Dark Crows (BL) HIATUS

By lemonscream

5.4K 466 58

BL/ BOYSLOVE/ HOMO/ YAOI/ BROMANCE/ BXB/ jan salah lapak yorobun!🌈 𖣯Follow dulu sebelum baca!𖣯 𖣯Don't cop... More

DARK CROWS : 02
DARK CROWS : 03
DARK CROWS : 04
DARK CROWS : 05
DARK CROWS : 06

DARK CROWS : 01

1.9K 138 16
By lemonscream

"Dark! Tunggu aku!!!" teriak Velo berlari cepat menuju depan pintu rumah Dark dan membuka pintu itu secara tak manusiawi, orang tua Dark terjengat kaget dan mengelus dadanya. Velo yang tanpa dosanya terus berlari tak menyapa bahkan salim pun dilupakannya. Sedangkan yang diteriaki tak kunjung memberhentikan langkahnya, malah nyelonong masuk ke kamarnya.

"Apa?" tanyanya seraya menyimpan tasnya di sofa dikamarnya.

"Ayo bermain" ajak Velo yang bahkan samasekali belum pulang kerumahnya seusai pulang dari sekolahan. Ash- oke, ini memang sering terjadi padanya. Dark samasekali tidak risih dengan kelakuan teman yang satunya ini.

Menggeleng "Ganti" ucapnya membuka kancing baju seragam SMPnya. Velo tak mendengarkan tuturan Dark yang menyuruhnya pulang dan mengganti bajunya. Yaaa karena besok bajunya harus di gunakan lagi.

Velo malah merebahkan tubuhnya di atas ranjang sprei hitam milik Dark dan mengguling-gulingkan tubuhnya kesenengan. Dark yang melihatnya hanya menghela napasnya. Dan beralih duduk dimeja belajarnya tangannya bergerak membuka laptop.

"Dark"

"Hm?"

"Kenapa kau sangat suka sekali warna gelap seperti ini? Ini menyeramkan- hawanya juga terasa sangat dingin" celetuk Velo namun lebih ke arah bertanya.

Matanya melihat sekeliling isi kamar sahabatnya. Dimulai dari foto-foto yang tergantung, itu menyeramkan. Barang-barang yang tertempel dan bahkan ada yang tertata rapi di etalase.

Velo mengerti dan tau jika temannya itu sangat suka membaca novel. Sehingga banyak buku juga barang-barang aneh. Namun yang dikhawatikannya adalah dia- suka membaca novel bergenre action, pembunuhan dan bahkan sampai pembantaian pada masa lampau. Ada satu buku tebal yang selalu dibacanya, tapi Velo tidak tau buku apa itu. Tapi menurutnya itu normal-normal saja. Toh, Velo juga suka dengan genre-genre itu.

"Dark?"

"Hm?"

"Sialan kau! Aku bertanya!" marah Velo mendudukkan dirinya diatas ranjang

Dark menutup laptopnya dan beralih melangkah ke arah Velo yang masih setia menyilangkan tangannya di dada.

"Namaku Dark Crows. Seharusnya kau tau" Velo pusing dengan ucapan Dark dan sempat mengerutkan keningnya. Dia berpikir keras

"Ya- aku tau namamu Dark, lalu apa?" pusingnya. Otaknya bekerja keras mencoba menyaring apa yang diucapkan Dark, namun berhenti ditengah-tengah.

"Mau ikut?" tawar Dark duduk disamping Velo. Seketika Velo pun menatap binar dan menggerakkan alisnya, mengisyaratkan 'kemana?'

"Ganti dan ikut saja, jangan banyak bertanya" ujarnya berdiri meninggalkan Velo yang hanya menatap kesal




-




"Woah, Dark kenapa kau mengajakku kemari?" entah kagum atau bagaimana Velo mengekspresikannya

"Ash- ini menakutkan, kau mengingatkanku saat kau melakukan itu" cicit Velo saat melihat salah satu burung hitam memutar-mutar diatas kepalanya sambil membunyikan suaranya.


Gak

Gak

Gak


"Dia menyukaimu" ujar Dark menatap wajah Velo tanpa ekspresi

"Kau gila! Burung menyukaiku? Kau menjatuhkan harga diriku" cetusnya berjalan menghindari burung itu yang masih memutar diatas kepalanya.

Tetap saja, burung yang di mitoskan sebagai lambang datangnya makhluk astral atau sebagai pengantar kematian dan bahkan sampai dikatakan burung yang membawa kesialan. Velo tak sebegitu besar mempercayai mitosnya, hanya saja- ngeri juga jika mendengarkan mitos yang tersebar itu. Terlebih, suara yang terdengar seperti di film-film horor, dia bisa dengarkan dengan langsung.

"Ya tuhan, semoga saja tidak terjadi apa-apa" monolognya menyatukan kedua tangannya

"Dark- antar aku ke rumah temanku. Ada barang yang harus dibawa olehku" pintanya seraya berteriak, karena Dark berada jauh di depan sana, yang sedang menatap gedung tua. Dark menghampiri Velo dan merangkul bahunya.




-




"Vel- kenapa kau mengajaknya, dia menyeramkan" bisik Anna, teman perempuan Velo

Dark yang sedang berdiri dipekarangan rumah pun menatap kearah mereka berdua dengan tatapan mengintimidasi. Velo menatap ke belakang, disitu tatapan Dark dan Velo bertemu. Velo bergidik melihat tatapan temannya yang tak biasa itu. Baru kali ini dia melihatnya.

"Menyeramkan?" celetuk Dark menghampiri mereka berdua, dengan tangan yang di masukkan kedalam saku depannya dia berjalan.

Anna spontan melotot tak percaya "Perasaan aku bicara dengan berbisik dan itu juga sangat kecil" batinnya menatap bawah kakinya

"Vel— kurasa temanmu tak senang denganku. Baiklah aku ingin dekat dengan, Anna—teman— mari kita berteman" ajak Dark mengulurkan tangannya meminta bersalaman, Anna yang mendengar ajakan Dark pun tersenyum senang dan menerima ulurannya. Dark tersenyum senang (?)

"Ternyata dia tak semenyeramkan seperti yang ku kira" batinnya berbicara tangannya tak kunjung melepaskan uluran, sehingga deheman Velo menyadarkan Anna dan langsung melepaskannya.

"Dark ayo!" seru Velo menarik tangan Dark dengan tatapannya yang masih terpaut pada Anna. Anna juga sama halnya dengan Dark menatap lurus ke arahnya.




-




"Kenapa baru pulang?" tanya Sara (ibu) pada Dark, Dark memberhentikan langkahnya dan menatap Sara dengan tatapan tanpa ekspresinya

"Bersenang-senang" entengnya dan melanjutkan langkahnya menuju lantai atas, yang dimana kamarnya berada. Sara hanya menghela napasnya melihat anak satu-satunya sedingin itu.

"Tak berubah" gumam Sara kembali melanjutkan memasaknya


Kring

Kring

Kring


"DARK! TOLONG AKU HIKS!!" teriak dari seberang telepon, seketika ekspresi Dark berubah total setelah mendengar teriakan Velo dari telepon ditambah teriakan sedikit menggema di rumah Velo. Kaki Dark melangkah untuk mengintip di jendela yang langsung menuju kearah kamar Velo.

"Kenapa?"

"AKHHHHH!!!" erang Velo. Dark mematikan sambungan teleponnya dan mengambil kunci di lacinya dan berlari tergesa ke rumah Velo. Tanpa mengetuk, tanpa permisi Dark nerobos masuk dan langsung naik tangga.


"VELO?!!!" teriak Dark menggedor pintu tak sabaran

"Sakit Dark!" balas Velo dengan teriakan sakit. Bagaimana caranya dia masuk? Dark tak bisa berpikir jernih.

Jika ditanya kenapa Velo tidak meminta tolong pada anggota di rumahnya? Jawabannya, orangtua Velo tidak bisa pulang hari ini karena perusahaan yang di luar kota yang dikelola oleh orangtuanya sedikit ada masalah, sehingga mereka harus menuntaskannya.

Ditengah pemikirannya tiba-tiba ayah Dark (Zarus) datang dan langsung mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga hingga pintu itu terpisah dari engselnya.

Sekuat itu tenaga dan semudah itu menaklukan pintu?

"Vel?" panggil Dark tapi tak menemukan siapapun didalam. Lantas, kemana Velo?? Dark menelusuri setiap sudut ruangan kamarnya, tapi tetap saja tidak ada siapapun.

"Paman? Dark? Sedang apa kalian di kamarku??" tanya Velo dari luar kamar, dan dengan cepat ayah dan anak menengok kearah Velo. Dilihat dari fisiknya, Velo terlihat baik-baik saja.

"Dan pintu ini?" terkejut Velo saat melihat pintu kamarnya dihancurkan begitu saja.

Harus keluar uang!

"Loh— nak, kau tidak apa-apa?" tanya Zarus mengecek tubuhnya memastikan jika anak tetangganya ini tidak kenapa-kenapa.

Menggeleng "Memangnya kenapa?" tanya Velo heran, menatap Zarus dan Dark bergantian

"Tadi—" ucap Zarus terpotong

"Kami khawatir jika kau tidak bisa tidur sendiri. Secara kau penakut" potong Dark meledek

Velo mendelik sebal "Lalu kenapa harus menghancurkan pintu segala? Membuang-buang uang saja"

"Maaf nak. Ini paman yang menghancurkannya"

"H-hah???" gugup Velo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dasar mulut biadab. Sedangkan Dark hanya tersenyum melihat gelagat malunya Velo.

"Nanti paman suruh orang untuk perbaiki— yasudah, Dark kau tinggal disini saja, temani nak Velo" titahnya dianggukki Dark, lalu pergi. Dark membaringkan tubuhnya di atas kasur warna pastel milik Velo.

"Yak! Cuci kakimu dulu" suruh Velo sedikit membentak

"Ash— ribet sekali, kau saja main naik ke kasurku, aku tidak menyuruhmu untuk mencuci kakimu tuh" Velo kalah telak, dia hanya bisa membuang napasnya pasrah. Dia kalah kalau berbicara dengan Dark, dia terlalu bisa menjawab pertanyaan yang di luar dugaan.

"Kamar ini menyakiti mataku" gerutu Dark terdengar oleh Velo yang sedang mengerjakan PR sekolahnya

"Protes saja" sarkas Velo menggebrak meja belajarnya

"Jangan lupa, kau juga sering mengomentari kamarku" lagi, ucapan Dark membuat Velo terdiam seribu kata.

Seketika hening hanya ada suara tukang yang sedang membenarkan pintu, ketrok palu membuat telinga Velo berdengung, sehingga dia memasangkan earphonenya dan menyetel musik fantasi kesukaannya.

"Dark?"


"Hm?"


"Tidak"

"Bodoh"


















Bersambung...














|DARK CROWS|
















Gess ini cerita /misteri/psiko/fantasi/magic pertamaku, maaf kalo masih rada² gak serem gitu, tapi emang gk serem🙂

Kalo semisal suka sama cerita ini, jangan lupa simpan cerita ini di reading list kalian!

Dan jangan lupa Vomentnya. Kalau minat, jangan lupa follow juga yak!!!!



Mo kasih saran/kritikan silahkan!! Ku terima semuanya!

Continue Reading