INSECURE GIRL

By RaniSit

8.8K 971 111

Luna, gadis dengan penyakit insecure parahnya. More

IG. 02
IG. 03
IG. 04
IG. 05
IG. 06
IG. 07
IG. 08
IG. 09
IG. 10
IG. 11
IG. 12
IG. 13

IG. 01

1.7K 107 11
By RaniSit

Selamat datang, dan selamat membaca❤

Cantik itu relatif, jadi gausah insecure!
Kamu itu cantikkkkkkk😠💗
Gausah INSECURE!😠

Di balik pintu kelas yang ramai, terdapat dunia kecil seorang gadis bernama Aluna Deandra Putri, dipanggil Luna. Wajahnya tertutup rambut panjang yang berfungsi sebagai perisai dari pandangan dunia. Kepala tertunduk, Luna sibuk membaca bukunya, mengabaikan dunia luar yang penuh warna.

Seiring derap langkah teman-teman sekelasnya yang riuh, Luna terus menyelam dalam kata-kata buku yang menjadi teman setianya. Keheningan di pojok kelasnya memberinya kedamaian, meskipun di sekitarnya gemuruh tawa dan obrolan khas remaja terdengar.

Luna kerap diundang untuk bergabung, tetapi responsnya yang aneh sering membuat teman-temannya merasa tidak nyaman. Selain masalah kurang percaya diri, Luna juga agak kesulitan dalam urusan sosialisasi.

Tiba-tiba, Sela, sosok cantik menghampiri. "Luna, kamu mau ikutan lomba gak?"

Sela, teman sekelas Luna, menonjol dengan kecantikan yang membuat banyak pria tertarik. Dengan kulit putih, hidung mancung, wajah tirus, dan mata yang memikat, kehadiran Sela memberikan warna tersendiri dalam lingkungan kelas.

Ketika berada dekat dengan Sela, Luna kembali merasa tidak percaya diri.

Dengan cemas, Luna menolak. Ingin sekali bergabung, tapi takut menjadi pusat perhatian. "Maaf sebelumnya, aku gak bisa," ucap Luna, kembali tenggelam dalam bukunya, berharap dunianya yang sunyi tak tersentuh.

Namun, Sela terus membujuk, tidak menyadari bahwa Luna tengah berjuang melawan penyakit yang tak terlihat oleh mata mereka—penyakit yang menggiringnya pada jalan kesendirian. "Ayolah Lun, kamu pintar! Terlebih kamu jago bahasa inggris, jika kamu ikut lomba debat bahasa inggris, aku yakin kamu menang!"

Dengan tegas Luna menggeleng, merasa kesulitan jika menjadi sorotan. Terlebih dia memiliki wajah yang tidak enak di pandang.

"Ayolah Lun," Sahut Wanda yang tiba-tiba datang dan langsung duduk disebelah Sela.

Wanda, dengan kulit coklatnya, tetap mempesona dengan kecantikan yang khas. Pesonanya semakin terpancar ketika tersenyum yang membuatnya terlihat begitu manis.

"Aku mohon kalian jangan memaksa aku. Aku benar-benar tidak bisa! Dikelas ini juga banyak yang pintar," Jawab Luna.

"Lun, bakat itu harus dikembangkan," Ucap Sela yang dapat anggukan setuju dari Wanda.

Luna mendengus kesal, bertanya-tanya mengapa kedua gadis di depannya selalu memaksa, terutama Sela. Apakah mereka tidak mengerti? Tidak, mereka sepertinya tak akan pernah mengerti kondisi Luna.

"AKU SUDAH BILANG TIDAK!" teriak Luna dengan frustrasi.

Luna mendapati dirinya menjadi sorotan di antara teman-teman sekelasnya. Dalam keputusasaan, ia mengutuk dirinya sendiri, menyesali tindakannya berteriak. Kecemasan muncul, membayangkan kemungkinan lebih buruk seperti pengucilan atau bahkan perundungan. Dengan berat hati, gadis itu menundukkan kepalanya.

"Biasa aja kali Lun.  Wanda sama Sela kan cuma ngajak," ucap Bima, sang ketua kelas, sambil menatap Luna dengan ekspresi tidak suka.

Bima merasa Luna sangat menyebalkan. Menurutnya, Luna selalu tidak kompak dalam setiap acara di kelas, sehingga dianggap sebagai beban.

"Tau lo," Balas Putri.

"Lah, kok ngamok," Sinis Bayu.

"Udah-udah, kok kalian gitu sih," Kesal Sela dengan menatap teman-temannya.

Sela memandang Luna dengan lembut, "Lun, maaf ya. Kalau kamu enggak mau, gak masalah kok, kita gak akan maksa."

"Udah, gak usah ngurusin si Luna, mending kita fokus diskusi aja." Sahut Wanda.

"Ayo, kita lanjut nanti di rumah Sela. Gimana, Sel?" ajak Lusi.

"Boleh," Jawab Sela ramah.

Inilah yang disukai semua orang terhadap Sela. Sela memiliki sifat ramah, baik, dan kecantikan yang disukai semua orang. Siapa yang tidak suka padanya?

Kring.

Bell istirahat sudah berbunyi, dan Luna tidak pergi ke kantin sebab lebih baik memakan makanan buatan ibu tercintanya.  Selain itu juga Luna tidak memiliki banyak uang untuk membeli makanan yang ada di kantin. Menurutnya mending uangnya di simpan buat kebutuhan kedepannya.

Tapi Luna tidak sendiri, karena ada Alga yang masih tertidur dipojok. Luna pernah berpikir, kenapa Alga sangat suka tidur? Mungkin kah mimpi nya lebih indah. Luna mengangkat bahunya tidak peduli, dia memutuskan untuk memakan makanan nya.

Beberapa menit kemudian akhirnya Luna telah menghabiskan bekalnya.

"Heh lo!" Tiba-tiba saja seseorang memanggilnya.

Luna menoleh ke pojok kanan dimana tempat Alga duduk. Luna melihat Alga yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang masih terlihat mengantuk, dan pucat?

Luna menunjuk dirinya sendiri, "Aku?"

"Iyalah, siapa lagi?" Sewot Alga.

Luna sedikit gugup karena baru pertama kali mereka berbicara, meski singkat.

"Gue mau pulang, izinin sama ketua kelas kalau gue sakit," Ucapnya dengan merapihkan barang-barangnya.

Luna mengangguk. Setelah melihat respon Luna, Alga langsung pergi dengan mengandeng tasnya.

Luna menghela napasnya kasar. Kalo dipikir pikir kehidupannya sangat membosankan. Sekolah, kerja, belajar, tidur, seperti itu saja seterusnya.

Tapi tidak apa-apa, Luna akan menjalankannya dengan iklas. Dia juga tidak akan mengenal cinta, karena menurutnya itu akan membuatnya sakit hati. Tapi memang ada yang mau sama Luna? Jelek, dekil, kusam. Apalagi dia memiliki rambut yang sangat bau dan berminyak, Luna jarang sampoan.

Bel masuk pun telah berbunyi, semua siswa kelas XII IPA 2 sudah pada masuk.

"Luna, lo liat Alga?" Tanya Bima ketika tidak melihat Alga di kelasnya. Meskipun Alga suka tidur dan sedikit badboy, Alga akan tetap masuk kelas meskipun di kelasnya hanya tidur.

"Alga pulang, katanya dia sakit." Jawab Luna.

"Serius? Gimana kalo kita jenguk kerumahnya setelah pulang sekolah," Usul Sela.

"Setuju," Seru Putri.

"Ngikut aje aing mah,"

"Gue ikut aja," 

"OKE STOP! KITA SEMUA IKUT, TERUS PATUNGAN BUAT BELI MAKANAN UNTUK ALGA,"  Teriak Bima yang dapat anggukan dari teman-temannya.

Luna sudah keringat dingin, bagaimana ini? Dia tidak ingin ikut. Dan juga dirinya tidak memiliki uang untuk patungan. Dia memiliki uang dua puluh ribu itu pun buat beli makan ibu dan juga adiknya.

"Patungan nya seikhlas nya aja, karna gue tau disini ada orang susah," Ucap Lusi bendahara kelas.

"Pokoknya harus ada yang patungan! Ini buat temen kalian sendiri yang lagi sakit. Awas aja gue aduin ke bu beti!" Lanjut Lusi sedikit melirik Luna yang sedang menundukkan kepalanya.

Luna rasanya ingin menangis karena mendapat tatapan tidak suka dari teman-temannya. Luna berjalan kearah Lusi untuk memberi patungan.

"Lusi, ini aku kasih 5rb aja, gapapa?"

"Gapapa dari pada nggak," Cuek Lusi lalu menulis nama Luna di kertas.

"Maaf sebelumnya, aku gak ikut kerumah Alga ya," Lirih Luna yang masih dapat didengar oleh Bima dan yang lainnya.

Bima berdecak kesal, "Eh Luna! Sekali aja lo kompak sama kita-kita. Perasaan kalo ada apa-apa lo gak pernah ikut, kesel gue."

Luna menghela napasnya pelan, menjenguk orang sakit emang harus banget rame-rame? Menurutnya dua orang saja cukup. Ketua kelas sama sekertaris.

"Tau lo Lun, emang sibuk apa sih?" Sinis Bayu.

"Direktur kali hahaha," Sahut Wanda diiri dengan tawanya disusul teman teman lainnya.

"Direktur apa? Bayar uang kas aja jarang!" Kesal Lusi.

Luna tidak memperdulikan ucapan teman-temannya dia langsung berjalan kearah bangkunya. Meskipun begitu Luna sakit hati. Teman-teman nya tidak akan pernah mengerti dan tidak akan pernah tau apa yang Luna rasakan.

"Pokonya yang gak ikut tajir 50rb!" Ujar Bima.

"Gila lo Bim!" Kesal Manda, padahal dirinya tidak ingin ikut. Karena malas. Apalagi kerumah Alga.

"Bodoamat, pokoknya harus ikut semua!" Tegas Bima.

Luna menghela napasnya pelan, terpaksa dia harus ikut, daripada ditajir 50rb.

____

Continue Reading

You'll Also Like

86.8K 8.6K 36
FIKSI
138K 13.6K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
1M 75.8K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
798K 58.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...