Favorit innocent girl

By Redwewe749

13.1K 775 86

Warning 21+ Tristan ❤ Alycia Karena ulah sang mantan kekasih Alycia harus menanggung nasib sial di nikahi pr... More

Tristan ❤ Alycia bab 06
Tristan ❤Alycia bab 07
Tristan❤Alycia bab 08
Tristan ❤Alycia bab 09
Tristan ❤ Alycia bab 10
Don't Touch Me part 2
Don't Touch Me part 3
Don't Touch Me part 4
Don't Touch Me part-5
Don't Touch Me Part 6
Permintaan

Don't Touch Me part 1

1.1K 56 4
By Redwewe749

🍀🍀🍀

Cressa Aria Archard
Sama'el Joseph Gooper

Terlihat seorang pria tampan dan gagah, berjalan di lorong sebuah gedung perkantoran. Sampai beberapa saat pria itu terus berjalan hingga sampai di depan sebuah pintu kayu berwarna coklat kehitaman. Pria itu pun langsung mengetuk pintu itu dan langsung terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya masuk.

"Anda memanggil saya, Sir.?" Pria itu bertanya setelah sampai di hadapan seorang pria yang duduk di belakang meja.

"Ah... Iya, Sama'el... Saya membutuhkanmu." Pria di belakang meja itu berucap dengan senyum penuh arti di bibirnya

"Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, Sir.?" Tanya pria bernama Sama'el tanpa keraguan

Sementara pria yang duduk di belakang meja itu tidak langsung menimpali ucapan Sama'el. Pria paruh baya itu tampak ragu- ragu dengan apa yang ingin di ucapkannya. Entah apa yang membuat pria paruh baya itu binggung.

"Sir.?" Sama'el memanggil pria paruh baya itu agar segera memberitahunya apa yang harus di lakukannya.

"Begini..." pria paruh baya itu menjeda ucapannya "Kau tau aku sangat mengandalkanmu dan mempercayaimu, Bukan.?"

Sama'el mengangguk untuk menjawab ucapan pria paruh baya itu

"Ada seseorang yang sangat berharga dan penting bagiku... Karena aku harus mengurus masalah di sini aku tidak bisa mengawasinya setiap saat..." pria paruh baya itu berucap

Sama'el masih diam

"Dia ada di Indonesia... Aku ingin mempercayakannya padamu... Tapi jika kau keberatan untuk pergi ke-Indonesia aku tidak akan memaksa mu pergi... Aku bisa menyuruh orang lain kesana."

"Tidak sir... Saya akan pergi." Sama'el berucap dengan pasti "Jadi kapan saya bisa pergi kesana.?" Tanya Sama'el

"Kapan pun kau siap."

Sama'el mengangguk paham

🍀🍀🍀

"APA.?" Suara seorang wanita menggema di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar itu

"Kemana kau akan pergi.?" Suara wanita itu terdengar kembali kali ini sudah kembali normal

"Indonesia."

"Why... Bukannya kamu sendiri yang bilang tidak ingin pergi jauh dari sini... Kenapa... Sekarang mau pergi jauh.?"

"Sir Bara yang menyuruhku, mengawasi seseorang di Indonesia."

"Kau bisa menolak... Aku yakin sir Bara tidak mengharuskanmu pergi."

"Kali ini aku ingin pergi."

"Why... Apa karena aku.?"

Ucapan wanita itu menghentikan pergerakan Sama'el dari kegiatannya berbenah barang- barangnya serta suasana di ruangan itu menjadi canggung dan tegang.

"Sorry..." wanita itu berucap dengan nada suara pelan

Sama'el tidak lagi menimpali ucapan wanita itu pria itu terdiam seribu bahasa. Itu benar dia pergi untuk menghindari wanita yang saat ini sedang berbicara padany. Wanita yang membuatnya merasa nyaman dan seseorang yang membuatnya di perdulikan. Hingga rasa nyaman itu berubah menjadi ketergantungan dan membuat Sama'el menaruh hatinya pada sang wanita. Namun setelah pengakuannya dan penolakan oleh wanita itu hibungan mereka menjadi canggung dan sangat menyesakkan.

🍀🍀🍀

"AAA... Stop.! Jangan mendekat." Cressa berteriak sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan pengawalnya dan sekretarisnya yang berniat membantunya. Rasa sakit di pergelangan kakinya tidak membuat wanita itu mengeluh atau meminta tolong pada pengawalnya.

"Ah..." Cressa kembali terjatuh saat sudah setengah berdiri karena rasa sakit di kakinya.

Cressa Aria Archard wanita tak tersentuh. Itulah sebutan yang di sematkan pada wanita itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa wanita itu tidak suka orang lain menyentuhnya dan sudah bisa di pastikan bahwa wanita itu tidak akan menyentuh orang lain.

"Anda baik- baik saja, Bu.?" Sekretaris Cressa bertanya dengan nada suara yang sedikit cemas.

"Yah..." Cressa menjawab dengan seadanya

Setelah terjatuh karena menghindari seseorang yang ingin menabraknya, Cressa pun harus berjalan dengan berpegangan pada dinding. Meski ada banyak orang di sekitarnya yang bisa saja memapahnya. Namun Cressa adalah manusia yang tidak akan pernah mau di sentuh.

Cressa tetaplah Cressa manusia yang keras kepala bahkan sampai di samping mobilnya wanita itu tidak meminta tolong pada pengawal dan sekertarisnya.

"Bu." Sekretaris Cressa bersuara dengan ragu- ragu setelah masuk kedalam mobil. Mobil Cressa memiliki dua sisi tempat duduk yang berhadapan.

Cressa menoleh kearah sekretarisnya dengan tidak niat. Sekretarisnya meletakan sesuatau di jok mobil samping Cressa. Cressa menatap binggung benda yang ada di sampingnya.

"Itu akan membantu meringankan sakit di pergelangan kaki anda." Sekretarisnya berucap saat melihat Cressa yang tampak binggung dengan benda itu "Anda bisa menempelkan itu di pergelangan kaki anda yang nyeri." Lanjut sekretarisnya

Cressa mengikuti petunjuk sekretarisnya.

"Ini lumayan." Cressa bergumam membuat sekretarisnya tersenyum bangga "Trimakasih."

Sekretarisnya menggeleng kecil seolah memberitahu Cressa bahwa ia tidak harus berterimakasih padanya. Karena sekretarisnya tau itu sudah menjadi kewajibannya.

"Ah... Kepalaku pusing, dan perutku terasa sangat mual." Cressa berucap dalam hati dengan nada suara lesu sambil memijit keningnya sendiri.

🍀🍀🍀

Beberapa hari kemudian...

Tok.... Tok.... Tok....

Suara ketukan pada pintu mengalihkan perhatian Cressa dari berkas yang sedang di periksa.

"Masuk." Cressa berucap mempersilakan si pengetuk masuk.

"Permisi Bu." Sekretaris Cressa berucap saat wanita itu sudah membuka pintu namun masih dalam posisi di pintu "Ada seseorang yang datang... Dan dia bilang, dia pengawal anda yang baru." Lanjut sang sekretaris

"Pengawal.?" Cressa berucap dengan nada suara bertanya. Wajah wanita itu tampak binggung "Bukankah... Aku sudah memiliki dua pengawal.?" Cressa melanjutkan ucapannya

"Apa lagi ini.? Apa dua pengawal masih belum cukup untuk mengawasi ku.?" Cressa berucap dalam hati

"Suruh orang itu pergi... Aku tidak membutuhkannya." Cressa berucap dengan acuh dan kemudian wanita itu kembali memeriksa berkas.

"Baik..." sang sekretaris berucap kemudian melangkah keluar dari ruangan Cressa.

Namun tak selang beberapa detik terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang memasuki ruangan Cressa.

"Apa lagi.?" Cressa bertanya tanpa melihat siapa yang masuk kedalam ruangannya

"Perkenalkan nama saya Sama'el... Dan saya akan menjadi pengawal anda mulai hati ini."

Suara seorang pria mengagetkan Cressa membuat wanita itu langsung menegakkan kepalanya dengan mata yang melotot kaget.

"Mohon kerja samanya." Sama'el melanjutkan ucapannya

"Kamu..." Cressa bertanya dengan nada suara tidak suka "Siapa yang mengizinkan-mu masuk.?" Cressa melanjutkan ucapannya kali ini wanita itu terlihat marah.

Cressa beranjak dari duduknya dan meletakkan kedua tangannya di atas meja "LINA.!" Cressa berteriak memanggil sekretarisnya.

Lina masuk dengan terburu- buru dan ketakutan, sebab ini kali pertama Cressa berteriak memanggil namanya "Maaf, Bu." Lina berucap dengan takut dan sudah menundukkan kepala. Lina tidak berani menatap ataupun menegakkan kepalanya di hadapan Cressa yang sedang marah.

"Apa ucapan saya tadi tidak cukup jelas.? Siapa yang kasih izin orang ini masuk kesini.?" Cressa bertanya dengan nada suara marah dan menunjuk Sama'el

"Maaf Bu." Lina menjawab dengan suara pelan dan masih menundukkan kepalanya

"Bawa dia keluar." Cressa kembali berucap dan kembali duduk. Meski terlihat kembali memeriksa berkas namun Cressa tidak bisa kembali fokus bekerja.

Lina mencoba berbicara pada Sama'el agar pria itu meninggalkan ruangan Cressa, namun siapa sangka bahwa pria itu sama keras kepalanya dengan Cressa. Sama'el tidak memperdulikan ucapan Lina, pria itu malah merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya kemudian menghubungi seseorang.

"Sir.?" Sama'el berucap saat panggilan telponnya sudah terhubung dengan seseorang di sebrang sana.

Cressa yang mendengar suara Sama'el kembali mendongakkan kepalanya dan menatap Sama'el dengan tatapan binggung dan bertanya- tanya.

"Apa yang kau lakukan.?" Cressa bertanya gugup saat Sama'el mulai melangkah. "Jangan mendekat..." Cressa melanjutkan ucapannya saat Sama'el sudah berdiri tepat di depan meja kerjanya.

"Jika anda tidak menyukai saya, Silahkan katakan pada atasan saya." Sama'el menyodorkan ponselnya kearah Cressa.

Cressa menatap layar ponsel Sama'el dengan binggung "Uncle.?" Cressa berucap dalam hati.

"Sir. Bara." Itulah nama yang tertera di layar ponsel Sama'el

"Uncle.?" Cressa memanggil seorang di sebrang sana saat setelah meletakan ponsel Sama'el di telinganya

"Iya sayang ini Uncle... Bagaimana kabarmu sayang.?" Pria yang di panggil Uncle itu berucap dari sebrang sana "Uncle mendengar dari ibumu... Bahwa kau terluka lagi, Apa itu benar.?"

"Uncle itu..."

"Siapa yang berani melukai keponakanku... Huh.? Sudah bosan hidup." Pria di sebrang sana menggerutu kesal

"Uncle..."

"Jangan khawatir sayang... Uncle mu sudah memilih seorang yang berbakat untuk menjaga mu sekarang... Jadi kamu gak perlu takut lagi... Okay." Pria di sebrang sana kembali berucap dan menghentikan ucapan Cressa

"Dan bukankah dia pria yang sangat tampan.?" Pria di sebrang sana melanjutkan ucapannya

"Apa itu penting sekarang.? Aku bahkan belum menyelesaikan ucapan ku." Cressa berucap dalam hati dengan frustasi

"Uncle yakin kau tidak akan bosan menatapnya." Pria di sebrang sana berucap dengan nada suara yang terdengar sangat bahagia "Karena itu biarkan dia menjagamu... Huh.? Setidaknya dia harus membuktikan kemampuannya."

"Uncle aku sudah punya dua pengawal di sini... Apa aku harus menambah lagi.? Aku bukan orang penting, kenapa harus memiliki banyak pengawal.?" Akhirnya Cressa bisa menyelesaikan ucapannya

"Kamu tenang saja dua pengawalmu yang sebelumnya sudah tidak bekerja denganmu lagi."

"What.?"

"Uncle lupa memberi tahumu bahwa mereka sudah di pecat hari ini."

"Uncle.?" Cressa memanggil pria di sebrang sana dengan nada suara merajuk

"Bekerja samalah dengannya... Dan satu lagi... Uncle mu ini lupa menyiapkan tempat tinggal untuknya... Jadi biarkan dia tinggal di rumahmu... Okay.?"

"Kenapa di rumahku.?"

"Itu akan mempermudah kan nya mengawasimu."

"Uncle..."

"Baiklah... Karena kita sudah selesai maka... Jaga dirimu sayang."

Dan panggilan pun terputus. Lebih tepatnya pria di sebrang sana mematikan panggilan telpon itu.

"Ah... Apa- apaan ini.?" Cressa berucap dengan nada suara frustasi sampai- sampai wanita itu harus memijit keningnya sendiri. Cressa meletakkan kembali ponsel Sama'el di atas meja.

"Kalian keluarlah... Lina siapkan tempat untuknya."

Setelah mendengar ucapan Cressa Sama'el dan Lina pun keluar dari ruangan Cressa

🍀🍀🍀


Aku tau ini aneh karena kisah orang tuanya belum selesai, tapi kisah anaknya udah muncul. Tapi sebenarnya kisah anaknya gak akan ngerubah alur cerita orang tuanya, karena cerita anaknya cuma pakek nama orang tuanya.

Aku buat ini karena emang tiba- tiba aja kepikiran begini alurnya, dan kalo gak di tulis takut ilang..

Ini kisah antara Bodyguard sama majikannya. Klasik banget gak sih.? Tapi suka aja gitu kisah kayak gini...

Semoga gak di serang gue...

Senin.30.Agustus.2021

15:50

Continue Reading

You'll Also Like

65.2K 6.1K 28
Menjadi seorang pengasuh bukanlah suatu hal yang buruk bagi Luna. Wanita itu sangat menyukai anak kecil, itulah sebab mengapa Luna sangat menggemari...
151K 1.5K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
43.2K 1.4K 20
Warning! Mungkin akan ada bahasa kasar, frontal dan tidak pantas, jika bacaan ini tidak pantas untuk anda, tolong tinggalkan! SINOPSIS Tentang kisah...
5.1K 196 18
[WARNING! FOR 🔞 ONLY] Setelah bertengkar dengan ibu tirinya, Beverley tiba-tiba mendapatkan undangan pernikahan yang isinya membuat wajahnya memucat...