[My Little Wife]END

By KimJiwoo936

106K 7.2K 235

Seorang pengusaha dari KIM yaitu Kim Seokjin yang terjebak dengan Yoon Jiwoo menikah dengan perjodohan. Jiwoo... More

[My Little Wife] 01
[My Little Wife] 02
[My Little Wife] 03
[My Little Wife] 04
[My Little Wife] 05
[My Little Wife] 06
[My Little Wife] 07
[My Little Wife] 08
[My Little Wife] 09
[My Little Wife] 10
[My Little Wife] 11
[My Little Wife] 12
[My Little Wife] 13
[My Little Wife] 14
[My Little Wife] 15
[My Little Wife] 16
[My Little Wife] 17
[My Little Wife] 18
[My Little Wife] 19
[My Little Wife] 20
[My Little Wife] 21
[My Little Wife] 22
[My Little Wife] 23
[My Little Wife] 24
[My Little Wife] 25
[My Little Wife] 26
[My Little Wife] 27
[My Little Wife] 28
[My Little Wife] 29
[My Little Wife] 30
[My Little Wife] 31
[My Little Wife] 32
[My Little Wife] 33
[My Little Wife] 34
[My Little Wife] 35
[My Little Wife] 36
[My Little Wife] 37
[My Little Wife] 38
[My Little Wife] 39
[My Little Wife] 40
[My Little Wife] 41
[My Little Wife] 42
[My Little Wife] 43
[My Little Wife] 44
[My Little Wife] 45
[My Little Wife] 46
[My Little Wife] 47
[My Little Wife] 48
[My Little Wife] 50 END!!!

[My Little Wife] 49

1.4K 108 2
By KimJiwoo936

Loha!!! Gimana yang masih nunggu kelanjutan ini cerita😁maaf telat update gue sakit perlu istirahat total dulu bukan berarti ini cerita di gantung ya. Stay terus di rumah dan jaga kesehatan kalian...





























































Happy Reading



























































































Jiwoo dan Seokjin sampai di rumah sekitar pukul 03.00 sore. Mendadak jika Seokjin ada janji dengan salah satu klien dari Jepang maka, ada keterlambatan untuk pulang. Jiwoo duduk di sofa sambil memejamkan matanya, Seojin benar-benar membuatnya pusing kepalang. Bagaimana tidak jika sejak tadi dirinya selalu salah padahal ia tidak tahu apapun. Sekarang Seojin menempel pada Ajjushi gilanya dan ia hanya bisa pasrah saja toh nanti kalau nangis pasti ingin kepelukkannya lagi.


"Mandilah, aku yang akan menjaga Seojin". Ucap Seokjin duduk disamping Jiwoo serta mengusap pipi istri kecilnya ini.


"Aku tahu! Dari tadi emang menempel terus denganmu". Sebal Jiwoo membuang muka tak ingin melihat suaminya juga putri kecilnya.


"Una~hihi...una~". Panggil Seojin mengulurkan kedua tangannya dengan pipi mengembung lucu. Jiwoo menoleh dan oh demi apapun jika putri kecilnya ini sangat menggemaskan. Ia benar-benar tidak bisa merajuk atau marah.

"Lihat? Seojin merindukkan mu juga". Ucap Seokjin sambil memberikan Seojin pada Jiwoo. Sedangkan Jiwoo hanya menjulurkan lidahnya tanda mengejek.


"Aku pergi mandi. Oh ya, apa pekerjaan di kantor bisa kita lanjutkan nanti malam?". Seokjin berhenti kala sebuah ide untuk menggoda istri kecilnya.


"Dasar mesum! Pergi sana!". Jiwoo mengibaskan tangannya pertanda agar Seokjin cepat pergi.


"Cha~kau pun harus mandi sayang, kajja~". Jiwoo membawa Seojin untuk mandi di kamar mandi yang khusus untuk putri kecilnya.(Ayo)


"Una~hihi..una~mamama...".


"Iya sayang,berhenti bergerak nanti busanya mengenai matamu eoh?". Jiwoo sangat berhati-hati memandikan Seojin sampai selesai.


"Saatnya pakai baju tidur ya~". Jiwoo mendudukan Seojin sambil memilih baju yang dipakai oleh Seojin. Hingga bunyi notifikasi dari ponselnya membuatnya terhenti.

"Seojin ah..chakkaman". Jiwoo melihat ada satu buah pesan masuk dari Yoongi.(Tunggu sebentar)


Little minie, kau tidak lupa bukan jika besok adalah hari pernikahan ku. Aku tahu kau pasti sibuk karena Seojin, aku sangat berharap kau datang arra! Oppa menunggumu.



Jiwoo menutup mulutnya tak percaya jika besok adalah pernikahan Yoongi. Demi apapun ia lupa dan tak akan ingat jika Yoongi tidak memberikan pesan seperti ini padanya.




Tentu, aku tidak lupa kok. Besok aku akan datang jangan khawatir oppa.




"Una~hiks...una~". Jiwoo terkejut kala Seojin menangis kencang dan ia dengan cepat menenangkan putri kecilnya. Sambil memakaikan pakaian pada Seojin dengan cepat Jiwoo memangku putri kecilnya itu untuk pergi ke kamarnya di lantai atas.



"Ajjushi! Kau sudah selesai mandinya? Eoh?".

"Kenapa?". Tanya Seokjin yang baru saja keluar dari arah pintu yang terhubung dengan beberapa pakaian disana.


"Besok, besok Yoongi oppa akan menikah dan--aku baru ingat itu pun karena ia memberikan pesan padaku. Apa--kau juga lupa Ajjushi?". Tanya Jiwoo sambil mengayun ayun Seojin yang ingin tidur karena beberapa kali ia melihat putri kecilnya itu menguap.

"Aku ingat".

"Lalu kenapa tidak memberitahuku?".

"Aki kira kau tidak akan lupa". Jawab Seokjin sambil memeluk istri kecilnya dari belakang juga melihat putri kecilnya yang masih membuka matanya.


"Ishh panas, jangan memelukku! Aku harus menidurkan baby Seojin baru setelah itu aku mandi". Kesal Jiwoo berusaha agar lepas dari pelukan Ajjushi gilanya ini.

"Baiklah, biarkan Seojin bersamaku dan kau pergi mandi". Jiwoo menghela nafas lalu memberikan Seojin kepada Seokjin karena dirinya demi apapun sangat lengket dan ingin mandi.



















































Saat ini Seokjin tengah berkutat dengan Laptop juga iPad nya. Masih saja ada kekacauan dan ia yang harus mencari jalan keluarnya sendiri. Namjoon ikut berpartisipasi begitu juga Hoseok. Tetap saja jika kekacauan ini masih berlanjut. Terkadang Seokjin menghubungi seseorang dari New York untuk memancing akar permasalahan ini terjadi.



Jiwoo baru saja selesai mandi. Ia masih menggunakan handuk baju dengan rambut basah yang di tutupi oleh handuk putih kecil. Melihat putri kecilnya sedang tidur di box bayi. Malam ini, Jiwoo ingin tidur bersama putri kecilnya walau tahu jika Seojin mempunyai kamar. Tapi, Jiwoo masih khawatir dan takut jika terjadi sesuatu maka dari itu, ia ingin memindahkan Seojin agar bisa tidur bersamanya.





"Semua baik-baik saja?". Tanya Jiwoo duduk di sebelah Seokjin yang fokus pada layar Laptop. Jiwoo membantu mengeringkan rambut Seokjin yang sedikit basah. Oh lihatlah bahkan handuk kecil ini tak bergeming dan tak di sentuh sama sekali saking fokus pada pekerjaan.




"Sedikit". Jawab Seokjin melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Jiwoo. Mendongak melihat Jiwoo yang telaten mengeringkan rambutnya.




"Apa tidak bisa diselesaikan besok?". Seokjin menggelengkan kepalanya jika ini benar-benar harus selesai karena besok adalah lembaran baru. Walau dirinya adalah pemilik saham terbesar tapi disiplin masih tetap ada.




"Sudah selesai. Aku mau pakai baju, lepaskan pelukkannya". Bukannya di lepas Seokjin justru mempererat pelukannya.



"Aigoo, kasihan sekali Papa nya Seojin. Semangat cari uang nya hehe". Jiwoo mengangkat tangan memberikan bentukan semangat pada Seokjin yang hanya dibalas memajukkan bibirnya.




"Geu---Ajjushi, apa---Yuju eonnie baik-baik saja?". Tiba-tiba saja terlintas di pikiran Jiwoo kabar tentang Yuju walau pernah jahat di dalam inti kehidupannya. Sontak saja Seokjin mengerutkan keningnya, kenapa Jiwoo menanyakan orang yang tidak penting.(Itu...)




"Eum, aku hanya ingin tahu saja. Apa Jackson ssi sudah di cari? Nan jeogeum museopta jinshimureo". Lanjut Jiwoo menggigit bibir bawahnya saat pandangannya saling bertemu. Seokjin mendudukan Jiwoo pada pangkuannya kali ini ia yang mengeringkan rambut Jiwoo.(Aku sedikit..takut, sungguh)



"Jika kau takut kenapa menanyakannya?". Tanya balik Seokjin sambil mencubit hidung Jiwoo gemas.




"Geunyang...aku hanya ingin tahu".




"Yuju mungkin menderita di sel tahanan. Jika Jackson, belum ada titik terang untuk menemukannya. Tapi, aku akan tetap mencari dimana pun ia berada dan ku pastikan ia menanggung akibatnya kau tidak perlu takut". Jiwoo bukannya takut tapi malah memberikan senyuman sambil membawa handuk milik nya yang sempat di pakai oleh Seokjin untuk mengeringkan rambutnya.




"Arraseo. Aku takut? Itu hanya kebohongan". Jiwoo beranjak namun Seokjin menghalangi.(Aku tahu)




"Mau kemana?".




"Aku mau pakai piyama tidurku. Issh pertanyaan apa itu? Lepaskan!". Jiwoo bergerak berusaha lepas namun Seokjin tetap menghalanginya dengan berbagai cara.




"Ceritanya belum juga selesai". Jiwoo memutar bola matanya malas. Demi apapun, Seokjin bukan ingin bercerita pasti ada hal lain dan lebih baik jika ia menjauh. Toh diri sendiri membahayakan masih memakai handuk baju dan dalaman saja.




"Cukup sampai disini. Lagi pula hanya bertanya seperti itu". Ucap Jiwoo yang malah diberi kesan berwajah datar. Jiwoo tertawa melihat Seokjin memasang wajah seperti ini.




"Harusnya kau membantuku atau menghiburku. Bahkan kau tadi bertanya padaku apa aku baik-baik saja?". Jelas Seokjin mendudukan Jiwoo kembali serta mengukung Jiwoo agar tidak pergi kemana mana.




"Hah...salah lagi. Aku akan membantu tapi hanya melihat, lepaskan dulu ini sungguh dingin aku harus memakai piyama tidurku". Helaan nafas lemah karena susah jika sudah seperti ini.




"Tidak perlu. Aku bisa menghangatkan mu sungguh".





"Tidak! Aku ingin memakai piyamaku karena aku tahu isi dari otak mesum mu". Seokjin terbatuk dengan jawaban Jiwoo. Apa dirinya secabul itu? Sampai jika pikirannya selalu mengarah ke hal seperti itu. Tapi---wajar saja bukan? Berarti dirinya normal.




"Diamlah dan hanya duduk seperti ini. Aku butuh ketenang dalam pelukan mu juga. Aku tidak melakukan hal apapun". Kalau sudah begini hanya bisa apa selain menyerah saja, toh kalau berdebat yang ada dirinya yang mengalah. Jiwoo menyandarkan kepalanya, jujur saja jika posisi seperti ini disebut intim. Heol, bahkan kejadian di kantor masih saja menghantuinya dan membuatnya merinding.




Nampak jika ucapan dari Seokjin benar. Tidak terjadi apapun dan hanya fokus pada pekerjaan. iPad itu tak pernah lepas sejak Laptop di simpan di atas meja. Jiwoo ingin sekali merubah posisi namun tidak bisa. Uhh bayangkan ia merasa pegal saat ini, dan berpikir apa Ajjushi gilanya tidak pegal.




"Eoh, salah mengetik". Tunjuk Jiwoo pada layar iPad dan Seokjin mencium bagian pundaknya dan untung saja terhalang oleh handuk baju nya. Kalau tidak uhh merinding dan demi apapun jika sedari tadi fantasi Jiwoo berubah liar.




Melihat ke arah dinding jika waktu menunjukkan pukul 06.00 sore berarti sudah 3 jam ia duduk di pangkuan Seokjin dan dengan keadaan masih memakai handuk baju.




"Selesai".




"Jinjja?". Seru Jiwoo semangat untuk bisa kabur dari dekapan Ajjushi gilanya.(Benarkah?)




"Eum, lihatlah. Hah, mereka harus ku potong gajinya". Ucap Seokjin menyimpan iPad nya lalu kembali mendudukan Jiwoo yang tahu ingin beranjak darinya.




"Ja-jangan seperti itu. Kasihan mereka eoh?". Jiwoo menjaga jarak dengan senyuman getir karena takut jika sudah seperti ini.



"Tapi aku yang rugi". Seokjin mempererat bahkan mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Jiwoo.




"Aku tahu tapi--semua sudah berjalan dengan baik bukan?".




"Kau nampak menghindariku? Takut?". Seokjin memicingkan matanya dengan terus menggoda Jiwoo.




"A-apa? Aku? Takut? Takut apa?". Jiwoo gelagapan.




"Jelas kau ketakutan. Perlu ku pakaikan piyamamu?". Seokjin semakin menjadi bahkan sempat meremas bokongnya sontak saja ia terkejut.




"Tidak perlu! Aku bisa memakainya sendiri". Jiwoo beranjak dari pangkuan Seokjin dengan cepat ia berjalan untuk mengambil piyamanya. Uhh pipinya sudah memanas dan ia yakin jika pipinya memerah.




"Ihh dasar gila!". Jiwoo memakai piyamanya dengan gerutuan dan sumpah serapah nya pada Seokjin. Sedangkan Seokjin terkekeh dengan gelengan tidak percaya jika Jiwoo benar-benar menggemaskan.





"Aigoo Seojin ah...tidurmu nyenyak sekali sayang...". Seokjin menaikkan selimut yang sedikit turun itu untuk menghangatkan tubuh Seojin.




Barulah Seokjin keluar dari kamar setelah melihat Jiwoo keluar tergesa entah karena apa. Dilihatnya, jika Jiwoo tengah menuju ke arah dapur memakai celemek juga terburu-buru entah karena apa.



"Kenapa?".




"Aku belum memasak apapun untuk mu Ajjushi eotteoke? Tunggu sebentar". Jiwoo hendak membuka kulkas namun Seokjin menghalangi.(Bagaimana ini?)




"Mwoya?".(Apa?)





"Mau makan pizza dan ayam goreng? Aku akan memesannya".




"Eoh? Baiklah". Jiwoo hendak mengambil ponsel justru Seokjin malah memangkunya dan mendudukannya di meja pantry.




"Kau lupa? Aku yang akan memesannya".




"Ahh begitu? Pesanlah...". Jiwoo melihat cara pemesanan yang Ajjushi gilanya lakukan. Sambil menunggu Jiwoo melihat segi wajah Seokjin yang benar-benar natural. Bagaimana tidak jika Seokjin benar-benar wujud yang sempurna.




"Ajjushi...". Jiwoo menunjuk pipi Seokjin yang saat ini menoleh untuk melihat ke arahnya.



"Kau cantik hehe...".




"Mwo?". Seokjin berkedip tidak percaya jika ucapan istri kecilnya nyaris membuatnya tersedak ludahnya sendiri. Cantik istri kecilnya bilang.(Apa?)



"Eoh, jika dilihat lihat Ajjushi memang cantik atau mungkin---". Jiwoo menutup mulutnya seolah ia terkejut dengan terkaannya.



"Mwoga?".(Apanya)




"Ajjushi kau--ho--".




"Aninde!".(Bukan!!/Tidak!!)




"Mwo?". Tanya Jiwoo pura-pura tidak mengerti.(Apa?)




"Jangan memikirkan hal aneh. Jika aku tak normal mana mungkin aku bisa memberikan baby Seojin untuk mu". Seokjin berdecak kesal kenapa istri kecilnya ini berpikiran aneh.



"Memang aku mengatakan apa? Aku tidak mengatakan apapun". Jiwoo bergidik acuh.



"Kau jelas ingin mengatakan aku tidak normal kan?".



"Tidak!".




"Iya".





"Tidak!".





"Terserahlah..". Seokjin meninggalkan Jiwoo sebelum mengambil dua kaleng bir di dalam kulkas. Jiwoo terkekeh sambil turun lalu mengikuti Seokjin.




"Aku hanya bercanda, mian...". Jiwoo meraih tangan Ajjushi gilanya lalu meminta maaf.(Maaf..)




Seokjin tak mengindahkan ucapan Jiwoo justru ia pergi ke halaman depan untuk mengambil pesanan ayam goreng dan pizza yang ia pesan. Setelah mengambil itu, Seokjin menyimpan makanan itu pada meja juga membukanya. Satu kaleng bir ia buka juga lalu menyalakan tv tanpa ingin melihat ke arah Jiwoo.




"Ajjushi mianhae eoh? Berhenti marah padaku, aku hanya bercanda". Jiwoo dengan berani duduk di pangkuan Seokjin dengan kedua telapak tangan menangkup wajah Seokjin agar menatapnya.(Maafkan aku eoh?)




"Aku tidak suka dengan candaan mu, apalagi seperti tadi".




"Aku tahu. Aku minta maaf eoh? Aku janji tidak akan melakukannya lagi". Seokjin menghela nafas lemah lalu memeluk istri kecilnya serta meneguk satu kaleng bir yang sedari tadi ia pegang.




"Aku ingin pizza nya hehe..". Jiwoo melepas pelukan bukan berarti ia beranjak dari posisinya. Memakan pizza nya itu dengan lahap.




"Andai sudah tidak menyusui baby Seojin, aku ingin minum bir juga". Ucap Jiwoo memajukan bibirnya cemberut.




"Menginginkannya?". Jiwoo mengangguk tapi ia menggelengkan kepalanya.




"Tidak! Itu tidak baik". Kembali memakan pizza nya dan Seokjin betah dengan posisi seperti ini.




"Aku akan membuatmu bisa merasakannya". Jiwoo menaikkan satu alisnya bingung.




"Bagaimana---?".







Cup...







Walau sudah ia telan tapi ada sedikit rasa dari bir yang sebelumnya. Seokjin melumat bibir Jiwoo menikmati tekstur lembutnya bibir Jiwoo serta hangatnya lidah yang saling bertaut satu sama lain. Jiwoo mencoba menyeimbangi namun, ia kewalahan jika dirinya bukanlah Good Kisser melainkan Bad Kisser.




"Hmm, aku tidak merasakan apapun. Percuma saja". Jiwoo memakan ayam gorengnya setelah ciuman sedikit panjang itu. Seokjin terkekeh dan kali ini ia memakan satu potong pizza yang diberikan Jiwoo padanya.




"Besok. Ajjushi tidak lupa kan?". Seokjin mengangguk.



"Aku tidak percaya jika Yoongi oppa sudah akan menikah saja". Ucap Jiwoo memeluk Ajjushi gilanya menyimpan kepalanya pada dada Seokjin.




"Bukankah itu bagus?".




"Eum, itu memang bagus. Aku masih belum percaya jika takdirku adalah bersamamu Ajjushi". Jiwoo mengusap pipi Seokjin lembut.




"Jangan menggodaku, atau kau akan dalam bahaya".



"Ishh tidak romantis sekali! Jangan lakukan hal itu! Memangnya Ajjushi mau melihat ku jalan tertatih saat ke pesta pernikahan Yoongi oppa eoh? Yang tadi saja masih sakit!". Ucapnya sedikit pelan.




"Kalau begitu tidak usah datang". Ucap Seokjin kembali menggoda istri kecilnya.



"Aahhh...Ajjushi!!! Kenapa kau sangat menyebalkan!!!". Jiwoo memukul pundak Seokjin keras hingga mengaduh kesakitan.



"Apa?". Tanya balik Seokjin seolah tidak merasa bersalah.



"Tidak! Lupakan!".




Seokjin memeluk Jiwoo dan meminta maaf jika ucapannya tadi hanyalah godaannya untuk bercanda. Toh tadi juga Jiwoo melakukan hal itu padanya, ya sedikit memberi pelajaran bukankah tidak papa.
















































































































Bersambung...





Halo🤗hayo siapa yang minta cepetan update nih gue udah update hehe. Maaf kemarin gue harus istirahat total pasalnya terlalu sibuk kerja jadi kecapean dan gue sakit udah satu minggu lebih. Jadi boro2 bikin cerita yang ada pusing ini kepala buat sekedar membalas pesan dari boss gue😁

Makasih Readers nim juga Vote dan Komen yang hadir di ini cerita. Masih nggk nyangka aja gitu kalian masih stay nunggu update an nya ini cerita..

Tetap sehat ya kalian semua tunggu part terakhir dalam cerita ini..
Wew bakalan dilanjut cerita si dingin Min Yoongi dalam judul baru yaitu [FIV:e B.S.A.T] ayo buruan masukin ke Reading list kalian dulu sebelum update lagi tuh cerita.
Borahae💜

Continue Reading

You'll Also Like

106K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
73.5K 5.6K 21
Kisah Jane Austen yang hamil diluar nikah karena pemerkosaan dari bos nya sendiri, pada saat anaknya lahir dan mengerti beberapa hal, Ia selalu berta...