Love Story 1 (PJM) ✅

By Min_iren

3.6K 1.2K 6.4K

Sepenggal cerita cinta dari anak kuliahan yang memiliki banyak rasa di dalamnya. Dibaca yah! Kalau gak dibaca... More

1 (satu)
2 (dua)
3 (tiga)
4 (empat)
5 (Lima)
6 (enam)
7 (tujuh)
8 (delapan)
10 (sepuluh)
11 (sebelas)
12 (dua belas)
13 (tiga belas)
14 (empat belas)
15 (Lima belas)

9 (sembilan)

176 68 449
By Min_iren

"Airin hamil."

"Ha?! Bagaimana bisa?" ucap Taehyung dengan wajah khas dungunya.

Satu jitakan dari Jimin mengenai pelipis Taehyung, "Otakmu ada di mana, ha? Tentu saja bisa. Dia ini, 'kan suaminya. Sudah pasti dia melakukannya sampai Airin bisa hamil."

"Ah, iya benar juga." Taehyung menanggapi dengan anggukan.

"Omong-omong kenapa kau terlihat tidak senang? Padahal ini kabar yang membahagiakan, bukan?" kata Jimin.

"Ini memang kabar yang membahagiakan dan tentu aku sangat senang. Tapi kalian 'kan tau, kalau dia...," Jungkook menggantung kalimatnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Bagaimana, ya, aku menjelaskannya," lanjutnya lagi berharap kedua sahabatnya mengerti.

Jungkook menghembuskan napasnya berat seberat dosa Jimin yang menjadi bandar video, "bahkan tanpa dia sadari dia hampir sering menyakiti dirinya atas kelakuan absurdnya. Aku takut ... Takut tidak bisa menjaga Airinku dan juga calon anakku." Terlihat jelas raut wajah Jungkook begitu khawatir.

"Setidaknya kau sudah berusaha yang terbaik untuk menjaga mereka. Mungkin mulai detik ini, kau harus lebih ekstra dalam hal menjaga, Jung. Beri dia perhatian lebih dan jangan lelah mengingatkan dirinya kalau dia ini sedang hamil agar ia bisa sedikit mengurangi tingkah absurd dan konyolnya." Jimin mengucapkan kalimat yang membuat Taehyung semakin menampilkan wajah dungunya karena ucapan dari si bandar video ini terdengar begitu keren.

Jungkook tak merespon tapi dia mendengarkan setiap kata yang Jimin ucapkan padanya.

"Aku jadi tidak sabar melihat wajah calon anakmu, Jung. Kombinasi wajahmu dan Airin ... sepertinya menggemaskan sekali." Taehyung memutar bolamatanya ke atas sampai tersisa putihnya saja sembari menopang dagu dengan kedua tangannya di atas meja.

"Kalian tahu? Airinku menginginkan anak kembar tujuh di kehamilannya ini."

"APA?!" Suara serentak dari kedua sahabat sepermesuman itu terdengar jelas dan menggema di seluruh penjuru kafe milik Jungkook. Sedangkan Jungkook hanya bereaksi dengan wajah datarnya.

🌿


Siang, pukul dua belas lebih dua puluh menit-- Jimin masih tertidur lelap di singgasana kasurnya.

Ruangan yang luasnya seluas kamar mandi Taehyung ini menjadi tempat ternyaman kedua setelah kamar tidur miliknya di rumah.

Ia benar-benar tertidur sangat pulas tanpa memakai penutup badan, hanya celana boxer ketat yang terpasang manis di bawah sana. Bahkan dengan posisi tidur yang setengah tubuhnya menjuntai ke bawah ranjang, lelaki itu masih nyaman-nyaman saja.

Biarkan Jimin tidur seharian ini sampai besok pagi lagi. Semalaman ia banyak sekali memikirkan gadis bernama Shin Hani, ditambah ia juga pulang waktu dini hari karena tak tega meninggalkan Taehyung yang tengah terkapar lemas akibat mabuk dan berakhir tak ingin pulang sendiri, kayanya takut dimarahi orangtuanya nanti.

Begini-begini juga, Jimin itu peduli dengan sahabatnya sendiri. Dia sampai rela menemani Taehyung di kafe milik Jungkook, setidaknya sampai rasa pengar itu mulai  mereda-- barulah ia bisa pulang kembali ke kosan.

Jimin sudah mengajak Taehyung untuk menginap saja di kosannya tapi ditolak. Taehyung tetap ingin pulang ke rumahnya tapi tunggu sampai rasa pengar itu sedikit berkurang dan berakhirlah mereka pulang dini hari.

Beberapa kali bunyi suara denting notifikasi pesan masuk di ponsel Jimin, tapi ia masih nyaman dengan mimpi genitnya. Ia masih tertidur pulas tak ada gerakan sama sekali.

Hingga terasa getaran dan bunyi nyaring yang mengganggunya membuat ia sedikit mengerang.

"Aaahhgggrrrr! Siapa sih?" Jimin berteriak saat dirinya terganggu dengan bunyi dan getaran ponselnya itu.

Setelah berhasil mengambil ponselnya di atas nakas, ia langsung menekan ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan telpon itu tanpa melihat siapa yang menelponnya. Ia pikir yang menelponnya ini adalah Taehyung-- si idiot itu.

"Ada apa? Kau menggangguku, tau!" Jimin membuka suara dengan nada tingginya.

"Mm-maaf, Hani mengganggu Jimin." Ucap seseorang di seberang sana.

Jimin langsung memposisikan dirinya duduk setelah mendengar suara khas milik gadis itu.

"Eh ... Hani? Ada apa?" Suaranya tiba-tiba melembut.

"Hani mengganggu, Jimin, ya?"

"Tidak. Aku pikir tadi Taehyung yang menelpon."

"Jadi kalau Hani itu Taehyung berarti mengganggu, ya?"

Jimin menggaruk rambut kepalanya yang tidak gatal itu. Pertanyaan dari Hani sedikit mengundang emosi, bukan pertanyaannya sih tetapi jika membahas yang tidak penting seperti ini 'kan membuang waktu saja. Ia ingin melanjutkan tidurnya. Sungguh.

"Hallo, Jimin." Suara Hani terdengar lagi ketika Jimin bungkam beberapa saat.

"I-iya?"

"Jimin, nanti sore bisa temani Hani membeli sesuatu untuk kakak Hani?"

"Iya bisa. Jam berapa aku harus menjemputmu?"

"Jam 5 saja."

"Iya, baiklah."

"Terimakasih, Jimin. Hani tutup telponnya, ya?"

"Heum... " Refleks Jimin mengangguk.

Dan setelah panggilan telpon terputus, ia melempar asal ponselnya ke kasur dan ia pun melanjutkan kembali mimpi genitnya yang sempat tertunda.

🌿

"Hallo ... Jimin?" Hani melambaikan tangan di depan wajah Jimin-- mencoba menyadarkannya. Namun, yang disadarkan malah semakin menampilkan ekspresi dungu nan idiot seperti Taehyung.

Hani menemukan Jimin yang sudah dalam keadaan mematung tanpa ekspresi yang bisa Hani artikan. Sejak ia datang menghampiri lelaki ini di depan gerbang kosannya itu, Jimin sudah dalam keadaan seperti ini.

Mungkinkah ia pup di celana? Atau kerasukan setan jalanan?

Tidak ada yang benar dari keduanya. Enak saja pup di celana-- Jimin sudah tampan nan sexy seperti ini masa dikira seperti itu. Jimin itu terpesona begitu dalam pada Hani.

Lihat saja. Siapa yang tidak beraksi sepertinya saat ini. Ketika gadis lugu macam Hani dengan rambut terkuncir pita pink yang ia kenal selama ini-- berubah menjadi sosok gadis lebih terlihat berbeda di mata Jimin dengan tatanan makeup dan gaya berpakaian yang Hani gunakan dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Surai pirang panjang yang di gerai begitu saja, T-shirt dress model oversized, shopper bag transparan, dan sneakers putih-- terlihat simple dan santai tapi membuat Hani menjadi sosok yang berbeda dari penampilan biasanya yang Jimin lihat selama ini.

Hani terlihat lebih dewasa, cantik, dan ah ... sulit sekali Jimin menjelaskannya.

"Uh ... Jimin bawa motor, ya? Hani kira membawa mobil, kalau begitu Hani ganti pakaian dulu, karena sepertinya yang Hani pakai akan mengganggu."

Baru saja Hani hendak berbalik badan namun sebuah tangan mencekalnya. Jimin menahannya.

"Tidak perlu. Tidak usah mengganti, ya. Kau cantik menggunakan ini," ucap Jimin sembari mencubit lembut pangkal hidung Hani, "tapi duduknya menyamping, ya. Mau, 'kan?" Tambahnya lagi membuat Hani berpikir sebentar lalu mengangguk sembari menampilkan senyuman.

Tanpa ragu Jimin langsung memakaikan helm pada Hani.

Sumpah. Kalau saja saat ini area depan gerbang kosan tidak ramai, ingin sekali Jimin mencium mesra bibir Hani yang terpoles lipgloss pink itu. Gemas sekali.

🌿

"Aku rasa ini cocok untuk kakakmu," kata Jimin yang memilihkan satu model jam tangan keluaran baru.

Hani menceritakan kepada Jimin bahwa ia ingin membelikan sesuatu untuk kakak laki-lakinya yang akan berulang tahun, lusa. Sebenarnya semalam ia meminta Hyumi menemaninya sekaligus mengajak Yoongi untuk dimintai pendapat mengenai barang yang cocok untuk di berikan kepada kakak lelakinya itu. Tetapi pagi tadi, sahabatnya itu memberikan kabar kalau tidak bisa menemani dirinya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan.

Hyumi menawarkan pada Hani agar pergi saja berdua dengan kekasihnya-- Yoongi. Lagipula Hyumi sudah meminta Yoongi menemani sahabatnya. Tapi Hani menolak dan berakhir menelpon Jimin siang tadi.

Sekedar informasi, Hani ini sebenarnya takut melihat wajah dingin kekasih sahabatnya itu. Yoongi sangat irit berbicara pada oranglain terkecuali sedang bersama Hyumi. Jadi, Hani tidak ingin pingsan ketakutan jika nanti lelaki dingin itu harus berjam-jam menemaninya.

Setelah setuju dengan barang yang dipilihkan oleh Jimin akhirnya Hani membayar barang tersebut di kasir.

Mereka keluar dari pintu kaca toko itu dan berlanjut pada sebuah tempat makan yang masih berada di mall ini.

Jimin sih mau-mau saja, apalagi ini gratis. Bahkan Hani membelikan kaus untuknya di toko khusus pakaian sebelum masuk ke toko jam tangan itu. Katanya gadis itu yang akan mentraktir karena sudah bersedia menemani.

Siapa yang tidak senang? Dapat gratisan seharian ini, 'kan lumayan uang sakunya tidak terpakai sama sekali, dapat barang pula.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Mereka bergegas pergi meninggalkan mall setelah sesuatu yang Hani butuhkan sudah terpenuhi semua.

Mereka kembali menyusuri jalan kota menggunakan motor kecil milik Jimin. Kali ini Hani tidak berteriak histeris seperti sebelumnya-- ia masih terlihat sangat menikmati tanpa harus di bumbui teriakan histeris.

"Hani, pegangan yang kuat!" Jimin berteriak ketika mendapati dirinya menerobos jalanan berlubang. Refleks tangan Hani meremas jaket Jimin sebelum akhirnya tubuh mereka berdua sedikit memantul dari jok motor. Beruntung Jimin masih bisa menyeimbangi dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Kau tidak apa-apa? Maaf tadi aku tidak melihat ada lubang," ucap Jimin masih menjalankan motornya dengan mengurangi kecepatan.

Terlihat dari kaca spion, Hani menggeleng. "hmm ... Hani, tidak apa-apa."

Jimin masih terus mengendari motor kecilnya dengan memboncengi gadis Shin yang terlihat lebih menawan hari ini. Duduk menyamping dengan sebelah lengan Hani yang memeluk perut Jimin, rasanya lelaki Park si bandar video ini lagi-lagi membayangkan yang sesuatu yang genit-genit di dalam otak mesumnya, apalagi dengan suasana angin malam, menambah hal gila yang ada di dalam pikirannya kian membuncah.

Jimin menggelengkan kepala lalu terkikik pelan di dalam helmnya, berusaha meng-enyahkan hal yang wajar itu tetapi tidak boleh ia lakukan saat ini.

Bersamaan dengan itu ia mendengar suara imut Hani sembari menepuk perut Jimin. "Jimin, Hujan!"



Tbc💋

Aduhhh yang hujan-hujanan 🤭 ngeri pada kedinginan nanti malah minta anget-angetan lagi 🙃🙃🙃🙃🙃

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 26.4K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
6.4M 333K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
1.7M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.8M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...