saudara angkat
Satria

3. Keluarga Aidan
Ali

Saudari kembar
Lia

Continue Reading

You'll Also Like

4M 311K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
149 63 11
hai semua, book ini ku revisi 90% dari cerita sebelumnya judul yang sebelumnya 3999: Internasional Letania High School kini ku ganti hanya nama sekol...