Rangers-nya Bunda
Whatsapp Grup
Sana: Pengen cimol mozzarella
Sana: Tapi yang buat Haruto
Sana: Sama Mara
Jungkook: Haruto sih, oke. Dia bisa jadi babu andalan. Lah, Mara?
Ahra: Perekrutan buat jadi anggota The Ipar's aja masih belum diterima. Masa iya udah dijadiin babu :(
Jisoo: Mara belum nerima perekrutan? Team marketing gimana, sih?
Hayi: Kesalahan bukan di tangan anak marketing, Teh.
Ahra: Mara gak mau jadi pasangan Uto, wkwkkwkwk
Jisoo: Tapi mereka pasang profil Instagram couple, loh.
Hayi: Hubungan mereka memang tidak jelas. Seperti masa depan Jungkook.
Jungkook: Gak apa-apa, gak jelas. Yang penting gak LDR :P
Ahra: Wah, wah, wah
Ahra: Teh, lempar granat, Teh!
Jisoo: Pencemaran nama baik ini
Jisoo: Harus lapor pulici
Sana: Pengen cilmoooool
Hayi: Teh, jangan makan cimol. Nanti anaknya pendek.
Jungkook: Testimoni terpercaya dari lo, ya, Teh?
Jisoo: @Bunda waktu hamil Mas Jinan sama Dahyun emang ngidam cimol?
Jungkook: Lagi nonton Aldebaran, grup ini tidak penting.
Ahra: Cimol mozzarella kalo gak ikhlas, jadinya cimol mozzagakrella?
Hayi: Ra? Sehat?
Jungkook: Ahra, keseringan gaul sama Donghyuk, nih. Jadi gini, kan.
Sana: Pengen cimooool
.
.
.
Anak Ayah Heechul
Whatsapp Grup
Jinhwan: Rutooooo
Jinhwan: Utoooo
Jinhwan: Ke rumah gue.
Hanbin: Sono, To.
Hanbin: Ambil Bansos
Bobby: Jangan lupa bawa fotocopy kartu keluarga.
Donghyuk: To, siap-siap jadi peserta master chef wkwkwk
Bobby: Asik, korban ngidam baru
Bobby: Dah, lah. Hanbin Empire musnah. Mana sekarang Jihan sama Dihan lebih sering main sama Uto.
Hanbin: Gitu, ya, Jihan sama Dihan. Melupakan manusia yang rela berkorban sejak zigot.
Jinhwan: @Haruto @Haruto
Jinhwan: Ke rumah gue sekarang.
Dahyun: Telpon aja, Mas. Si Bungsu lagi berduaan, mana inget sama hp
Haruto: Apa, apa, apa?
Haruto: Aku lagi meeting
Bobby: Najis, meeting.
Hanbin: Saham lagi merah, Tuan Muda. Berencana beli, kah?
Dahyun: Tuan muda kalo di rumah jadi babu, ya.
Jinhwan: @Haruto Ke rumah gue sekarang. Sama Mara.
Haruto: Ngapain?
Hanbin: Mau dinikahin, To.
Hanbin: Biar gak zina
Donghyuk: Wkwkwk
Donghyuk: Penghulunya udah ada nih. Ayok cepet ke rumah Mas Jinan.
Mas Jinan is calling ...
"Sebentar, gue angkat telpon dulu." Haruto langsung beranjak dari ruang tamu keluarga Doyoung, tempat ia berkumpul teman-teman kelasnya.
"Lo di mana?"
"Di rumah temen, lagi latihan buat lomba tujuh belasan," jelas Haruto. "Kenapa, Mas?"
"Masih lama, ga? Terus, lo lagi sama Mara, kan?"
"Kenapa, Mas?"
"Sana ngidam, pengen makan cimol mozarella. Yang bikin harus lo, sama Mara."
"Buset."
"Udah cepet ke sini, sama Mara juga, ya."
"Aku sendiri aja, ya. Gak enak, Mas. Anak orang kena tumbal juga."
"Ajak aja, nanti Mas yang ngomong."
Panggilan terputus sepihak, Haruto hanya bisa menghela napas. Menerima kenyataan dan memilih untuk kembali masuk ke rumah Doyoung. Memanggil Mara, lalu izin pulang lebih dulu.
💃💃
"Naaah, ini dia pemeran utama kitaaaaa," sambut Bobby yang kini sudah berada di rumah Mas Jinan. Yayah dari Si Kembar itu langsung tancap gas saat mendengar kabar bahwa Haruto akan menjadi korban ngidam Mba Sana.
"Kurang hiburan banget lo, Bang," komentar Donghyuk.
"Lo juga, anjir!" balas Bobby yang sedang asik memakan keripik.
"Ada apa, neh?" tanya Haruto. "Gue lagi latihan kuda lumping di rumah Doyoung."
"Nanti aja jadi kudanya, sekarang lo kolab dulu sama Mara. Bikini cimol mozza, buat Bumil."
"Cimol?" tanya Mara. Perempuan itu tak tahu apa-apa.
"Makanan dari aci, bentuknya bulet-bulet, kaya cilok."
"Cilok itu apa? Aci juga, itu apa?"
Donghyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya, pokonya makanan, Ra. Mba Sana ngidam, dia pengen dibuatin cimol isi mozarella sama kamu."
"Ini cara buatnya." Mas Jinan memberikan tablet milik Jisung kepada Mara, di sana sudah terdapat video singkat cara membuat cimol lumer tanpa meledak.
Mara menoleh kepada Haruto. "Kamu ngerti?" tanyanya dengan tatapan kebingungan.
"Bahan-bahannya mana?" tanya Haruto yang mengambil alih tablet di tangan Mara.
"Udah siap, semuanya ada di dapur. Ayok, ke sono," ajak Mas Jinan dan memimpin langkah yang lainnya menuju dapur.
"Mba Sana-nya mana?" tanya Mara entah pada siapa. Ia benar-benar canggung karena tak ada satupun manusia yang akrab dengannya, kecuali Haruto.
"Ngambek," jawab Donghyuk sembari tertawa kecil. "Soalnya pengen cimolnya dari sore, tapi baru diturutin sekarang."
Mental Mara belum kuat, ia kembali terkenal culture shock. Drama keluarga Haruto terlalu banyak jenisnya.
"Itung-itung pemanasan, To. Gue curiga kalo nanti Hayi hamil, target utamanya itu lo."
Haruto menghela nafasnya, terlalu malas meladeni perkataan tidak penting para kakaknya. Ini hanya ada Mas Jinan, Bang Ibob dan Kak Dongi, tetapi rusuh masih tetap menyertai.
"Bisa potong-potong daung bawang, ga?" tanya Haruto kepada Mara. "Atau pake gunting aja, nih." Haruto mengambilkan gunting untuk Mara.
"Dicuci dulu?" tanya Mara dan dijawan anggukkan oleh Haruto yang sedang menyiapkan bawang putih.
"Kaga ada bubuk bawang putih, apa?" keluh Haruto yang terpaksa menggunakan ulekan.
"Hanbin vidcall, Hanbin vidcall." Bobby dengan semangat menerima panggilan video adiknya.
"WEDEEEEH, MANA NIH ENTERPRENEUR MUDA KITA?" Hanbin langsung berteriak dengan semangat. "To, cimolnya yang empuk. Mara, hati-hati pas goreng cimolnya, ya."
"Bin, ada di mana, lo?"
"Rumah sakit," jawab Hanbin. "Baru mau bali."
"Balik kapan?"
"Buset, Hayi aja kaga nanyain gue kapan balik, Bang." Di sebrang sana Hanbin sedang berusaha menahan tawanya. "Napa lo? Kangen?"
Bobby tentu saja langsung melirik sinis kepada layar ponselnya. "Bukan kangen, gue kasian aja sama lo. Baru nikah, gak bisa sering-sering buat anak."
"Sampah banget mulut, lo!" omel Hanbin yang sialnya tidak bisa menoyor kepala Sang Abang.
"Dikit aja, Ra." Kembali pada pasangan sial yang berubah menjadi tukang cimol. Kini Mara dan Haruto sedang membuat adonan sesuai arahan dari video berdurasi kurang dari satu menit. "Biar aku yang ngaduk, ini panas."
"To, kalo cimolnya enak, nanti minta dana ke Mas lo. Buka keda Tomol. Toto Cimol."
"Kalo gak bisa bantu, mending diem," sewot Haruto dan disauti tawa Hanbin di sebrang sana.
"Aku potong-potong mozarella-nya aja, ya." Mara dengan sigap mengambil keju yang sudah disiapkan dan memotongnya menjadi bagian-bagian kecil berbentuk dadu.
"Harus banget ini di bulet-buletin?" Adonan sudah siap untuk dibentuk bulat-bulat. Membuat Haruto mengeluh karena membayangkannya saja sudah pegal.
"Ini namanya cimol?" tanya Mara yang ikut membuat adonan tepung tapioka itu menjadi bulat-bulat dengan isi mozarella. "Abis ini langsung dimakan?"
"Digoreng dulu," jawab Haruto. "Instruksinya, sih, gitu."
Haruto dan Mara masih terus membuat adonan tersebut menjadi bulat-bulat. Untung saja mereka hanya membuat sedikit, jadi tidak perlu memakan banyak waktu.
"Masukinnya pas minyak masih dingin," gumam Mara saat menonton kembali video. "Emang kenapa?"
"Takut meledak," jelas Haruto. "Masukin, Ra."
"Nah, puncak acara, nih." Donghyuk yang sedari tadi memantau sudah siap memegang kamera. Berharap ada pertunjukan cimol lompat dari wajan.
"Widih, mantep nih. Kaga ada yang meledak anjir--"
"Udah pada dijinakin sama Densus 88," saut Hanbin yang masih menonton.
"Lo kata bom," sewot Jinhwan.
"Mas, mending lo panggil istri lo," kata Bobby. "Udah hampir siap, nih."
Mas Jinan menyetujui perkataan Bobby, ia langsung menuju kamarnya di mana Sana sedang ngambek. Untung saja Jisung sedang mengungsi di rumah orang tua Sana.
"Maah, cimolnya, tuh." Jinhwan mengetuk pintu kamar utama. "Haruto sama Mara udah goreng cimolnya."
Sana langsung keluar, perempuan itu terlihat antusias. Ia bahkan dengan semangat melangkah menuju dapur untuk memakan cimol.
"Iiih, kenapa bentuknya kaya pocong mini?" protes Sana saat melihat cireng yang sudah matang dan sedang ditiriskan.
"Mba, enak, kok," kata Haruto. "Aman."
Raut kebahagiaan seketika sirna dari wajah Sana dan berubah menjadi kekecewaan. Ibu hamil itu sedih karena cimol buatan Haruto dan Mara tidak sesuai ekspetasi.
"Sumpah, mozarella-nya mana?" tanya Bobby yang ikut mencoba. "Eh, tapi enak. Untung Mara ikut bikin, jadi gak gagal."
"Mental Haruto sudah kuat, tak dianggap ada dan tersisihkan adalah kesehariannya."
"Drama banget, lo!" sewot Hanbin yang mendengar keluhan adik bungsunya.
"Diem! Atau aku krim pocong!"
💃💃
Rangers-nya Bunda
Ahra:
Ahra: Kiriman dari Donghyuk. Hasil karya Mara sama Haruto.
Hayi: Olaf wkwkkwk
Bunda: Apaan itu?
Jisoo: Ikatan cintanya udahan, Bund?
Tbc