3 SOMETHING ABOUT LOVE

By diviana90

112K 14.5K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
END
DITA X RAGA STORY

⚠️ Bab 19 ⚠️

5.7K 486 23
By diviana90

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

****

Sebelumnya maaf banget ya, sempet di unpublish dulu barusan. Pasti kalian kentang banget kan? Hahahaha. Ya namanya juga manusia, tapi kalo disebut mirip bidadari juga gak apa-apa sih. Untuk yang udah baca barusan, ayo baca lagi ... karena edisi ini sudah edisi Main aman karena yang awal itu kotor hahaha. Sekali lagi maaf ya ...


******

On that lonely night

You said it wouldn't be love

But we felt the rush

It made us believe it there was only us

Convinced we were broken inside

(The Weeknd – Earned It)

Arga baru tahu kalau wanita senang menghabiskan waktu lama dengan sebuah pakaian terutama dalam hal mencobanya. Seperti tidak puas dengan percobaan di fitting room yang disediakan oleh toko, Naura mengeluarkan semua belanjaan yang Arga beli dan memintanya untuk mencobanya sekali lagi. Serius?

"Kenapa harus diulang-ulang? Kan sama aja?" tanya Arga.

Naura menggeleng, "Tadi kan baru satu yang dicoba. Lagian sama apanya sih Ar? Warna sama model bajunya aja beda," kata Naura.

Arga menatap barisan pakaian yang tergeletak di atas sofa seraya memiringkan kepalanya untuk berpikir letak perbedaan yang barusan Naura katakan.

"Semuanya kemeja sayang," katanya.

Naura menggeleng, "Bentuk sakunya, kancingnya, potongannya, bahannya, bahkan krahnya aja beda Ar," jelasnya.

"Bagi aku itu tetep kemeja," kata Arga.

Naura meraih satu pakaian untuk ia berikan pada Arga, "Nih pake gih terus lihatin ke aku," katanya.

Arga menghela napas. Kalau ia menolak, Naura pasti akan mengomelinya habis-habisan kan?

Pada akhirnya Arga menurut. Ia mengganti baju satu dengan baju yang lainnya, bolak-balik untuk keluar-masuk kamar mandi hanya untuk menunjukkan pada Naura betapa mempesonanya ia dengan pakaian yang dipilihkan Naura untuknya.

"Wow!" Naura menatapnya dengan mata yang berbinar-binar

"Luar biasa memang Bos Arga ini! Kamu pake karung juga tetep mempesona Ar. Serius, tetep ganteng banget," puji Naura. Ia bertepuk tangan seraya berdecak kagum ketika melihat Arga memakai kemeja pendek berwarna maroon beserta celana pendek berwarna hitam.

"Padahal aku udah pake ini tadi," keluh Arga.

Pria itu menatap beberapa pakaian yang belum dicobanya, "Aku masih harus coba yang lain? Sampe semua aku cobain?" tanyanya pada Naura.

Naura menggeleng, "Cukup deh, aura kamu kebanyakan. Jatohnya jadi aur-auran hati aku," kekeh Naura.

"Bener ya, udah," kata Arga. Pria itu memutuskan untuk mengganti bajunya. Ia membuka kancing bajunya satu persatu. Naura yang sejak tadi memperhatikan Arga mulai bangkit dari ranjang dan menghampiri Arga—mencoba untuk membantu Arga yang kesulitan membuka kancing kemeja barunya. "Ini baru Ar, lubang kancingnya masih kecil," kata Naura. Jarinya sibuk membuka kancing kemeja Arga satu persatu sementara Arga terdiam sejenak. Ia sibuk memperhatikan Naura dan fokus pada tubuhnya yang berdekatan dengan Naura.

"Kenapa? Kok lihatin akunya kaya gitu?" tanya Naura, pura-pura tak mengerti apa yang ada dalam pikiran Arga saat ini. "Nanti bajunya aku lipat lagi, biar kaya baru," tambah Naura. Tangannya mendarat sebentar di dada Arga, bersentuhan dengan kulitnya secara langsung. Arga berharap sentuhan itu lama, namun Naura menjauhkan tangannya dan kembali fokus pada kancing kemejanya. Tiga kancing selesai ia buka dan Arga masih memandang Naura lekat-lekat.

Arga mendekatkan wajahnya, "Naw... kamu nggak godain aku kan?" tanyanya.

Naura menyentuh kembali dadanya. Ia menatap Arga polos, "Godain gimana?" tanyanya. Membuat Arga mendengus disertai tawa kecil ke arahnya. Memang benar. Naura menggodanya. Arga yakin itu.

"Ini baju yang tadi aku pake waktu kita ciuman di fitting room loh. Kamu mau mengulang yang tadi?" tanyanya.

Naura mengangkat kembali tangannya. Ia selesai dengan kancing kemeja Arga. Gadis itu mundur, namun tangan Arga sudah lebih dulu mendarat di pinggangnya dan membuatnya mendekat kepadanya.

"Naw..." panggil Arga dengan parau.

Naura menundukkan kepalanya. Ia diam, terlihat ragu sejenak, namun Arga yakin kalau Naura juga merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

Tangannya mendorong lagi tubuh Naura agar benar-benar menempel kepadanya. Tangan Naura

"Why do you make me really want you so bad?" tanya Arga dengan lirih.

Naura menatapnya dengan kerutan di keningnya, "Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?" tanyanya.

Sial. Naura mempermainkannya.

Arga tertawa. Ia mengecup bibir Naura sekilas dan berkata, "Kenapa kamu membuatku benar-benar menginginkanmu Naw? Itu artinya," kata Arga.

Naura tersenyum. Ia menatap Arga lurus-lurus, mengunci tatapannya tepat di manik mata Arga yang tengah menatapnya dengan kilatan yang berbeda. Waktu seolah berhenti sementara suara-suara di sekitar mereka juga terasa sunyi. Saat ini, keduanya saling memadang hingga akhirnya Arga semakin mendekatkan wajahnya dan sebuah ciuman manis mendarat dibibir Naura. Dalam. Dan lama. Lebih lama dari sebelumnya. Terasa lebih lembut, dan sangat manis bagi Naura.

Pria itu menekan bibirnya, memperdalam kecupannya, menunggu Naura untuk meresponnya. Kali ini Arga merasa menang, karena alih-alih menolak, Naura malah membuka mulutnya. Ia menerima semua kecupan Arga pada bibirnya. Naura bahkan membalas ciuman Arga secara lembut tanpa paksaan. Jari-jari Naura yang awalnya memegang kemeja yang dikenakan Arga kini bergerak dengan gelisah, mencari pegangan untuknya bertahan dalam pertautan mereka. Naura menemukannya, dada bidang Arga yang menjadi tempat tangannya mendarat di sana.

Naura merasa pertahanan dirinya sudah hancur. Ia sudah tak peduli dengan hal apapun lagi. Bertahan sampai sejauh ini saja sudah cukup menyulitkan baginya, dan Naura membiarkan dirinya untuk lepas kendali malam ini. Ia memiringkan kepalanya, memberikan Arga jalan yang lebih mudah untuk menjelajahinya.

Suasana makin tak terkendali. Naura melepaskan dirinya sejenak. Ia menatap Arga dengan matanya yang sayu. Pria itu membalas tatapannya, dengan kilatan tajam akibat gairah yang tengah menguasainya. Naura yang sudah tenggelam dalam cintanya pada Arga tak bisa menolak lagi. Ia benar-benar sudah menyerah. Ia malah semakin berani, bibirnya perlahan bergerak ke pipi Arga kemudian ke belakang telinga Arga sementara tangannya mengelus lembut rambut Arga ketika bibirnya bekerja.

Arga terperanjat. Ia tak percaya dengan apa yang Naura lakukan kepadanya. Pikirannya sudah gelap karena ia semakin terbuai oleh Naura, dan Arga tidak bisa mngendalikan diri lagi. Malam ini, Naura harus menjadi miliknya. Apapun yang terjadi.

Hasratnya sudah tak mampu ia bendung lagi. Arga menjauhkan dirinya dari Naura agar ia bisa bertatapan lagi dengannya. Bibirnya kembali meraup bibir Naura, kali ini lebih rakus dari sebelumnya. Arga menyantapnya habis-habisan, membuat Naura hampir kewalahan karenanya.

Tangannya meraih tengkuk Naura, menyentuh kepalanya pelan sementara tubuhnya bergerak maju agar mereka semakin dekat pada ranjang. Begitu kaki Naura menempel pada ujung ranjang, Arga mendorongnya perlahan. Ia membaringkan Naura dengan tangannya yang berada di belakang kepala Naura—menjadi satu-satunya landasan yang nyaman bagi kepala Naura untuk mendarat di atas ranjang. Permainan lembut yang dilakukan oleh Arga saat ini sepertinya akan berakhir peluh dengan keringat.

Mereka sudah berada di atas ranjang. Naura menggerakkan kepalanya dengan gelisah sementara Arga mencumbui lehernya dengan lembut. Sialan. Siapa sangka cumbuan lembut Arga mampu membuat Naura gila?

Tangan Arga mulai bergerak untuk membuka kancing bajunya satu persatu hingga tubuh Naura benar-benar terekspos untuknya. Pria itu berhenti sejenak. Cahaya di kamar hotel bahkan menyorot tubuh memukau Naura dengan tepat—seolah memang lampu itu diciptakan untuk menyorotnya—membuat Arga menatapnya dengan lekat-lekat. Mulutnya terbuka sementara napasnya tersengal. Naura memperhatikannya sejak tadi, namun saat Arga menatapnya, Naura malah berpaling. Ia terlalu malu untuk menatap Arga yang tengah sibuk mengangumi tubuhnya.

Arga menunjukkan smirk nya. Pria itu meraih wajah Naura lembut, membuat Naura menatapnya.

"Look at me," kata Arga.

Naura melipat bibirnya. Isi kepalanya kosong. Ia tidak bisa mengatakan apapun. Kemana semua kemampuan berbicaranya? Kenapa hilang seketika?

"Kita udah sejauh ini," kata Arga dengan suaranya yang tertahan.

Naura menelan ludah, "Kamu minta izin sama aku?" tanyanya.

Arga tersenyum, tak menjawab apa-apa. Namun Naura tahu bahwa Arga menunggu persetujuannya.

Ya Tuhan. Bahkan sudah seperti ini saja Arga masih menunggu persetujuan Naura. Serius? Pria bajingan yang semula berniat untuk menidurinya kini menunggu Naura berkata 'Ya' sebelum ia melanjutkan semuanya? Kenapa Arga malah membuat Naura semakin mencintainya? Kenapa?

"Ar..." Naura merentangkan tangannya, meminta Arga untuk memeluknya. Dan pria itu menurut, Ia mendekati Naura dengan senyuman dan memeluk Naura dengan hangat, bibirnya menciumi seluruh permukaan wajah Naura dan berhenti tepat di bibir Naura sebelum ia mencecapnya habis-habisan.

Ciuman Arga berlanjut, turun dari bibirnya menuju leher Naura sementara tangannya mulai membebaskan sisa-sisa penghalang di tubuh Naura. Pria itu mengecupnya dengan manis, sesekali menggodanya dengan lidahnya hingga membuat Naura terkesiap dan menegang berkali-kali. Tangan Naura mendarat di rambutnya, menjambaknya dengan penuh permohonan, menekan kepala Arga untuk tetap bertahan di tubuhnya, memohon dengan frustrasi pada Arga agar ia tak berhenti sementara Arga... dia tersenyum di balik ciumannya.

Pria itu benar-benar mengagumi Naura dengan kecupannya. Ia sudah bergerak jauh dan sampai tepat di tempat yang tepat. Arga membuka kaki Naura, mendekat dan membuat Naura menegang sekali lagi akibat kecupannya.

"Aku sudah tak mampu lagi mengendalikan diri Naura," ucap Arga pada Naura. Seolah ingin menanyakan izin Naura untuk yang terakhir kalinya.

Sejak awal Naura sudah menyerah. Ia sudah tak peduli dengan apapun lagi, dan Naura sudah mempersilakan Arga untuk melakukan apa yang dia inginkan, namun sekali lagi. Naura kembali terpukau dengan pertahanan diri Arga. Di saat Arga menginginkannya, Naura benar-benar menahan dirinya, dan sekarang di saat Naura menyerahkan dirinya... Arga masih belum yakin dengan apa yang didapatinya.

"Apa kamu akan menahanku?" tanya Arga.

Rasanya aneh sekali, berbicara dengan seseorang yang tengah membuka kakimu di bawah sana.

Naura tersenyum pada Arga "Lakukan apa yang kamu mau," katanya.

Arga mengerjapkan mata.

"I'm yours, Ar," ucap Naura lagi.

Seolah sudah menantikan kata-kata itu sejak lama, Arga tersenyum, ia merangkak dengan cepat, mencium Naura kembali sementara tangannya sudah bergerak dengan bebas ke sana kemari. Menyentuh, menggoda, membuai, dan mempermainkan tubuh Naura hingga membuat Naura gila dibuatnya.

Malam ini mereka berdua benar-benar menghabiskan malam terakhirnya di Hotel mewah ini dengan mengukir cerita cinta yang penuh gairah. Pakaian yang bertebaran di atas lantai, televisi yang dibiarkan menyala bahkan lampu yang belum sempat mereka matikan menjadi saksi hubungan mereka malam ini.

****

Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela membuat Naura membuka matanya perlahan, namun yang pertama kali ia lihat adalah dada bidang Arga. Tubuh Naura berada dalam dekapan erat Arga yang seolah tak ingin kehilangannya. Naura tersenyum, ia mendongkak sedikit agar bisa melihat wajah Arga yang masih memejamkan matanya. Sepertinya mereka berdua tidur sangat pulas akibat kegiatan panas semalam.

Naura menggerakan tubuhnya perlahan, namun ia merasakan hal lain. Ada sesuatu yang mengganjal dan menempel pada tubuhnya saat ini. Ia membuka sedikit selimut yang menutupi tubuhnya dan mengintipnya. Ekspresi wajah kagetnya tidak dapat ia sembunyikan lagi tatkala melihat hal ini. Apa ia lupa dengan kejadian semalam?

"Emmhh ... aku masih ngantuk, ayo tidur lagi," gumam Arga kembali mempererat pelukannya. "Jangan pasang wajah seperti itu, kamu menggemaskan," tambah Arga membuat wajah Naura memerah seperti terkena uap panas.

Kepala Naura kembali bersandar pada dada Arga. Pria itu sama sekali tak mau melonggarkan pelukannya, bahkan kaki Arga yang tertutup selimut mengunci erat kaki Naura.

Pria itu mengecup pucuk kepala Naura lembut tapi ia tak berkata apa-apa dan hal itu membuat Naura menatapnya, menantikan sesuatu dari Arga namun yang ada hanyalah tatapan penuh tanya yang berasal dari wajah Arga.

Naura tersenyum tipis. Ia mendekat dan sengaja mengecup dada Arga.

"Yah mulai lagi, mau main panas-panasan lagi di pagi ini?" tanya Arga membuat Naura terkekeh.

"Abisnya yang bisa aku cium cuma dada kamu doang," dalih Naura.

Cih!! Sudah pandai menggoda Naura ini.

Arga merubah posisi tidurnya, ia menaikan tubuh Naura keatas bantal secara cepat seolah tubuh Naura ini sangat ringan. Wajah mereka berhadapan dan secara refleks Naura menaikkan selimutnya untuk menutupi bagian dadanya yang tidak ditutupi oleh sehelai benangpun.

"Ini morning kiss untuk Naura," ucap Arga mencium kening Naura. "Ini kiss spesial buat Naura," mencium hidung dan kedua pipi Naura. "Yang ini buat Naura yang semalam permainannya sangat hebat," tambah Arga meraup bibir Naura tanpa aba-aba.

Naura terhenyak namun ia kini tak mau kalah oleh tingkah Arga, ia membalas dengan mengigit kecil bibir dan tangannya yang kini melingkar di leher Arga. Mereka menikmati ciuman panas pagi ini, bahkan tangan Arga perlahan menurunkan selimut yang menutupi tubuh Naura saat ini.

Naura mendorong tubuh Arga, ia tersenyum licik. "Katanya kamu masih ngantuk? Kenapa gak tidur lagi?" tanyanya.

Arga kini terlihat frustasi, Naura menghentikannya saat ia hampir saja kembali bisa memakannya sebagai sarapan pagi hari ini.

"Naw... sumpah!" kata Arga.

Naura tertawa. Ia malah bangkit dari ranjang, tanpa malu berjalan dengan tubuh polosnya menuju kamar mandi.

"Aku mau mandi!" teriak Naura dari dalam sana.

Arga tersenyum. Ia hendak menyusul Naura untuk menggodanya namun ponselnya berdering.

Arga meraihnya dan melihat ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Berasal dari Maggie.

Ga... kenapa kamu ga pulang?




To Be Continue

*****


Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 454 19
[Seventeen BxB Fiction] Lee Seokmin x Hong Jisoo *** Kembali ke masa lalu, Jisoo dibuat dilema oleh dua pilihan, menyelamatkan cinta pertamanya atau...
2.2M 33.2K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
652K 42.2K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
117K 5.2K 9
WARNING 21++ DISARANKAN UNTUK MEMBACA HI! HANA BOOK-1 AGAR TIDAK BINGUNG. Ketika kepemimpinan klan Kodame segera diwariskan kepada putra keluarga itu...