Our Relationshit [KV]✔

By queen_na1

224K 24.9K 1K

Hanya cerita klasik dimana si unggulan yang jadi sorotan sekolah dan si pembuat onar yang mencoba menaklukann... More

Prolog
1| Si pembuat onar
2| Dunia malam
3| Ciuman pertama!
4| Hari sial
5| Mabuk
6| Hampir
7| Brengsek
8| Aksi dimulai
9| Kedua kalinya
10| Ayah
11| Titik rendah
12| Sisi yang lain
13| Salah Paham
14| Tuduhan palsu
15| Kejutan takdir
16| Asing
17| Apa yang salah?
18| Cemburu?
19| Yang pertama
20| Aneh
21| Rasa yang baru; Nyaman?
22| Bermain peran?
23| 'Milikku'
24| Again
25| Tokoh utama
26| Dugaan
27| Park Chanyeol
28| "I'm lost without you"
29 | Awal baru?
30| Rumit
31| Lebih dari seharusnya
32| Batasan
34|Kilas Balik
35| Pulang [End]
Epilog : Kamu dan Masa Lalu
New Book~

33| Pertama Kali

4.7K 573 32
By queen_na1

Ada yang salah, adalah kesimpulan yang Jimin buat ketika dua orang bermarga berbeda tersebut tidak sengaja saling berhadapan saat melintasi koridor sekolah.

Taehyung telah kembali memasuki sekolah setelah absen selama 3 hari berturut-turut. Kehadirannya hari ini juga atas keras kepalanya dan Jimin yang harus menekan segala emosinya.

Menyempatkan diri menoleh kebelakang, Jimin melihat bagaimana Jeon Jeongguk melintasi mereka begitu saja tanpa sedikitpun menyapa atau membuat aksi mengejutkan untuk Taehyung dan sebagai bahan tontonan gratis orang-orang.

Kim Taehyung juga melakukan hal yang sama membingungkannya dengan tidak sama sekali berulah. Kebungkaman Taehyung adalah beban pikiran Jimin saat ini.

Meninggalkan segala pikiran yang bersarang di otaknya, Jimin membiarkan Taehyung membuat alurnya. Tugasnya adalah berdiri di belakang dan menjadi pelindung untuk sahabat kecilnya.

Ketika memasuki kelas, beberapa pasang mata menjadikan mereka fokus untuk sesaat. Sebelum mulai menebarkan rumor tentang perban yang menempel di kepala Taehyung.

Beberapa dari mereka menyangkut pautkan dengan lebam tipis di wajah Jeongguk sang unggulan. Mengarang kisah dan mulai membuat gosip tanpa kebenaran.

Namun terlepas dari segalanya, Taehyung membisukan diri dan menulikan pendengarnya. Tidak ingin terpancing oleh mereka yang dengan terang-terangan memojokkannya tanpa sebab.

Mengerti dengan pasti, namanya tak lagi harum. Taehyung telah mengingatkan dirinya sendiri untuk terlatih terbiasa dengan orang-orang yang selalu menatapnya sebelah mata.

"Tae, nanti tidak perlu ke kantin. Mama membuat bekal untuk kita berdua." Jimin berujar semangat, menampilkan senyuman yang menyusutkan matanya sendiri.

"Hm." Jawaban malas Taehyung tertangkap rapi oleh Jimin. Membuatnya mengeluarkan dengusan sebal meski main-main.

Membiarkan waktu termakan, hingga tanpa sadar waktu istirahat telah tiba. Jimin adalah salah satu orang yang bersemangat untuk menyantap makanannya.

"Tae, ayo makan. Atau kau mau kita ke atap saja?" Taehyung terlihat menimang hingga akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di kelas.

"Menghindar?" Jimin telah berusaha untuk menahan diri, namun melihat gerak-gerik Taehyung, membuatnya tak bisa menahan lebih lama untuk tidak mengeluarkan tanya yang merubah situasi juga raut wajah sang sahabat.

"Apa maksudmu? Jimin jangan membuat mood ku semakin buruk. Aku hanya sakit kepala." Mengabaikan tatapan aneh yang Jimin buat, Taehyung merebut secara paksa kotak bekal yang berada di genggaman tangan berjari pendek milik Jimin.

Melahapnya perlahan dan meninggalkan Jimin yang akhirnya turut mengikuti kegiatan yang Taehyung lakukan.

Saat melahap makanan-nya, suara ricuh terdengar dari balik jendela yang Taehyung biarkan terbuka untuk menghantarkan udara segar masuk lebih banyak.

Jimin adalah orang yang paling penasaran dan mengikuti jejak beberapa siswi yang mengintip lewat jendela.

"Yaampun Jeon Jeongguk dan teman-temanya tengah bermain basket di lapangan!" Teriakan salah satu teman sekelas yang Taehyung tidak ketahui namanya berteriak heboh.

Meski gerakan tangannya sempat terhenti, Taehyung memilih mengabaikan segalanya dan melanjutkan acaranya melahap makanan.

"Oh! siapa itu? yaampun pasangan serasi sekali!!" Teriakan heboh lainnya menyusul. Menyambar gendang telinga Taehyung yang diam-diam menguping segala gosip yang para teman sekelasnya bicarakan.

"Andai saja Jeongguk tidak pernah putus dengan Yeri. Yaampun mereka serasi sekali!"

"Benar, lagi pula, Jeongguk baru sehari menerima Yeri saat itu. Aku bahkan baru akan merayakannya jika saja seseorang tidak mengacau." Kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan berhasil membuat Taehyung berhenti kembali.

"Mungkin saja Jeongguk hanya ingin bermain-main. Hey! pikirkan lah. Jeongguk itu cerdas, dia tidak akan pernah berpikir untuk menjadikan orang sepertinya sebagai kekasih--"

Sebelum mengeluarkan lebih banyak kata-kata yang jelas menyinggung Taehyung, yang dibicarakan lebih dulu menggebrak meja, membiarkan beberapa orang yang berkumpul di belakangnya dihadiahi keterkejutan juga Jimin yang memasang wajah datarnya untuk para gadis tersebut.

Meninggalkan ruangan kelas yang berubah pengap, Taehyung  mengabaikan panggilan Jimin di balik punggungnya. Mengepalkan tangan sebagai pelampiasan kemarahannya sendiri.

Langkah kakinya Taehyung bawa menuju halaman belakang sekolah. Seperti takdir, Jeon Jeongguk kembali melintas di koridor yang sama dengan pakaian olahraga tanpa lengan yang basah oleh keringatnya sendiri.

Cekalan pada pergelangan tangannya Taehyung dapat dari satu-satunya orang yang berada di halaman belakang sekolah yang sama. Menepis cekalan tangan tersebut, Taehyung melangkah mundur untuk memberi jarak.

Jeongguk sendiri hanya terdiam, melihat ulah baru apa yang kiranya akan dilakukan oleh pemuda Kim dihadapannya.

Namun yang Jeongguk dapatkan adalah Taehyung yang berjalan kembali melewatinya begitu saja. Jeongguk sendiri masih mematung diam di tempat. Kakinya terasa berat hanya untuk mengejar dan memilih untuk menatap punggung sempit itu yang kian menjauh dan menghilang di tikungan sebelah gudang.

Jeongguk tau tujuan Taehyung pergi kesana. Gerbang berkarat di belakang sekolah yang tidak di jaga oleh siapapun.

Mengabaikan pemuda Kim, Jeongguk membawa kembali tungkai panjangnya untuk melangkah di setiap jejeran lantai yang terpasang apik di koridor halaman belakang. Membiarkan Taehyung melakukan segalanya, setidaknya untuk kali ini.

Karena Jeongguk punya tujuan untuk dicapai dibalik segala perbuatan yang dimulainya hari ini. Jika dirinya kalah, maka Jeongguk akan mengakuinya dengan lapang dada. Jika sebaliknya, jika pencapaiannya di dapat, maka Jeongguk akan menyimpulkan segalanya nanti.

Untuk kali ini, Jeongguk ingin mengikuti alur yang dibuatnya sendiri. Meski denyutan nyeri kini menyertai akibat penolakan yang Taehyung lakukan atas sentuhan kecilnya.

Disinilah Taehyung berdiri. Masih dengan seragam sekolah yang membalut tubuh, Taehyung melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan yang menjadi rumah untuk para tindak kejahatan negara dan orang-orang yang harus mempertanggung jawabkan kesalahannya.

Menatap kearah seseorang yang kini telah terduduk di hadapannya dengan pakaian yang sama yang terakhir kali Taehyung lihat.

"Apa kau datang kesini untuk mentertawakanku? atau untuk menghina atas kekalahanku?" Siwon, ayahnya sendiri memandang remeh kearahnya.

Taehyung tersenyum, mengabaikan perih di hatinya akibat perkataan serta tatapan yang ayahnya layangkan.

"Tidak. Aku datang untuk melihat apakah ayahku menyukai kehidupan barunya." Taehyung masih menampilkan senyuman yang merekah ragu-ragu di wajahnya.

"Aku akan meminta paman Park mencabut segala tuntutannya sebelum para reporter mulai mencium kasus ini. Tenanglah, aku tidak akan lupa jika kau berjasa untuk membawa ku hidup ke tempat terkutuk ini." Meninggalkan kembali sebuah senyuman, Taehyung bangkit dari duduknya.

Membawa tatapan ayahnya untuk melihat. Hembusan nafas berat Taehyung lepas untuk menyatu bersama udara.

"Seharusnya aku tidak pernah lahir ke dunia dan mengekang hidupmu kan? Memisahkanmu dengan cintamu dan membuatmu hidup dalam kesedihan." Taehyung menjeda. Memperhatikan raut wajah yang ayahnya tampilkan sebelum terkekeh miris atas kenyataan yang di dapatnya.

"Aku tidak pernah percaya akan Tuhan dan mungkin karena itu aku dihukum oleh semua orang yang berada di sekitarku. Maaf." Memberanikan diri, Taehyung menatap wajah ayahnya kembali yang membalas dengan tatapan yang tak lagi membunuh.

"Ini memalukan tapi setidaknya dengarkanlah meski tidak akan berarti sama sekali untukmu."

Sebuah hening yang cukup panjang mengisi. Untuk pertama kalinya Taehyung menunjukkan pedihnya pada sosok dihadapannya yang menyandang gelar sebagai ayahnya.

"Aku menghormati gelarmu sebagai ayahku. Dan aku juga memiliki perasaan yang sama dengan anak-anak pada umumnya untuk ayah mereka. Aku tidak membenci, aku hanya kecewa akan takdir hidupku sendiri ayah. Aku menyayangimu dan selamanya begitu. Tidak perlu membalas, disini aku hanya ingin menyampaikan bukan untuk menerima. Aku akan pulang."

Senyuman Taehyung menjadi yang terakhir yang Siwon lihat sebelum sang putra tunggal meninggalkannya.

Hi wan! sedikit info cerita ini udah mendekati penghujung alias akan end. See you soon!

©queen_na1





Continue Reading

You'll Also Like

878K 57.4K 45
Bercerita tentang Jeon JungKook seorang Pemimpin organisasi Mafia terkuat dan Juga seorang Pengusaha muda paling kaya di Dunia, bertemu dengan Kim Ta...
133K 14.8K 27
" Jungkook-ah, ku mohon kembalilah pada ayah.... " " Maaf hyung, aku tak bisa. Aku tidak mau lagi di perbudak olehnya! " " Jungkook-ah... Ku mohon...
1M 150K 108
taehyung dengar, anak pemilik kost yang ditempatinya ganteng sekali. [kookv +bts] ⚠️cover from pinterest's pict⚠️
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...