AMBISI

By srnrml

5K 146 93

"Terkadang ambisi terlalu tinggi dapat menjatuhkanmu ke jurang yang paling dalam." Pasti kalian pernah atau s... More

Thalassic Crown
Ursa dan Hukum Newton 3
Angan
Percakapan-Percakapan Frustrasi
The Savage Driver
Second Chance
Lost
Pod Quest
Tendangan Maut Jihan
Giriwarsa

Me and My Petrichor

302 9 0
By srnrml

Penulis: AksaAsmara
Genre: Action – Romance

Hari ini cerah sekali, tak terlihat satu awan gelap melayang di udara. Sang surya juga tak mau ketinggalan untuk memperlihatkan pesona lewat cahaya panasnya, sampai-sampai membuat suhu udara kota itu mencapai angka 40°C

Dua hari ini, suhu di kota Muang Nan memang terasa sangat panas. Sebagian orang merasa kulitnya menjadi belang karena terkena sengatan panas. Tetapi panas itu sepertinya tidak dirasakan oleh dua orang yang sedang asyik berbincang-bincang di teras rumah mewah. Bahkan di setiap sudut rumah, dilengkapi dengan banyak AC impor keluaran terbaru.

"Karena ini first meeting kita, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya minta maaf kalau nanti kesannya kaku karena memakai kata saya dan anda. Walaupun seumuran, saya tetap mencoba untuk menghargai," kata seorang pria tampan berbaju hitam dengan celana cardinal abu-abu sambil meletakkan tasnya di atas meja.

Suara itu tentu tidak asing lagi didengar. Bagaimana tidak? Pemilik suara kaku dan sedikit berbobot itu menjadi idaman banyak wanita Muang Nan, kecuali wanita yang sedang duduk di depan pria itu saat ini.

Pemilik suara yakni Dama adalah seorang pria yang sangat terkenal di Muang Nan, bahkan hingga kalangan nenek-nenek. Dama Aldidara Putra Adenanu, lebih tepatnya Presdir Dama Aldidara Putra Adenanu. Aktor tampan sekaligus pemilik beberapa perusahaan swasta ternama di Muang Nan.

"Perkenalkan nama saya Dama Aldidara Putra Adenanu, panggil saja Presdir Dama. Anda pasti sudah tahu siapa saya. Rakyat Muang Nan sering memanggil saya dengan calon-" Tiba-tiba ada suara yang memotong perkenalan Dama. Benar saja! Itu adalah suara wanita berjaket hitam tertutup yang saat ini sedang duduk di dekat Dama.

"Mau kenalan atau mau pamer? Mendingan gua pulang!" Wanita itu berdiri dan mencoba melangkah ke luar dari rumah itu, tetapi Dama segera menghentikan langkah kaki wanita itu dengan kata-kata yang menggoda.

"Tapi ada rahasia di balik itu. Mau dengar gak? Gak mau dengar juga gak apa-apa sih," goda Dama sambil berusaha menahan tawanya.

Seketika langkahnya berhenti, wanita itu membalikkan badan dan kembali duduk di sofa. "Lanjutin!" perintahnya agar Dama segera mengungkapkannya.

"Oke saya lanjutin!" Sebenarnya ada rasa kesal di dalam lubuk hati Dama yang paling dalam, tetapi Dama mencoba untuk diam agar tidak berlanjut emosi oleh karena prinsip kekal suatu hubungan "Wanita selalu benar!"

Dama menarik nafasnya dalam-dalam dan melirik ke sekitarnya untuk memastikan semuanya agar tetap aman. Dama mencoba menahan tawanya saat melihat wanita yang jaraknya sangat dekat dari tempat duduknya sedang merasa kesal menunggu cerita darinya.

"Orang sabar disayang Tuhan. Sabar aja. Karena kesabaran juga, kamu berhasil dituntun Tuhan masuk ke dalam hidupku untuk mengubah takdirku selama ini," jelas Dama. Wanita tersebut merasa muak dengan semua perkataan manis Dama, "Gak usah basa-basi! Garing!" Dama terkikih pelan melihat ketidaksabaran wanita itu.

"Oke. Jadi semuanya bermula dari sini-"

Kejadian di dalam mobil Dama sepuluh tahun yang lalu

Dama sedang menyetir mobil untuk mengantar kedua orang tuanya menuju perusahaan dengan keadaan mabuk berat setelah meminum satu botol alkohol. "Dama! Kamu ini kapan berhenti minum alkoholnya!" kesal Kenny dan Dina yang merupakan orang tua Dama.

Dama tidak menghiraukan perkataan kedua orang tuanya itu dan terus menyetir mobil sambil meminum beberapa botol alkohol baru. Hingga akhirnya Dama merasakan ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di luar kendalinya. Mata Dama membulat sempurna saat tiba-tiba mobil yang dikendarainya tidak bisa direm.

"Loh, kok tidak bisa direm?" Dama dan orang tuanya merasa panik karena posisinya sekarang mereka ada di lajur tengah. Tanpa pikir panjang, Dama membanting setir ke kiri dan mobilnya langsung ditabrak oleh bus besar. Mobil Dama terguling dan hancur berkeping-keping.

Dama sempat melompat keluar dari mobil, oleh karena itu dia hanya mengalami luka ringan. Sedangkan orang tuanya yang ada di dalam mobil meninggal di tempat dan darah terus mengalir di sekujur tubuh mereka.

Dama panik sekali. Dama berjalan bolak-balik dan mengacak-acak rambutnya. Mental Dama saat itu tidak teratur, Dama merasa gila dengan apa yang terjadi. Dama memukuli keras tubuhnya dengan kedua tangan dan berteriak, "HUAA!" Dama menangis histeris jasad orang tuanya tergeletak di depannya.

Rumah Dama

"Saat itu saya panik sekali. Karena kondisinya saya mabuk berat dan tidak tahu apa-apa," ungkap Dama.

"Waktu itu saya dicap pembawa sial karena saya sering mabuk-mabukan, gonta-ganti cewek, berjudi, bahkan ada kalanya saya ingin bunuh diri karena merasa diri saya sudah tidak dibutuhkan lagi. Ditambah lagi sering diomeli orang tua, jadi buat apa hidup kalau saya menderita?" Air mata Dama perlahan menetes dari sela mata.

"Saya bisa jadi berandalan seperti itu karena saya punya masa lalu yang ... bisa dibilang menyakitkan. Ambisi saya menjadi aktor, tetapi dilarang banyak pihak. Padahal om sama tante saya, yang kamu tahu bagaimana mereka sekarang, mendukung saya seratus persen untuk menjadi aktor," ungkap Dama.

Dama melanjutkan perkataannya, "Saat itu saya sempat kuliah teater, tapi tidak lulus. Saya dilarang sama orang tua, tidak lulus kuliah, ditolak banyak rumah produksi film, bahkan film pertama saya menjadi artis saja dihujat banyak orang karena katanya akting saya buruk. Saya malu dan gak tahu harus berbuat apa. Sudah melakukan apa pun, bahkan merancang banyak planing, tetap sama aja."

"Hingga suatu saat, saya merasa ingin bunuh diri. Aneh kalau saya tetap hidup, padahal tidak diinginkan dunia. Apa yang saya lakukan selalu salah! Bayangkan kamu di posisi saya, apakah kamu sanggup? Saya saja ingin bunuh diri berdaya," Dama menangis lepas di depan wanita itu. Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi.

Wanita itu langsung memberikan kotak tisu kepadanya. "Terima kasih!" balasnya. Dama melanjutkan ceritanya tadi, "Selain dianggap pembawa sial, saya juga dianggap sebagai penyebab kematian orang tua! Padahal bukan saya. Rem mobilnya blong! Ada seseorang yang sengaja merencanakan semua ini pastinya. Saya yang merasakan, pasti saya juga yang bisa menyimpulkan semuanya dengan baik. Hanya saja waktu itu saya mabuk, jadi semua tuduhan mengarah ke saya."

Kemudian wanita itu membalas, "Sabar aja, Dam. Terus gimana lanjutannya?" Dama menarik nafas dalam-dalam dan menahan tangisnya. "Setelah saya berteriak histeris bahkan sampai menangis, saya-"

Kejadian setelah kecelakaan

Setelah menangis histeris, Dama segera berlari sekencang mungkin untuk kabur. Dama terus berlari agar tidak ditangkap atas tuduhan akibat kasus kecelakaan itu. Dia berlari sangat cepat, hingga tak terasa sudah jauh dari TKP. Karena separuh kondisinya masih dalam keadaan mabuk, langkah dan posisinya tak seimbang.

Mata Dama hampir menutup dan tubuh Dama ingin tergeletak jatuh ke tanah. Dama menabrak seorang wanita dan pingsan menimpa tubuhnya. "Ah!" Wanita itu merasa kesakitan karena ditimpa tubuh Dama yang sangat berat.

Wanita itu terkejut saat melihat pria yang menimpa tubuhnya ternyata adalah Dama, anak dari pemilik perusahaan ternama di Muang Nan. Wanita itu segera membawa Dama ke rumahnya.

***

Dama membuka matanya perlahan. Dama melihat kondisi rumah yang terasa aneh karena belum pernah dikunjungi dia sebelumnya. Tiba-tiba ada seorang wanita yang berjalan dari arah dapur, "Jadi kamu lagi dicari banyak orang karena kasus kecelakaan tadi?" Dama menjawab, "Iya. Siapa kamu? Kenapa aku bisa ada di sini?" Dama merasa ketakutan dan waspada.

Wanita itu menjawab, "Loh? Cowok ini ternyata hanya modal tampang. Belum ada sehari, sudah lupa?" Wanita itu melirik kesal ke arah Dama. Kemudian Dama membalas, "Maaf ya, aku tadi lagi mabuk. Jadi gak ingat."

Wanita itu berjalan mendekat ke arah Dama sambil mengulurkan salah satu tangannya, "Perkenalkan namaku Natavie Catheline Rahajeng, panggil aja Vie atau Catheline. Jangan panggil Cat! Aku bukan kucing!" Dama membalas dengan memperkenalkan dirinya, "Perkenalkan namaku Dama Aldidara Putra Adenanu, bisa dipanggil Dama atau Aldi. Panggil Dama aja ya."

"Oke, Dam. Aku ke belakang ya, mau menyiapkan sup untukmu. Kamu tadi mabuk dan badanmu pasti lemas, akan kubuatkan sup panas agar badanmu segar setelah memakannya!" kata Catheline langsung pergi ke dapur untuk membuat sup panas.

Dama membalas, "Oke, Cat! Catheline maksudnya."

Catheline membalas, "Catheline! Bukan Cat!"

Dama menjawab, "Oke!" Dama membatin sambil melihat Catheline, seorang wanita cantik yang cerewet bahkan melebihi orang tuanya.

"Lihatnya gak usah sampai gitu juga kali! Aku memang cantik banget ya, uh. Sampai dilihatin anak presdir terkenal di Muang Nan!" Catheline tertawa bahagia dan membuat Dama seketika merasa kesal.

Dama membalas, "Cantik sih iya, tapi cerewetnya enggak main. Bisa-bisa cowok unlove sama Lo!" Situasi kembali hening setelah pembalasan Dama.

Tanpa izin Catheline, Dama menyalakan televisi yang ada. Dia merasa kesal melihat semua saluran berita berisi hanya tentang kabar kematian orang tuanya dan berita HOAX bahwa dirinya adalah penyebab kematian orang tuanya. Dama terus mengganti channel TV sampai dia terhibur dengan acara TV yang pas di hati.

Dama melihat ada satu berita yang unik, yakni berita tentang perpindahan hak kuasa perusahaan ayahnya ke tangan Omnya. Di acara itu diberitakan bahwa Revano Jericho Pratama akan melanjutkan semua perusahaan ayahnya. Dama merasa tidak setuju karena perpindahan itu tanpa seizin dirinya. Dama mengetahui benar bahwa almarhum ayahnya telah memindahkan hak aset semua perusahaan padanya. Tapi di saluran berita tersebut, Dama justru melihat bahwa Omnya, Vano menunjukkan surat wasiat palsu. Dama marah dan bergegas pergi ke tempat kejadian perkara. Catheline terus mengejar Dama dari belakang. Catheline berusaha agar Dama tidak ditangkap polisi, tetapi karena keras kepala, Dama tidak menghiraukan perkataannya.

Sesampainya di TKP, Dama melihat ada Vano dan beberapa wartawan. Dama berlari kencang dan langsung menghajar Vano habis-habisan. Polisi datang dan segera membawa Dama pergi dari sana. Polisi menahan Dama di kantor polisi, dan akan membebaskannya setelah kasusnya selesai.

Sebelum pergi ke kantor polisi, Dama izin berbicara sebentar kepada Catheline. "Cat! Catheline, maafkan jika aku tadi keras kepala. Sekali lagi terima kasih kamu sudah merawatku walau hanya sesaat. Aku titip kunci cadangan ini, kamu datang ke Jalan Plang Kat No 56, dan katakan kepada mereka bahwa aku memberi perintah kepada mereka untuk mencari tahu tentang kasus kecelakaan tadi. Terima kasih!"

Tanpa berlama-lama lagi, Dama pergi dibawa oleh beberapa polisi ke kantor polisi. Catheline merasa kebingungan. Siapa yang dimaksud "mereka" oleh Dama? Catheline melihat mobil polisi yang ditumpangi Dama menghilang perlahan dari pandangannya. Dia berlari pulang ke rumah untuk mencari tahu siapa yang dimaksud "mereka" oleh Dama tadi.

Rumah Dama

Dama berkata, "Dari situ Catheline yang menggantikan posisi saya. Saya bersyukur bisa dipertemukan dengan Catheline, karena dia mau membantu walau belum kenal lebih jauh. Saya yang ada di penjara aja tidak sabar mau keluar. Yang saya rasakan saat di penjara bukan sedih lagi, tapi rasa tidak sabar untuk keluar dan mengetahui semuanya. Terus dari situ saya-"

Kejadian rumah angker

Catheline masih merasa kebingungan dengan maksud dari permintaan Dama tadi. Dia segera pergi ke Jalan Plang Kat No 61. Dia melihat ada rumah kosong yang terlihat sangat menyeramkan dari arah luar.

"Sial! Ini rumah hantu atau gimana? Permisi... Oh iya ada kuncinya. Aku coba buka. Eh bisa ternyata. Oke masuk!" Catheline mencoba membuka gerbang rumah yang ada di jalan itu dengan kunci pemberian Dama tadi.

Setelah pintunya terbuka, Catheline segera masuk ke dalam rumah. Dia membuka pintu rumah tersebut dan melihat ada beberapa preman menyeramkan sedang berbaring santai di lantai rumah itu. "Kalian? HA!" teriak Catheline.

Rumah Dama

Saat mendengar cerita dari Dama, wanita yang ada di samping Dama langsung bertanya. "Terus apa yang terjadi sama Catheline? Siapa lima preman itu?" tanya wanita yang ada di sampingnya. Dama tertawa dan menjawab, "Semua preman itu adalah anak buah saya. Kurang lebih ada lima preman. Jadi waktu itu Catheline langsung-"

Kejadian rumah angker

Kelima preman yang sedang berbaring santai di lantai merasa panik. Mereka membawa Catheline ke dalam kamar yang kosong karena mengira bahwa Catheline adalah warga sekitar yang mengetahui keberadaan mereka. Catheline berkata, "Eh tunggu dulu. Saya di sini disuruh sama Dama. Saya dikasih kunci cadangan rumah sama Dama." Kelima preman tersebut langsung diam dan menyadari bahwa wanita itu adalah utusan Dama.

Catheline terheran dengan perubahan sikap kelima preman tersebut. Catheline berkata, "Jadi, Dama menyuruh saya agar kalian menyelidiki kasus kecelakaan orang tuanya. Tadi saya lihat Dama sangat marah saat mendengar berita perpindahan kuasa semua aset ayahnya ke tangan Vano. Jadi saya mohon kalian bantu dia ya."

Kelima preman tersebut menjawab, "Baik. Terima kasih sudah menyampaikan pesan tersebut kepada kami!"

Catheline membalas, "Sama-sama! Satu lagi, tolong rumah ini dibersihkan. Udah kayak rumah hantu aja. Ingat! Dibersihkan! Kalau saya kembali, rumah ini harus bersih. Awas kalau belum! Kalau begitu saya balik pulang dulu," Catheline ke luar dari rumah itu dan langsung pulang ke rumahnya.

Rumah Dama

"Tenang! Ini masih pertengahan dan perjalanan belum selesai. Awalnya saya divonis hukuman mati, terus hakim memberi keringanan penjara seumur hidup. Karena bukti belum kuat, maka diringankan lima tahun penjara. Selama lima tahun saya mendekap di dalam penjara dan merasakan kamar penjara yang panas. Tapi saya tetap sabar. Lima tahun kemudian-"

Dama keluar dari penjara

Lima tahun kemudian, Dama ke luar dari penjara. Dama senang bisa menghirup udara luar. Dama sudah memiliki beberapa tujuan dan cara baru untuk mewujudkan ambisinya selama ini, merebut kembali perusahaan dan mengungkapkan kasus kecelakaan orang tuanya yang terjadi lima tahun lalu. Dama berjalan melewati rumah Catheline.

Catheline sedang menyapu halaman. Catheline terkejut bercampur bahagia saat melihat Dama. Catheline berlari memeluk Dama. "Dama! Kamu tidak apa-apa 'kan saat berada di penjara?" Catheline memeluk erat Dama.

Dama memeluk erat kembali Catheline seraya berkata, "Aku bosan. Aku rindu sama orang yang udah menolong aku." Catheline tersipu malu dan membalas, "Ih. Bisa aja gombalnya." Dama tertawa melihat Catheline yang langsung salah tingkah. Setelah melepas rindu, mereka berdua segera pergi ke alamat rumah yang pernah diberikan oleh Dama kepada Catheline.

***

Dama dan Catheline bertemu dengan kelima preman yang terlihat sudah ada perubahan berat badan. "Bos! Gimana kabarnya?" tanya salah satu preman.

Dama membalas, "Kabar baik." Dama langsung melontarkan sebuah pertanyaan, "Tumben kalian hidup bersih. Rumahnya jadi rapi, bersih, dan enak dilihat. Terus kalian gak minum alkohol. Kok bisa?" Dama terheran dengan perubahan pola hidup kelima preman tersebut.

Salah satu preman menjawab, "Sekarang kami bukan preman! Kami ini sahabat Bos. Gara-gara Nyonya ini, hidup kami jadi lebih tertata." Preman tersebut menunjuk ke arah Catheline.

Dama membalas, "Kalau ini gak usah ditanya lagi. Calon Majikan kalian!" Dama tertawa melihat Catheline yang langsung tersipu malu.

Dama menjelaskan semua rencana dan tak tik baru untuk mengungkapkan kasus kecelakaan orang tuanya lima tahun lalu dan kasus Vano. Dama berusaha untuk menata hidup baru, tujuan baru, dan cara yang sehat. Dama sudah menyiapkan berbagai planing agar rencananya terwujud. Mereka segera bergerak meluncurkan semua rencana yang telah dipersiapkan. Hingga akhirnya mereka sampai di titik yang sebenarnya.

Dama dan yang lainnya melihat Om Dama sedang berpesta dengan beberapa anak buahnya. Vano menikmati kesuksesan dia yang bisa mengambil semua aset adiknya, Kenny. "Akhirnya aku jadi Bos. Hahaha. Dama sangat lugu sampai mau kujadikan kambing hitam. Untung saja waktu itu dia mabuk, sehingga aku bisa membuat rem mobilnya blong. Hahaha, setelah sekian lama akhirnya aku bisa menguasai harta Kenny. Aku pengusaha terhebat. Enak aja, masa dia sukses aku enggak. Sukses atau enggak? Ya sukseslah masa enggak. Hahaha" Vano tertawa licik menikmati keberhasilan rencananya.

"Oh jadi gini rencana licik Om?" Dama tertawa menghampiri Vano. Kelima sahabatnya juga ikut melabrak Vano. Sedangkan dari kejauhan, Catheline mencoba merekam adegan sebagai bukti bahwa Vano ternyata bersalah. Vano langsung merasa panik. Dia hanya memiliki dua anak buah, sedangkan Dama memiliki lima anak buah. Anak buah Dama langsung menangkap anak buah Vano.

Dama tidak bergerak apa-apa. Tiba-tiba ada dua polisi datang ke tempat itu. Polisi membawa Vano dan beberapa anak buahnya ke kantor polisi. Vano dan anak buahnya dipenjara atas kasus rencana pembunuhan dan pemalsuan surat wasiat. Semua aset berhasil kembali ke tangan Dama. Dama merasa bahagia karena akhirnya dia bisa merebut kembali harta dan aset perusahaan milik orang tuanya.

"Yey. Akhirnya rencana kita berhasil!" Dama, Catheline, dan kelima sahabat Dama meloncat bahagia merayakan keberhasilan rencana mereka.

***

Dama mengajak Catheline dan kelima sahabatnya makan es krim bersama. Dama duduk di samping Catheline. "Cat!" panggil Dama. Catheline menjawab, "Catheline!"

Dama membalas, "Iya deh. Catheline! Makasih ya kamu udah membantuku selama ini. Terima kasih karena kamu, aku jadi punya semangat hidup. Hidup aku jadi berwarna lagi. Aku jadi bisa mewujudkan semua ambisi dan keinginan yang selama ini aku inginkan. Thankyou very much!"

Catheline menjawab, "Kembali kasih, Dam. Aku juga makasih banyak, lewat ini aku bisa merasakan rasanya punya teman. Karena selama ini aku gak punya satu teman pun. Banyak cewek yang gak suka sama aku. Makasih ya!"

Salah satu sahabat Dama mencoba menggoda mereka berdua, "Teman biasa atau teman hidup? Eaa" Teman-teman Dama tertawa. Dama langsung berbalik badan dan mengejar teman-temannya, "Awas ya kalian!" Catheline tertawa dan lanjut memakan es krim miliknya.

Rumah Dama

"Setelah itu, saya hidup bersama Catheline dan kelima sahabat saya. Catheline, saya mau berterima kasih banyak. Dia itu bagaikan petrikor. Datang untuk memberi arti dan warna baru sehingga saya lebih semangat lagi menjalani hidup. Untuk Catheline, I love you so much!" ucap Dama sambil melihat ke arah wanita berjaket itu.

"Kembali kasih, Dam. Terima kasih Lo sudah hadir dalam hidupku. Tetap jadi Dama yang gua mau ya!" balas wanita berjaket itu sambil membuka jaketnya perlahan. Ternyata wanita itu adalah Natavie Catheline Rahajeng, wanita yang sangat dicintai Dama. Dama hanya membalas dengan senyuman.

"Eh hujan sudah turun. Aku tahu kamu suka banget sama hujan. Yuk main hujan di luar!" Dama langsung membawa Catheline ke luar rumah untuk menikmati hujan yang tiba-tiba turun. Dama dan Catheline bermain hujan. Walau kesannya seperti anak kecil, tetapi mereka berdua tidak peduli. Mereka berdua adalah pencinta hujan, jadi jika hujan turun pasti mereka tak lupa untuk bermain dengan hujan. Kelima sahabat Dama juga hadir bermain hujan bersama Dama dan Catheline.

Seperti itulah akhir kisah mereka. Dipertemukan oleh kesedihan dan disatukan selamanya oleh kebahagiaan. Me and My Petrikor.

TAMAT

Continue Reading

You'll Also Like

517 175 16
Start :21 Agustus 2021 End :- Judul:With you Author:Amelia1517 IG: Moisyyy_15 IG pemain ^^ Alangans_ganeshwr78 Laila_oktv06 ...
313 150 14
Tentang sepasang kekasih yang sama-sama belum selesai dengan masa lalunya. Mereka saling menyakiti satu sama lain.
13K 281 6
Nathan si fotografer tak sengaja bertemu dengan Ayana yang menghancurkan kacamatanya hingga pecah, apakah yang di lakukan Ayana ?
ASA By Shan♡

Teen Fiction

2.8K 728 28
"Tentang kita yang berbeda dalam memandang ASA." Seperti kelopak bunga khas tirai bambu yang teramat indah, begitulah paras Auryn Peony. Gadis ketua...